Hummer, Terkenal karena Perang Tenggelam karena Perang
Senin, 19 Oktober 2020 - 15:41 WIB
Tawaran itu ternyata membuat AM General goyah. Namun mereka masih berpikir memangnya ada orang yang mau membeli kendaraan yang tongkrongannya sangat besar itu. Alhasil AM General test the water dengan membuat dua mobil saja. Satu buat Arnie, satu lagi untuk salah satu petinggi AM General.
Popularitas Hummer makin meroket ketika Amerika Serikat dan Sekutu berhasil memenangkan Perang Teluk. Ekonomi Amerika pun saat itu meroket. Patriotisme langsung mencuat. Semua orang di Amerika Serikat berusaha mensimbolkan patriotisme itu lewat berbagai hal yang identik dengan tentara Amerika Serikat. Termasuk kendaraan mereka Hummer. Dari situlah Hummer digilai banyak orang termasuk para selebritas Hollywood. "Mereka tidak keberatan dengan borosnya bahan bakar yang mereka habiskan. Mereka tidak ambil pusing betapa tidak nyamannya interior mobil itu," terang Matt.
Di saat-saat itulah General Motors pada 1999 mendatangi AM General. Mereka mengajukan proposal agar seluruh marketing dan progress Hummer ke depannya berada di tangan mereka. AM General pun setuju karena pada dasarnya mereka hanya terbiasa membuat kendaraan-kendaraan taktis. (Baca juga : Latihan Penyelamatan, Mobil Seharga Rp1,3 Miliar Dihancurkan )
Di tangan General Motors, bentuk Hummer pun berubah jadi lebih masuk akal. Ukurannya yang raksasa dipangkas, desainnya juga dibuat lebih modern. Harga juga dipangkas yang semula USD100.000 dipotong setengahnya menjadi USD50.000. Perusahaan mobil yang bermarkas di Detroit itu berhasil memproduksi tiga generasi HUmmer yakni Hummer, Hummer H2 dan Hummer J3. Total mereka berhasil mengirimkan mobil itu ke 76.000 pelanggan.
Hanya saja angin justru cepat berbalik. Perang Irak yang diinisiasi oleh Presiden ke-43 Amerika Serikat, George W Bush justru berimbas pada krisis finansial yang terjadi pada 2003. Akibat krisis itu warga Amerika Serikat terbelah. Banyak orang yang tidak setuju dengan perang itu dan mengakibatkan patriotisme terkikis. Hummer, mobil super boros bahan bakar itu menjelma jadi representasi borosnya Amerika Serikat dalam menggunakan anggaran negara. "Mobil itu jadi simbol akan kekacauan yang terjadi di Amerika," jelas Matt.
Saat itu memiliki Hummer tidak seperti dulu lagi. Pemiliknya merasa was-was karena mobilnya bisa dirusak karena banyak yang tidak senang dengan perang. Aktivis lingkungan bahkan memanfaatkan momen itu dengan melabel mobil itu sebagai monster polusi karena borosnya bahan bakar yang digunakan.
Hummer memang benar-benar jadi korban dalam arti yang sebenarnya. Krisis membuat harga bahan bakar membubung tinggi. Memiliki mobil itu sama saja bunuh diri karena biaya bahan bakar yang tidak masuk akal. Penjualan pun menurun drastis yang memaksa General Motors mencari cara menyelamatkan mobil itu.
Mereka kemudian mencoba menjualnya ke China, tepatnya sebuah perusahaan bernama Tengzhong. Hanya saja upaya itu gagal total. Seiring pailitnya General Motors pada 209, Hummer pun berhenti produksi. Tidak ada satu pun keputusan resmi dikeluarkan oleh General Motors mengenai produksi mobil itu. Hummer seolah menghilang tanpa kabar.
Popularitas Hummer makin meroket ketika Amerika Serikat dan Sekutu berhasil memenangkan Perang Teluk. Ekonomi Amerika pun saat itu meroket. Patriotisme langsung mencuat. Semua orang di Amerika Serikat berusaha mensimbolkan patriotisme itu lewat berbagai hal yang identik dengan tentara Amerika Serikat. Termasuk kendaraan mereka Hummer. Dari situlah Hummer digilai banyak orang termasuk para selebritas Hollywood. "Mereka tidak keberatan dengan borosnya bahan bakar yang mereka habiskan. Mereka tidak ambil pusing betapa tidak nyamannya interior mobil itu," terang Matt.
Di saat-saat itulah General Motors pada 1999 mendatangi AM General. Mereka mengajukan proposal agar seluruh marketing dan progress Hummer ke depannya berada di tangan mereka. AM General pun setuju karena pada dasarnya mereka hanya terbiasa membuat kendaraan-kendaraan taktis. (Baca juga : Latihan Penyelamatan, Mobil Seharga Rp1,3 Miliar Dihancurkan )
Di tangan General Motors, bentuk Hummer pun berubah jadi lebih masuk akal. Ukurannya yang raksasa dipangkas, desainnya juga dibuat lebih modern. Harga juga dipangkas yang semula USD100.000 dipotong setengahnya menjadi USD50.000. Perusahaan mobil yang bermarkas di Detroit itu berhasil memproduksi tiga generasi HUmmer yakni Hummer, Hummer H2 dan Hummer J3. Total mereka berhasil mengirimkan mobil itu ke 76.000 pelanggan.
Hanya saja angin justru cepat berbalik. Perang Irak yang diinisiasi oleh Presiden ke-43 Amerika Serikat, George W Bush justru berimbas pada krisis finansial yang terjadi pada 2003. Akibat krisis itu warga Amerika Serikat terbelah. Banyak orang yang tidak setuju dengan perang itu dan mengakibatkan patriotisme terkikis. Hummer, mobil super boros bahan bakar itu menjelma jadi representasi borosnya Amerika Serikat dalam menggunakan anggaran negara. "Mobil itu jadi simbol akan kekacauan yang terjadi di Amerika," jelas Matt.
Saat itu memiliki Hummer tidak seperti dulu lagi. Pemiliknya merasa was-was karena mobilnya bisa dirusak karena banyak yang tidak senang dengan perang. Aktivis lingkungan bahkan memanfaatkan momen itu dengan melabel mobil itu sebagai monster polusi karena borosnya bahan bakar yang digunakan.
Hummer memang benar-benar jadi korban dalam arti yang sebenarnya. Krisis membuat harga bahan bakar membubung tinggi. Memiliki mobil itu sama saja bunuh diri karena biaya bahan bakar yang tidak masuk akal. Penjualan pun menurun drastis yang memaksa General Motors mencari cara menyelamatkan mobil itu.
Mereka kemudian mencoba menjualnya ke China, tepatnya sebuah perusahaan bernama Tengzhong. Hanya saja upaya itu gagal total. Seiring pailitnya General Motors pada 209, Hummer pun berhenti produksi. Tidak ada satu pun keputusan resmi dikeluarkan oleh General Motors mengenai produksi mobil itu. Hummer seolah menghilang tanpa kabar.
tulis komentar anda