Mercedes Tidak Akan Kabur dari China, Sekalipun Ada Perang dengan Taiwan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ola Kallenius, Chairman of the Board Mercedes-Benz Group AG mengatakan mereka tidak akan kabur dari China sekalipun negara yang dipimpin Xi Zinping itu akan menyerang atau menginvasi Taiwan. Dia memahami saat ini kondisi politik China dan Taiwan tengah memanas.
China beberapa kali menunjukkan kemampuan tempur mereka di wilayah Taiwan. Begitu juga dengan Taiwan yang terus berupaya melengkapi diri dengan persenjataan terbaru guna mengantisipasi terjadinya perang.
Potensi itu justru tidak terlalu membuat Ola Kallenius. Dia mengatakan sangat sulit buat mereka untuk mengenyampingkan China apabila terjadi invasi ke Taiwan.
Menurutnya kondisi di China sangat berbeda dengan situasi Rusia yang menginvasi Ukraina. China hingga saat ini memiliki posisi yang sangat penting dalam industri otomotif global.
Jadi meskipun di Rusia banyak pabrikan otomotif hengkang setelah adanya invasi Ukraina, hal itu menurut Ola Kallenius tidak akan terjadi di China. Mercedes-Benz pun tidak akan begitu saja hengkang seperti ketika mereka kabur dari Rusia.
"China adalah pemain utama dalam ekonomi dunia selain Eropa dan Amerika Serikat. Di antaranya ada kaitan yang erat sehingga memisahkan diri dari China tidak masuk akal,” kata Ola Kallenius dikutip Carscoops.
Dia melanjutkan keterkaitan itu bukan untuk menjaga persaingan tetapi kerja sama untuk mencapai hal yang menguntungkan. Misalnya dalam pemenuhan kebutuhan baterai litium yang saat ini penting buat industri mobil listrik.
"Tentu saja, kami melihat perbedaan dan ketegangan politik antara China dan Taiwan. Kita harus menjadi lebih tangguh di sini dan lebih mandiri dari masing-masing negara, misalnya dalam hal baterai litium. Tetapi melepaskan diri dari China adalah ilusi dan juga tidak diinginkan," tegasnya.
Ola Kallenius melanjutkan Mercedes-Benz sama sekali tidak terpikir untuk menghentikan operasinya di China. Bagi mereka China adalah pasar yang sangat penting karena telah menyumbang 37 persen dari total penjualan secara global. Bahkan pendapatan mereka sebesar 18 persen datang dari China.
Bos Mercedes-Benz juga membantah pernyataan bahwa pabrikan Jerman kalah total dari mobil-mobil China. Dia mengatakan segmentasinya sangat berbeda antara mobil Mercedes-Benz dan mobil China. Apalagi pabrikan mobil yang berbasis di Stuttgart itu tidak menjual mobil dengan harga terjangkau yang sangat disukai masyarakat China.
"Kami tidak ingin terlibat dalam perang harga hanya untuk mendapatkan volume. Pelanggan Mercedes mengharapkan sesuatu yang istimewa. Secara keseluruhan, kami dapat meningkatkan penjualan model serba listrik kami di China lebih dari 150 persen pada tahun 2022," pungkas Ola Kallenius.
China beberapa kali menunjukkan kemampuan tempur mereka di wilayah Taiwan. Begitu juga dengan Taiwan yang terus berupaya melengkapi diri dengan persenjataan terbaru guna mengantisipasi terjadinya perang.
Potensi itu justru tidak terlalu membuat Ola Kallenius. Dia mengatakan sangat sulit buat mereka untuk mengenyampingkan China apabila terjadi invasi ke Taiwan.
Menurutnya kondisi di China sangat berbeda dengan situasi Rusia yang menginvasi Ukraina. China hingga saat ini memiliki posisi yang sangat penting dalam industri otomotif global.
Baca Juga
Jadi meskipun di Rusia banyak pabrikan otomotif hengkang setelah adanya invasi Ukraina, hal itu menurut Ola Kallenius tidak akan terjadi di China. Mercedes-Benz pun tidak akan begitu saja hengkang seperti ketika mereka kabur dari Rusia.
"China adalah pemain utama dalam ekonomi dunia selain Eropa dan Amerika Serikat. Di antaranya ada kaitan yang erat sehingga memisahkan diri dari China tidak masuk akal,” kata Ola Kallenius dikutip Carscoops.
Dia melanjutkan keterkaitan itu bukan untuk menjaga persaingan tetapi kerja sama untuk mencapai hal yang menguntungkan. Misalnya dalam pemenuhan kebutuhan baterai litium yang saat ini penting buat industri mobil listrik.
"Tentu saja, kami melihat perbedaan dan ketegangan politik antara China dan Taiwan. Kita harus menjadi lebih tangguh di sini dan lebih mandiri dari masing-masing negara, misalnya dalam hal baterai litium. Tetapi melepaskan diri dari China adalah ilusi dan juga tidak diinginkan," tegasnya.
Ola Kallenius melanjutkan Mercedes-Benz sama sekali tidak terpikir untuk menghentikan operasinya di China. Bagi mereka China adalah pasar yang sangat penting karena telah menyumbang 37 persen dari total penjualan secara global. Bahkan pendapatan mereka sebesar 18 persen datang dari China.
Bos Mercedes-Benz juga membantah pernyataan bahwa pabrikan Jerman kalah total dari mobil-mobil China. Dia mengatakan segmentasinya sangat berbeda antara mobil Mercedes-Benz dan mobil China. Apalagi pabrikan mobil yang berbasis di Stuttgart itu tidak menjual mobil dengan harga terjangkau yang sangat disukai masyarakat China.
"Kami tidak ingin terlibat dalam perang harga hanya untuk mendapatkan volume. Pelanggan Mercedes mengharapkan sesuatu yang istimewa. Secara keseluruhan, kami dapat meningkatkan penjualan model serba listrik kami di China lebih dari 150 persen pada tahun 2022," pungkas Ola Kallenius.
(wsb)