Berkaca pada Pengalaman Wuhan, Industri Automotif Langsung Menggeliat

Kamis, 16 April 2020 - 13:35 WIB
Industri automotif di Indonesia memang perlu berkaca pada pengalaman yang terjadi di Wuhan, China. Foto/SINDOphoto
WUHAN - Industri automotif di Indonesia memang perlu berkaca pada pengalaman yang terjadi di Wuhan, China. Setelah menjalani total lockdown selama dua bulan, Wuhan akhirnya membuka diri lagi pada akhir pekan lalu.

Yang menarik, saat perintah lockdown resmi diangkat, permintaan akan kendaraan roda empat juga meningkat dibanding dua bulan sebelumnya. “Saya benar-benar kaget, ini seperti ledakan besar dibanding dua bulan sebelumnya yang tidak ada kegiatan sama sekali. Saya pikir setelah itu penjualan akan terus membeku,” ujar Zhang Jiaqi, Sales Representasi Dealer Audi AG di Wuchang, Wuhan.

Menurut Zhang, peningkatan ini terjadi karena kendaraan roda empat dianggap sebagai transportasi yang paling aman pascacorona. Unsur kehati-hatian membuat mereka lebih memilih mengendarai mobil ketimbang sarana transportasi lainnya, baik umum maupun individual seperti kendaraan roda dua. “Mereka membeli mobil sebagai kendaraan kedua,” katanya.



Berdasarkan pernyataan China Automobile Dealers Association, saat ini 99% dealer di China sudah mulai kembali beroperasi sejak 3 April lalu. Saat ini jumlah aktivitas di dealer meningkat 66% dari angka normal. “Kami melihat tanda-tanda awal dari recovery berkat tingginya angka pemesanan,” ucap BMW Sales Head Pieter Nota.

Hal yang sama dirasakan Volkswagen China, di mana aktivitas jual beli kini mulai membuat mereka tersenyum kembali. “Dealer-dealer kami sudah kembali bertemu konsumen. Ini merupakan tanda yang baik dari revocery. Kami berharap setidaknya bisa mendapatkan jumlah transaksi yang sama dengan tahun lalu,” ucap Volkswagen Group China CEO Stephan Wöllenstein.

China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) mengatakan bahwa semester kedua tahun ini diharapkan mampu mewujudkan keinginan itu. Namun, hal itu bukan perkara mudah karena pada awal tahun ini mereka memang babak belur akibat virus korona.

“Kalau hanya mempertimbangkan faktor domestik, kami percaya pada semester kedua tahun ini bisa mencapai prestasi tahun lalu. Hanya, tetap sangat sulit karena pada kuarter dan semester pertama kami sudah kehilangan setengahnya,” ucap Xu Haidong, CAAM Deputy Chief Engineer.

Dia mengatakan, pemulihan industri automotif China memang tidak akan berjalan tanpa keberhasilan Pemerintah China dalam mengatasi Covid-19. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Indef, yang mengatakan bahwa pabrik-pabrik di China tidak akan mau beroperasi lagi jika memang tidak ada jaminan keamanan. “Pabrik mulai buka ketika tidak ada kasus baru. Mereka tidak mau ambil risiko,” ucapnya.

Setidaknya ini yang memang perlu dilakukan pemerintah jika memang ingin melihat industri automotif tetap berjalan. Kepastian, keseriusan, dan ketegasan dalam penanganan Covid-19 memang harga mutlak. (Wahyu Sibarani)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More