Nissan Kembangkan Mobil Listrik dengan Baterai Solid-State
loading...
A
A
A
TOKYO - Produsen mobil Jepang Nissan mengembangkan mobil listrik (EV) yang menggunakan baterai solid-state bebas cairan dengan biaya lebih rendah. Nissan pun berencana mengoperasikan pabrik baterai solid-state pada tahun 2025.
Nissan awalnya mengumumkan keterlibatannya dalam pengembangan baterai solid-state untuk mobil listrik pada tahun 2021. Saat itu, Nissan mengatakan akan membangun fasilitas percontohan untuk membuat sel prototipe.
Satu tahun kemudian, pengembangan prototipe dilakukan di Nissan Research Center di Prefektur Kanagawa, Jepang. Nissan yakin berada dalam posisi terdepan untuk membuat batch pertama baterai solid-state pada tahun 2025 dan kendaraan listrik baru yang ditenagai oleh baterai tersebut untuk diproduksi pada tahun 2028.
Rencana besar itu diungkapkan Wakil Presiden Senior Nissan untuk penelitian dan pengembangan di Eropa, David Moss, kepada Autocar. Dia menegaskan Nissan akan menyelesaikan rekayasa dalam teknologi awal pada tahun 2026.
Selain itu, Moss mengatakan Nissan mengambil langkah untuk lebih mengembangkan teknologi baterai lithium-ion. Langkah ini bertujuan untuk melepaskan sel generasi berikutnya dalam beberapa tahun mendatang. Kemudian pada tahun 2028 yang bebas kobalt, akan mengurangi biaya sebanyak mungkin sekitar 65%.
Sehubungan dengan sel solid-state, keunggulannya jelas dibandingkan baterai yang tersedia saat ini. Di antaranya kecepatan pengisian tiga kali lipat, mendekati 400 kilowatt konstan terlepas dari suhunya, dan berlanjut dengan menggandakan kepadatan energi di ruang fisik yang sama.
Semuanya diproduksi dengan biaya yang lebih murah. Nissan sebelumnya menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mencapai biaya USD75 per kWh pada tahun fiskal 2028 dan USD65 per kWh setelahnya.
Bekerja sama dengan para ilmuwan dari Universitas Oxford, para insinyur Nissan di Jepang berhasil beralih dari sel kecil berukuran kancing menjadi sel persegi berukuran 10 sentimeter. Moss menambahkan bahwa Nisssan ingin sepenuhnya menghapus elemen cair dari baterai, untuk meningkatkan efisiensi dalam penyimpanan dan transfer daya.
“Bisakah menghapus elektrolit cair dari baterai? Di sinilah kami pikir kami memimpin. Beberapa baterai solid-state masih memiliki elektrolit cair, dan ini menjadi masalah, karena cairan itu mendidih. Efisiensi energi dalam penyimpanan dan transfer serta daya yang Anda masukkan ke dalamnya akan terpengaruh,” kata Moss dikutip dari laman insideevs, Rabu (8/2/2023).
Mencapai semua tujuan ini pada akhirnya berarti bahwa kendaraan listrik masa depan akan lebih ringan, memiliki jangkauan lebih jauh, dan dapat mengisi daya jauh lebih cepat, sekaligus lebih murah.
Nissan bukan satu-satunya perusahaan yang berdedikasi untuk mewujudkan baterai solid-state ke pasar massal. Ada beberapa perusahaan juga mengembangkan baterai solid-state, seperti StoreDot, SolidPower, Factorial, dan QuantumScape.
Nissan awalnya mengumumkan keterlibatannya dalam pengembangan baterai solid-state untuk mobil listrik pada tahun 2021. Saat itu, Nissan mengatakan akan membangun fasilitas percontohan untuk membuat sel prototipe.
Satu tahun kemudian, pengembangan prototipe dilakukan di Nissan Research Center di Prefektur Kanagawa, Jepang. Nissan yakin berada dalam posisi terdepan untuk membuat batch pertama baterai solid-state pada tahun 2025 dan kendaraan listrik baru yang ditenagai oleh baterai tersebut untuk diproduksi pada tahun 2028.
Rencana besar itu diungkapkan Wakil Presiden Senior Nissan untuk penelitian dan pengembangan di Eropa, David Moss, kepada Autocar. Dia menegaskan Nissan akan menyelesaikan rekayasa dalam teknologi awal pada tahun 2026.
Selain itu, Moss mengatakan Nissan mengambil langkah untuk lebih mengembangkan teknologi baterai lithium-ion. Langkah ini bertujuan untuk melepaskan sel generasi berikutnya dalam beberapa tahun mendatang. Kemudian pada tahun 2028 yang bebas kobalt, akan mengurangi biaya sebanyak mungkin sekitar 65%.
Sehubungan dengan sel solid-state, keunggulannya jelas dibandingkan baterai yang tersedia saat ini. Di antaranya kecepatan pengisian tiga kali lipat, mendekati 400 kilowatt konstan terlepas dari suhunya, dan berlanjut dengan menggandakan kepadatan energi di ruang fisik yang sama.
Semuanya diproduksi dengan biaya yang lebih murah. Nissan sebelumnya menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk mencapai biaya USD75 per kWh pada tahun fiskal 2028 dan USD65 per kWh setelahnya.
Bekerja sama dengan para ilmuwan dari Universitas Oxford, para insinyur Nissan di Jepang berhasil beralih dari sel kecil berukuran kancing menjadi sel persegi berukuran 10 sentimeter. Moss menambahkan bahwa Nisssan ingin sepenuhnya menghapus elemen cair dari baterai, untuk meningkatkan efisiensi dalam penyimpanan dan transfer daya.
“Bisakah menghapus elektrolit cair dari baterai? Di sinilah kami pikir kami memimpin. Beberapa baterai solid-state masih memiliki elektrolit cair, dan ini menjadi masalah, karena cairan itu mendidih. Efisiensi energi dalam penyimpanan dan transfer serta daya yang Anda masukkan ke dalamnya akan terpengaruh,” kata Moss dikutip dari laman insideevs, Rabu (8/2/2023).
Mencapai semua tujuan ini pada akhirnya berarti bahwa kendaraan listrik masa depan akan lebih ringan, memiliki jangkauan lebih jauh, dan dapat mengisi daya jauh lebih cepat, sekaligus lebih murah.
Nissan bukan satu-satunya perusahaan yang berdedikasi untuk mewujudkan baterai solid-state ke pasar massal. Ada beberapa perusahaan juga mengembangkan baterai solid-state, seperti StoreDot, SolidPower, Factorial, dan QuantumScape.
(wib)