Mitsubishi Pastikan Triton PHEV Segera Masuk Dapur Produksi
loading...
A
A
A
LONDON - Mitsubishi baru saja meluncurkan truk pikap Triton generasi baru beberapa bulan lalu dengan mesin diesel 2,4 liter (kode 4N16) dengan tenaga puncak 204 PS dan torsi 470 Nm.
Namun menurut laporan terbaru dari situs CarSales AU, insinyur senior Mitsubishi, Kaori Sawase membenarkan pihaknya sedang mengembangkan sistem plug-in hybrid (PHEV) untuk model Triton.
Sistem PHEV disebut tidak memiliki hubungan langsung dengan sistem PHEV yang digunakan pada model Outlander, melainkan menggunakan sistem yang sudah ada pada model Jeep dan Land Rover.
Dapat dipahami bahwa sistem PHEV P2 menggabungkan motor listrik 48 volt yang memungkinkan penggerak listrik murni, dan dapat digunakan pada model hybrid dan plug-in hybrid apa pun.
Sawase juga menjelaskan mengapa sistem yang digunakan Triton berbeda dibandingkan sistem pada Outlander PHEV.
“Hingga saat ini, teknologi PHEV yang kami miliki adalah desain mesin melintang yang berbasis sistem penggerak roda depan atau semua roda,'' tegas Sawase
Namun Triton memiliki desain mesin vertikal, dan jika dibandingkan Outlander, tingkat kemampuan berkendara off-road juga berbeda signifikan.
Dalam wawancara yang sama, Sawase dan juru bicara Mitsubishi membenarkan bahwa pengembangan sistem hybrid plug-in diesel ditolak karena biayanya yang tinggi, padahal banyak pelanggan Mitsubishi 4x4 yang menginginkannya.
“Kami memahami bahwa kami mempunyai permintaan dari pelanggan untuk mesin diesel PHEV, tapi dari segi biaya, hal itu tidak mungkin,'' tambah Sawase
“Jika kami menjajaki pasar, model PHEV bensin lebih mudah diperkenalkan di banyak pasar. Sayangnya model mesin diesel sulit memasuki pasar tertentu,''
Saat ditanya soal kedatangan Triton EV, Sawase memproyeksikan powertrain listrik baterai untuk Triton diperkirakan akan tiba dalam lima tahun ke depan.
“Performa motor listrik yang ada perlu ditingkatkan. Spesifikasi motor listrik saat ini mempunyai daya puncak yang tinggi, namun daya kontinu yang dapat dihasilkan rendah,'' tutur Sawase
“Untuk berkendara di jalur off-road seperti pasir atau lumpur, kita memerlukan tenaga keluaran yang konstan. Dengan teknologi yang ada, itu hal yang sulit,''
“Tapi mungkin dalam waktu lima tahun, performa tenaga motor listrik secara berkesinambungan kemungkinan besar akan meningkat,'' tandasnya.
Namun menurut laporan terbaru dari situs CarSales AU, insinyur senior Mitsubishi, Kaori Sawase membenarkan pihaknya sedang mengembangkan sistem plug-in hybrid (PHEV) untuk model Triton.
Sistem PHEV disebut tidak memiliki hubungan langsung dengan sistem PHEV yang digunakan pada model Outlander, melainkan menggunakan sistem yang sudah ada pada model Jeep dan Land Rover.
Dapat dipahami bahwa sistem PHEV P2 menggabungkan motor listrik 48 volt yang memungkinkan penggerak listrik murni, dan dapat digunakan pada model hybrid dan plug-in hybrid apa pun.
Sawase juga menjelaskan mengapa sistem yang digunakan Triton berbeda dibandingkan sistem pada Outlander PHEV.
“Hingga saat ini, teknologi PHEV yang kami miliki adalah desain mesin melintang yang berbasis sistem penggerak roda depan atau semua roda,'' tegas Sawase
Namun Triton memiliki desain mesin vertikal, dan jika dibandingkan Outlander, tingkat kemampuan berkendara off-road juga berbeda signifikan.
Dalam wawancara yang sama, Sawase dan juru bicara Mitsubishi membenarkan bahwa pengembangan sistem hybrid plug-in diesel ditolak karena biayanya yang tinggi, padahal banyak pelanggan Mitsubishi 4x4 yang menginginkannya.
“Kami memahami bahwa kami mempunyai permintaan dari pelanggan untuk mesin diesel PHEV, tapi dari segi biaya, hal itu tidak mungkin,'' tambah Sawase
“Jika kami menjajaki pasar, model PHEV bensin lebih mudah diperkenalkan di banyak pasar. Sayangnya model mesin diesel sulit memasuki pasar tertentu,''
Saat ditanya soal kedatangan Triton EV, Sawase memproyeksikan powertrain listrik baterai untuk Triton diperkirakan akan tiba dalam lima tahun ke depan.
“Performa motor listrik yang ada perlu ditingkatkan. Spesifikasi motor listrik saat ini mempunyai daya puncak yang tinggi, namun daya kontinu yang dapat dihasilkan rendah,'' tutur Sawase
“Untuk berkendara di jalur off-road seperti pasir atau lumpur, kita memerlukan tenaga keluaran yang konstan. Dengan teknologi yang ada, itu hal yang sulit,''
“Tapi mungkin dalam waktu lima tahun, performa tenaga motor listrik secara berkesinambungan kemungkinan besar akan meningkat,'' tandasnya.
(wbs)