Ilmuwan Toyota Ingatkan Kekurangan Sumber Daya Hambat Penyerapan Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
HIROSHIMA - Seorang ilmuwan top pabrikan otomotif Toyota mengatakan bahwa kurangnya sumber daya akan menghambat penyerapan kendaraan listrik (EV) secara luas. Dampak paling signifikan bisa terjadi di negara-negara yang memiliki banyak infrastruktur terbarukan, seperti Norwegia.
Kepala Eksekutif Toyota Research Institute, Gill Pratt mengatakan, untuk negara-negara yang masih menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik, kendaraan hibrida menjadi opsi yang lebih baik untuk menekan emisi CO2. Hal itu disampaikan kepada wartawan di Hiroshima, sehari sebelum dimulainya KTT G-7 di Hiroshima, Jepang.
“Bahan baterai dan infrastruktur pengisian terbarukan pada akhirnya akan berlimpah. Tetapi akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menambang material baterai, membangun pembangkit listrik terbarukan, jalur transmisi, dan fasilitas penyimpanan energi,” kata Pratt dikutip SINDOnews dari laman ntd, Minggu (28/5/2023).
Toyota telah banyak mendapat kecaman dan kritik dari kelompok lingkungan, atas lambatnya kemajuan dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik. Toyota dinilai telah tertinggal dari Tesla Inc dan lainnya di tengah meningkatnya permintaan global kendaraan listrik.
Tudingan itu telah dibantah oleh Toyota, yang mengatakan bahwa kendaraan listrik hanya mewakili satu opsi yang memungkinkan. Sedangkan kendaraan hibrida bensin-listrik, termasuk Toyota Prius, menawarkan pilihan yang lebih layak untuk pengemudi dan pasar.
Toyota juga telah berkomitmen untuk menjual 1,5 juta mobil bertenaga baterai pada tahun 2026 dan memperkenalkan 10 model baru yang sepenuhnya listrik. Laporan muncul pada tahun 2022 tentang mantan kepala eksekutif Toyota, Akio Toyoda, yang melobi pemerintah Jepang untuk menyatakan dukungan yang jelas untuk kendaraan hibrida seperti dukungan untuk kendaraan listrik.
Toyoda, yang saat ini menjadi ketua Toyota, mengatakan awal bulan ini, dalam mendukung kendaraan hibrida. “EV (kendaraan listrik) adalah salah satu opsi yang sangat penting untuk mencapai netralitas karbon, seperti halnya kendaraan berbahan hidrogen,” ucapnya.
Kepala Eksekutif Toyota Research Institute, Gill Pratt mengatakan, untuk negara-negara yang masih menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik, kendaraan hibrida menjadi opsi yang lebih baik untuk menekan emisi CO2. Hal itu disampaikan kepada wartawan di Hiroshima, sehari sebelum dimulainya KTT G-7 di Hiroshima, Jepang.
“Bahan baterai dan infrastruktur pengisian terbarukan pada akhirnya akan berlimpah. Tetapi akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menambang material baterai, membangun pembangkit listrik terbarukan, jalur transmisi, dan fasilitas penyimpanan energi,” kata Pratt dikutip SINDOnews dari laman ntd, Minggu (28/5/2023).
Toyota telah banyak mendapat kecaman dan kritik dari kelompok lingkungan, atas lambatnya kemajuan dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik. Toyota dinilai telah tertinggal dari Tesla Inc dan lainnya di tengah meningkatnya permintaan global kendaraan listrik.
Tudingan itu telah dibantah oleh Toyota, yang mengatakan bahwa kendaraan listrik hanya mewakili satu opsi yang memungkinkan. Sedangkan kendaraan hibrida bensin-listrik, termasuk Toyota Prius, menawarkan pilihan yang lebih layak untuk pengemudi dan pasar.
Toyota juga telah berkomitmen untuk menjual 1,5 juta mobil bertenaga baterai pada tahun 2026 dan memperkenalkan 10 model baru yang sepenuhnya listrik. Laporan muncul pada tahun 2022 tentang mantan kepala eksekutif Toyota, Akio Toyoda, yang melobi pemerintah Jepang untuk menyatakan dukungan yang jelas untuk kendaraan hibrida seperti dukungan untuk kendaraan listrik.
Toyoda, yang saat ini menjadi ketua Toyota, mengatakan awal bulan ini, dalam mendukung kendaraan hibrida. “EV (kendaraan listrik) adalah salah satu opsi yang sangat penting untuk mencapai netralitas karbon, seperti halnya kendaraan berbahan hidrogen,” ucapnya.
(wib)