Persaingan Berebut Pasar Mobil Listrik di Negeri Panda

Minggu, 21 April 2019 - 06:34 WIB
Persaingan Berebut Pasar...
Persaingan Berebut Pasar Mobil Listrik di Negeri Panda
A A A
BEJING - Sebagai negara dengan penjualan mobil terbesar di dunia, China terus berupaya menjaga pasarnya. Mobil listrik menjadi salah satu pilihan sejalan dengan upaya penyediaan kendaraan ramah lingkungan. Para produsen kendaraan di China menyadari betul besarnya potensi di negara itu.

Tak mengherankan jika mereka begitu agresif memproduksi kendaraan masa depan di samping mobil-mobil konvensional berteknologi tinggi. Keberadaan mobil listrik di China bukan hanya didominasi merek-merek yang sudah lama eksis. Sejumlah perusahaan rintisan pun tak mau kalah dengan merilis produk baru dengan segala keunggulannya.

Dua merek mobil startup automotif yang mencoba peruntungan pada ketatnya pasar di China adalah NIO dan Xpeng. Keduanya memperkenalkan sejumlah produk baru dalam gelaran Shanghai Auto Show 2019. NIO bahkan berani mengklaim spesifikasi mobilnya sudah di atas standar New European Driving Cycle (NEDC). Produk pertamanya yang akan diproduksi adalah mobil 7 seaters, ES8.

Adapun Xpeng fokus pada fokus pengembangan mobil listrik jenis sedan dengan model andalannya Xpeng P7. Mobil listrik ini dirancang untuk mampu melahap jarak 600 km dalam kondisi baterai penuh. Xpeng juga dilengkapi sistem advance driver assistance yang disebut Xpilot, menggunakan chip Nvidia Drive Xavier yang diset untuk mengendalikan kemudi secara otomatis dan semiotomatis.

Pasar automotif di China begitu menjanjikan menyusul kuatnya dukungan pemerintah. Beragam insentif diberikan kepada produsen untuk merangsang penjualan. Akselerasi pertumbuhan penjualan mobil di China memang agak melambat sejak 2016 lalu. Pada 2018 saja penjualan mobil di China turun 1 juta unit bila dibandingkan dengan 2017. Ada beberapa penyebab, di antaranya karena secara makro pertumbuhan ekonomi di negara itu lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Kendati demikian otoritas di China tidak tinggal diam. Mereka terus melakukan evaluasi, termasuk mengatasi masalah polusi dan kemacetan. Pemerintah China memindahkan fokus pengembangan mobil dari semula fokus ke jumlah penjualan ke mesin yang lebih ramah. Selain itu insentif juga diberikan pada mobil dengan emisi rendah.

Pembeli mobil listrik di China diberi subsidi hingga 50.000 yuan per mobil. Kebijakan itu berlaku hingga akhir tahun depan. Pemerintah China mendukung mobil listrik selama 15 tahun demi membersihkan polusi. “Persaingan di China kian ketat,” ujar pemerhati industri automotif Paul Gong dari UBS seperti dikutip komonews.com.

Belakangan ini salah satu investasi yang didukung penuh Pemerintah China adalah mobil bertenaga listrik. Pajak kendaraan jenis ini turun menjadi 15% sejak Juli tahun lalu. Kebijakan ini mendorong perusahaan automotif asing dan lokal untuk berlomba-lomba menciptakan, memperkenalkan, dan memasarkan mobil listrik.

Selama auto-show di Shanghai akhir-akhir ini, perusahaan memajang puluhan mobil listrik. Pada tahun lalu pembelian mobil sedan dan SUV, baik hibrida ataupun murni listrik, naik sebesar 60% atau menjadi 1,3 juta unit di China, separuh dari total penjualan global. Tapi, secara keseluruhan, penjualan mobil menurun 4,1%.

Wakil Kepala Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China Ning Jizhe mengatakan, pangsa pasar global automotif di China mencapai 30% dengan rata-rata penjualan tahunan nyaris 30 juta. Pemerintah China, kata dia, akan terus menerapkan kebijakan baru guna merangsang produksi mobil dalam negeri yang mulai menggeliat.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Penumpang Kendaraan China Cui Dongshu menilai, turunnya pertumbuhan makroekonomi, pembatalan pajak pembelian preferensial, pertumbuhan penjualan yang cepat pada tahun lalu, dan pasar perumahan yang stabil akan memberikan tekanan dalam penjualan mobil pada tahun ini.

Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Automotif China Shi Jianhua mengatakan, penjualan otomotif di China tetap berjalan stabil. Dia mengakui, pertumbuhan penjualan di wilayah perkotaan memang melambat, tetapi penjualan di daerah meningkat menyusul membaiknya sistem infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat.

“Pertumbuhannya mungkin tidak akan secepat tahun lalu, tapi semuanya berjalan sesuai harapan,” ujar Direktur Departemen Penelitian Ekonomi Industri Song Zifeng seperti dikutip people.cn.

Saat ini perusahaan produsen mobil asing, termasuk Amerika Serikat (AS), kehilangan momentum di China akibat kurangnya daya saing. Pangsa pasar merek AS jatuh dari 12,2% menjadi 10,7% selama delapan bulan pertama 2018. Penurunan itu akibat kurangnya peremajaan dan inovasi produk, termasuk oleh Ford Motor Co.

Namun Asisten Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Automotif China Xu Haidong membantah hal itu didalangi perang dagang. “Di sini tidak ada sentimen anti-AS atau aksi pemboikotan brand AS oleh konsumen. Ekonomi yang melambat telah membebani permintaan dan mengancam pasar otomotif yang sedang meluas di China,” kata Xu seperti dilansir bloomberg.com. Penjualan mobil AS juga telah anjlok selama tiga bulan berturut-turut di China.

Di China, impor mobil asing sangat sedikit bila dibandingkan dengan mobil lokal. Pemerintah China memasang tarif tinggi terhadap brand AS sehingga harga tidak menentu dan banyak konsumen yang lari. Ford juga mengalami penurunan penjualan sebesar 36% pada Agustus lalu akibat kalah bersaing dengan produk-produk lokal.

Saat ini, berdasarkan data Asosiasi Produsen Automotif China, perusahaan automotif yang memimpin penjualan ialah Volkswagen sebanyak 460.000 unit. Berikutnya adalah Toyota (237.000 unit), Geely (222.000 unit), Honda (213.000 unit), Changan (169.000 unit), Nissan (164.000 unit), Buick (150.000 unit), dan Wuling (145.000 unit).

General Motors, Volkswagen, Nissan, dan perusahaan besar lainnya mengembangkan model mobil yang beraneka ragam, tetapi diupayakan memenuhi selera konsumen di China. Meski demikian perusahaan lokal juga tidak mau kalah. BYD Auto dan BAIC Group mencoba melakukan gebrakan dengan menawarkan mobil murah.

“Pada akhir tahun depan, konsumen akan kesulitan menolak mobil listrik karena inovasinya akan semakin maju,” kata CEO Volkswagen, Herbert Diess. Menurutnya, perusahaan asing akan mencoba melakukan pemasaran dan penjualan di pasar China untuk menaikkan pendapatan di tengah menurunnya permintaan di pasar AS dan Eropa.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1753 seconds (0.1#10.140)