Daihatsu Tuyul Jadi Bukti Kei Car Pernah Ada di Indonesia
Senin, 07 Desember 2020 - 17:00 WIB
JAKARTA - Mobil-mobil kecil Jepang atau yang akrab disapa dengan sebuat Kei Car dianggap hanya dijual di pasar domestik Jepang saja atau Japanese Domestic Market (JDM). Nyatanya tidak demikian karena mobil-mobil kecil Jepang atau Kei Car tidak mutlak milik pasar Jepang saja. Adalah Daihatsu Hijet yang menjadi bukti bahwa Kei Car pernah ada di Indonesia.
Daihatsu Hijet, meski pun saat ini sudah tidak dipasarkan lagi di Indonesia, tidak bisa dipungkiri menggoreskan cerita khusus buat masyarakat Indonesia. Mobil ini sangat spesial, saking spesialnya diberi nama yang sangat khas Indonesia yakni Bagong. (Baca juga : Ajaib, Range Rover Klasik Bangkit Lagi Disetrum Listrik )
Perkenalan Daihatsu Hijet dengan Indonesa berawal ketika bencana letusan Gunung Merapi pada 15 April 1972. Waktu itu letusan gunung menewaskan 200 orang dan menghancurkan tiga desa. Saat itu pemerintah Jepang tergerak mengirimkan bantuan berupa Daihatsu Hijet guna membantu mobilisasi warga.
Mini pikap dengan kode S37 itu dari segi dimensi memang masuk dalam ukuran kei car. Sedangkan pada bagian dapur pacu, Hijet S37 mengandalkan mesin Daihatsu ZM 2 tak dan 2 silinder berpendingin cairan.
Melihat fungsinya yang tinggi, setahun kemudian PT Astra Daihatsu Indonesia, membawa produk terbaru Daihatsu Hijet yakni Daihatsu Hijet S38. Mobil itu sekaligus menjadi minivan pertama yang dijual di Indonesia. Daihatsu Hijet S38 itulah yang mengawali penamaan baru Daihatsu Hijet. Banyak orang menyebut mobil itu sebagai Hijet Tuyul atau Cetol, karena bentuknya yang membulat dan mungil. Masih sama dengan Hijet S37, mobil ini masih didatangkan langsung dari Jepang alias CBU, dengan menggendong mesin ZM 2 tak dan 2 silinder berkapasitas 360 cc.
Permintaan pasar yang semakin berkembang mendorong Daihatsu untuk mengeluarkan versi Hijet terbaru di Indonesia, yaitu Hijet 55. Kemunculan Hijet 55 berdampak positif kepada kebutuhan masyarakat tanah air pada masa itu. Pasalnya, mereka menginginkan mobil yang bisa mengangkut barang sampai dengan berat 350 kilogram dalam sekali jalan, dan Hijet 55 menjadi solusinya.Bentuknya yang unik membuat masyarakat menyebut mobil ini sebagai Hijet Bagong.
Daihatsu Hijet, meski pun saat ini sudah tidak dipasarkan lagi di Indonesia, tidak bisa dipungkiri menggoreskan cerita khusus buat masyarakat Indonesia. Mobil ini sangat spesial, saking spesialnya diberi nama yang sangat khas Indonesia yakni Bagong. (Baca juga : Ajaib, Range Rover Klasik Bangkit Lagi Disetrum Listrik )
Perkenalan Daihatsu Hijet dengan Indonesa berawal ketika bencana letusan Gunung Merapi pada 15 April 1972. Waktu itu letusan gunung menewaskan 200 orang dan menghancurkan tiga desa. Saat itu pemerintah Jepang tergerak mengirimkan bantuan berupa Daihatsu Hijet guna membantu mobilisasi warga.
Mini pikap dengan kode S37 itu dari segi dimensi memang masuk dalam ukuran kei car. Sedangkan pada bagian dapur pacu, Hijet S37 mengandalkan mesin Daihatsu ZM 2 tak dan 2 silinder berpendingin cairan.
Melihat fungsinya yang tinggi, setahun kemudian PT Astra Daihatsu Indonesia, membawa produk terbaru Daihatsu Hijet yakni Daihatsu Hijet S38. Mobil itu sekaligus menjadi minivan pertama yang dijual di Indonesia. Daihatsu Hijet S38 itulah yang mengawali penamaan baru Daihatsu Hijet. Banyak orang menyebut mobil itu sebagai Hijet Tuyul atau Cetol, karena bentuknya yang membulat dan mungil. Masih sama dengan Hijet S37, mobil ini masih didatangkan langsung dari Jepang alias CBU, dengan menggendong mesin ZM 2 tak dan 2 silinder berkapasitas 360 cc.
Permintaan pasar yang semakin berkembang mendorong Daihatsu untuk mengeluarkan versi Hijet terbaru di Indonesia, yaitu Hijet 55. Kemunculan Hijet 55 berdampak positif kepada kebutuhan masyarakat tanah air pada masa itu. Pasalnya, mereka menginginkan mobil yang bisa mengangkut barang sampai dengan berat 350 kilogram dalam sekali jalan, dan Hijet 55 menjadi solusinya.Bentuknya yang unik membuat masyarakat menyebut mobil ini sebagai Hijet Bagong.
tulis komentar anda