Ini Alasan Indonesia Seharusnya Bisa Jadi Penguasa Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendaraan listrik menjadi salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara yang disebabkan emisi dari mesin konvensional. Namun, dibutuhkan baterai sebagai sumber daya utama menggantikan bahan bakar minyak.
Salah satu bahan untuk membuat baterai adalah nikel, yang melimpah di Indonesia. Oleh sebab itu, banyak investor tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam membuat baterai untuk kendaraan listrik.
Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebutkan Indonesia bisa menjadi pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik. Pasalnya, ketergantungan produsen terhadap nikel sangat tinggi.
“Indonesia memiliki sumber daya yang cukup terkait dengan nikel untuk bisa memenuhi kebutuhan bagian-bagian dari kendaraan listrik. Saat ini, posisi kami mengkonversi nikel menjadi bahan-bahan untuk baterai yang akan digunakan kendaraan listrik,” kata Toto dalam Indonesia Suistainbility Forum di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9).
Dikatakan oleh Toto, pertumbuhan kendaraan listrik di China sekitar 6 juta unit per tahun, sedangkan Eropa 3 juta, dan Indonesia 15.000 per tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan akan bahan baku pembuatan baterai seperti nikel sangat besar.
“Kita punya sumber daya cukup terkait nikel untuk bisa memenuhi kebutuhan bagian-bagian dari kendaraan listrik. Kita telah produksi di sini, dan saya rasa beberapa tahun ke depan akan meningkat 70 persen. Jadi indonesia punya potensi seperti Arab dalam hal minyak,” ujar Toto.
Menyadari hal tersebut, Toto meyakini apabila dikelola dengan baik, maka Indonesia bisa menjadi pusat kendaraan listrik dunia. Tapi, perlu ada dorongan dari pemerintah untuk membuat masyarakat Indonesia mau beralih ke kendaraan listrik.
“Kita memiliki keuntungan global dalam sumber daya nikel. Tapi nikel bisa masuk dalam rantai suplai dunia. Jadi kita harus masuk dua arah, yaitu meningkatkan permintaan domestik kendaran listrik Indonesia, di sisi lain memenuhi kebutuhan baterai di seluruh dunia dan ini salah satu manfaat yang kita miliki,” ucapnya.
Toto juga mengungkapkan bahwa material nikel harus didapatkan dalam kondisi baik, artinya tidak terkontaminasi apa pun. Pasalnya, para produsen baterai menginginkan material terbaik untuk membuat baterai yang aman dan tahan lama.
“Terkait dengan produksi baterai, saya ingin berbagi bahwa dari pertambangan ketika ekstraksi nikel kita harus taati praktik-praktik pertambangan. Di sisi lain, generasi listrik atau tenaga harus mengikuti standar, apalagi kita ingin masuk negara lain, apalagi AS,” ungkapnya.
Salah satu bahan untuk membuat baterai adalah nikel, yang melimpah di Indonesia. Oleh sebab itu, banyak investor tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam membuat baterai untuk kendaraan listrik.
Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebutkan Indonesia bisa menjadi pemain penting dalam ekosistem kendaraan listrik. Pasalnya, ketergantungan produsen terhadap nikel sangat tinggi.
“Indonesia memiliki sumber daya yang cukup terkait dengan nikel untuk bisa memenuhi kebutuhan bagian-bagian dari kendaraan listrik. Saat ini, posisi kami mengkonversi nikel menjadi bahan-bahan untuk baterai yang akan digunakan kendaraan listrik,” kata Toto dalam Indonesia Suistainbility Forum di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9).
Dikatakan oleh Toto, pertumbuhan kendaraan listrik di China sekitar 6 juta unit per tahun, sedangkan Eropa 3 juta, dan Indonesia 15.000 per tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan akan bahan baku pembuatan baterai seperti nikel sangat besar.
“Kita punya sumber daya cukup terkait nikel untuk bisa memenuhi kebutuhan bagian-bagian dari kendaraan listrik. Kita telah produksi di sini, dan saya rasa beberapa tahun ke depan akan meningkat 70 persen. Jadi indonesia punya potensi seperti Arab dalam hal minyak,” ujar Toto.
Menyadari hal tersebut, Toto meyakini apabila dikelola dengan baik, maka Indonesia bisa menjadi pusat kendaraan listrik dunia. Tapi, perlu ada dorongan dari pemerintah untuk membuat masyarakat Indonesia mau beralih ke kendaraan listrik.
“Kita memiliki keuntungan global dalam sumber daya nikel. Tapi nikel bisa masuk dalam rantai suplai dunia. Jadi kita harus masuk dua arah, yaitu meningkatkan permintaan domestik kendaran listrik Indonesia, di sisi lain memenuhi kebutuhan baterai di seluruh dunia dan ini salah satu manfaat yang kita miliki,” ucapnya.
Toto juga mengungkapkan bahwa material nikel harus didapatkan dalam kondisi baik, artinya tidak terkontaminasi apa pun. Pasalnya, para produsen baterai menginginkan material terbaik untuk membuat baterai yang aman dan tahan lama.
“Terkait dengan produksi baterai, saya ingin berbagi bahwa dari pertambangan ketika ekstraksi nikel kita harus taati praktik-praktik pertambangan. Di sisi lain, generasi listrik atau tenaga harus mengikuti standar, apalagi kita ingin masuk negara lain, apalagi AS,” ungkapnya.
(dan)