Menristek: Mobnas Harus Ramah Lingkungan
A
A
A
BATAM - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi menepis kongsi PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton sebagai tahap awal pengembangan mobil nasional (mobnas) di Indonesia. Mobnas yang dikembangkan pemerintah kendaraan ramah lingkungan dan berbahan bakar alternatif di luar BBM.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, kerja sama itu hanya sebatas langkah pemerintah untuk mencari segmen produsen automotif berbahan bakar minyak lain di luar pemain besar yang masuk ke dalam negeri, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Sementara, pengembangan mobnas ditegaskan Nasir mengutamakan mobil ramah lingkungan seperti mobil listrik. Menurutnya, pemerintah ingin mencari segmen lain karena Proton masih menggunakkan energi BBM atau fosil.
"Sementara ke depan karena bahan bakar minyak terbatas, bagaimana mobil listrik bisa kita gunakan sebagai mobnas. Mobil listrik ini yang sengaja ke depan masih kami review risetnya," ujar dia usai kunjungan ke Politeknik Negeri Batam, Senin (9/2/2015).
Dia juga membantah bahwa riset yang dilakukan pemerintah tidak mampu membuat produk mobnas, sehingga membuat pemerintah mendatangkan Proton dan berujung isu Proton akan dijadikan mobnas dan tidak melirik hasil riset.
Sementara riset mobnas yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), lanjut Nasir, saat ini memasuki tahap mengevaluasi kembali.
Menurutnya, ada beberapa dasar riset yang perlu dilihat kembali olehnya. Kementerian sudah meminta hasil riset yang menjadikan pengembangan mobil listrik sebagai mobnas agar diuji, terutama memastikan apakah efisien atau tidak.
Nasir menunjuk UI dan ITB untuk masing-masing tim tersebut memberi laporan mengenai hasil riset mobil listrik tersebut. Hasil evaluasi untuk mendapatkan laporan, apa saja kelemahan riset yang dilakukan BPPT dalam pengembangan mobil listrik sebagai mobil nasional.
"UI dan ITB saya kirim satu-satu. Hasilnya di akhir tahun ini kami ingin mendapatkan laporannya karena mobnas harus green economy," kata dia.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, kerja sama itu hanya sebatas langkah pemerintah untuk mencari segmen produsen automotif berbahan bakar minyak lain di luar pemain besar yang masuk ke dalam negeri, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Sementara, pengembangan mobnas ditegaskan Nasir mengutamakan mobil ramah lingkungan seperti mobil listrik. Menurutnya, pemerintah ingin mencari segmen lain karena Proton masih menggunakkan energi BBM atau fosil.
"Sementara ke depan karena bahan bakar minyak terbatas, bagaimana mobil listrik bisa kita gunakan sebagai mobnas. Mobil listrik ini yang sengaja ke depan masih kami review risetnya," ujar dia usai kunjungan ke Politeknik Negeri Batam, Senin (9/2/2015).
Dia juga membantah bahwa riset yang dilakukan pemerintah tidak mampu membuat produk mobnas, sehingga membuat pemerintah mendatangkan Proton dan berujung isu Proton akan dijadikan mobnas dan tidak melirik hasil riset.
Sementara riset mobnas yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), lanjut Nasir, saat ini memasuki tahap mengevaluasi kembali.
Menurutnya, ada beberapa dasar riset yang perlu dilihat kembali olehnya. Kementerian sudah meminta hasil riset yang menjadikan pengembangan mobil listrik sebagai mobnas agar diuji, terutama memastikan apakah efisien atau tidak.
Nasir menunjuk UI dan ITB untuk masing-masing tim tersebut memberi laporan mengenai hasil riset mobil listrik tersebut. Hasil evaluasi untuk mendapatkan laporan, apa saja kelemahan riset yang dilakukan BPPT dalam pengembangan mobil listrik sebagai mobil nasional.
"UI dan ITB saya kirim satu-satu. Hasilnya di akhir tahun ini kami ingin mendapatkan laporannya karena mobnas harus green economy," kata dia.
(izz)