Sejuta Cerita Kereta Api Argo Parahyangan yang Akan Berhenti Beroperasi

Jum'at, 20 Januari 2023 - 13:11 WIB
loading...
Sejuta Cerita Kereta...
Kereta Api Argo Parahyangan memiliki banyak cerita di para penggunanya. Foto/Railway Enthusiast Digest (RED).
A A A
JAKARTA - Adakah yang bisa menandingi rasa rindu sepasang kekasih? Jarak jauh pun tidak akan sanggup menahan rasa cinta sepasang kekasih. Termasuk jauhnya jarak Jakarta ke Bandung .

Sekarang, pergi ke Bandung dari Jakarta memang sangat mudah. Hanya dengan mengendarai mobil Anda bisa mencapai kota kembang dengan waktu yang cukup cepat. Kurang dari tiga jam Anda sudah sampai ke jantung kota di Jawa Barat itu. Tentu dengan kondisi jalan tol Cikampek dan Cipularang lancar jaya.

Namun beda dengan dulu saat Ilham Riyandi berpacaran dengan seorang gadis Bandung bernama Esih Putri Zarkasih. Pria berusia 56 tahun yang tinggal di Tanjung Duren, Jakarta Barat harus menghabiskan waktu berada di jalan selama lima jam untuk sampai ke Bandung.

"Dulu naik motor lewat Puncak ke Bandung. Kalau mau naik bus ya ke Cikampek lewat Subang," kenangnya.

Tidak heran jika Esih, yang hingga kini jadi istrinya, terenyuh dengan semangat juang Ilham Riyandi. Dia tidak menyangka pria Betawi yang dia kenal lewat layanan chatting MIRC itu mau bersusah payah datang ke Bandung hanya untuk bertemu dirinya.

Untungnya sebelum badan rontok termakan jalan, Ilham Riyandi kemudian mencoba menggunakan kereta api Parahyangan. Saat itu dia tertarik karena slogan kereta itu adalah Bandung-Jakarta 2,5 Jam. Waktu yang jauh lebih cepat dibanding dia naik bus atau mengendarai motor.

"Saat itu ramai sekali yang naik kereta. Kalau enggak salah bisa sampai 14 gerbong. Saya ngerasain dari tiketnya masih Edmonson sampai kertas. Dari Rp20.000 sampai Rp30.000-an," kenangnya tertawa.

Tanpa ada saingan, Kereta Api Parahyangan akhirnya jadi jembatan sejuta cerita Jakarta-Bandung-Jakarta. Tidak hanya Ilham Riyandi, ratusan ribu orang telah menulis cerita menarik sepanjang rel Jakarta ke Bandung.



Sejuta Cerita Kereta Api Argo Parahyangan yang Akan Berhenti Beroperasi


Dari kondisi itulah akhirnya PT Kereta Api Indonesia, yang waktu itu Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), meluncurkan lagi kereta baru yakni Argo Gede. Kereta api itu dikhususkan bagi penumpang yang ingin lebih nyaman berkat adanya gerbong eksekutif.

Petaka bagi kereta api Parahyangan baru benar-benar datang ketika Tol Cipularang mulai dioperasikan pada 2005. Perjalanan Bandung-Jakarta mukai bisa ditempuh dalam kisaran tiga jam. Ketika lengang, waktu tempuhnya bahkan bisa kurang dari itu.

Belum kemudahan-kemudahan lain yang diberikan oleh infrastruktur jalan tol. Seperti kawasan istirahat yang membuat nyaman serta banyaknya akses pintu keluar tol yang memungkinkan orang lebih cepat mencapai tujuan. Bandingkan dengan layanan kereta api yang mengharuskan orang turun di stasiun-stasiun besar.

Cobaan makin berat karena maraknya usaha jasa travel yang melayani jalur Bandung-Jakarta via Tol Cipularang. Dengan tarif terjangkau, layanan ini menyodorkan banyak kemudahan. Mulai dari jam keberangkatan hingga titik tujuan.

Dalam setahun, tingkat okupansi kereta api Parahyangan melorot hingga tinggal 25 persen saja. Segala upaya dikerjakan PT KAI untuk mendongkrak jumlah penumpang. Harga karcis diturunkan hingga titik terendah Rp25.000.

Okupansi kembali naik hingga maksimal 70 persen. Sayangnya, angka ini belum mampu menutup kerugian yang didera perusahaan. Okupansi minimal untuk mencapai titik impas adalah 80 persen.

PT KAI kemudian mencoba melebur dua kereta yang sama-sama menuju Bandung, Parahyangan dan Argo Gede. Keduanya melebur jadi satu nama Argo Parahyangan .

Jika sebelumnya layanan kelas ekonomi-bisnis dan kelas eksekutif dipisah, kali ini keduanya digabung dalam satu kereta. Di Argo Parahyangan, penumpang bisa memilih gerbong kelas apa yang akan dipakai. Tarifnya menyesuaikan.



Menariknya peleburan itu justru berbarengan dengan semakin padatnya tol Cikampek dan Cipularang. Waktu tempuh Jakarta-Bandung melalui jalan tol justru jadi tidak mudah lagi.

Kemacetan yang tinggi membuat jalur tol tersebut jadi neraka di jalan. Alhasil perlahan-lahan sebagian masyarakat kembali memanfaatkan jasa kereta Argo Parahyangan.

"Jadwalnya sudah jelas kalau kereta. Kalau pakai mobil kayak tebak-tebakan," ujar Donny Iriawan, salah satu pengguna setia Argo Parahyangan.

Menurutnya selama di kereta dia bisa memanfaatkan waktu dengan menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Selain itu dia juga masih bisa beristirahat dengan baik selama ada di kereta.

"Stasiunnya juga di pusat kota jadi sangat mudah ke tempat yang saya tuju," tegasnya.

Hanya saja jumlah pengguna seperti Donny Iriawan masih sangat sedikit. Masih banyak orang yang menganggap naik turun kereta dari stasiun ke stasiun masih cukup merepotkan. Masih ada orang yang lebih ingin duduk santai di mobil meski terjebak kemacetan.

Tidak heran jika sejak dua tahun lalu PT KAI memang ingin menghenti Argo Parahyangan. Isu yang mengatakan kereta cepat Jakarta Bandung bakal mematikan kereta Argo Parahyangan hanyalah sebagian ujian yang dialami oleh kereta api Argo Parahyangan.

Sebelumnya kereta itu masih bisa melewati berbagai ujian yang ada, kini tinggal ujian kereta cepat yang harus dihadapi. Atau memang sudah tidak ada lagi cerita tersisa yang bisa dijalin melalui kereta tersebut.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1533 seconds (0.1#10.140)