Dua Pola Berulang di Balik Kecelakaan Bus Pariwisata

Jum'at, 24 Mei 2024 - 16:26 WIB
loading...
Dua Pola Berulang di Balik Kecelakaan Bus Pariwisata
Kecelakaan bus pariwisata belakangan marak terjadi di tanah air. (Foto: Ist)
A A A
JAKARTA - Kecelakaan bus pariwisata belakangan marak terjadi di tanah air. Setelah tragedi di Subang yang menelan 11 korban jiwa, kecelakaan serupa terjadi di Tol Jombang-Mojokerto, Jawa Timur, dan Lampung, Sumatera Selatan.

Di balik deretan kecelakaan bus pariwisata ini, faktor sopir mengantuk dan rem blong kembali menjadi penyebab utama. Hal ini menjadi perhatian banyak pihak, hingga Komisi X DPR RI meminta seluruh sekolah menunda kegiatan study tour ke luar kota.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan ada dua pola terjadinya kecelakaan bus pariwisata, yakni rem blong dan sopir mengantuk. Hal ini terjadi akibat jam operasional bus pariwisata yang tak menentu sehingga perawatan tak maksimal dan kualitas istirahat sopir tak baik.

“Pola tersebut dipicu dari karakreristik angkutan wisata yang tidak diatur trayeknya dan tidak diatur waktu operasinya. Mereka bisa beroperasi di mana saja dan kapan saja tanpa ada batasan waktu operasi,” kata Djoko dalam keterangan tertulis.



Menurut Djoko, jalan menuju lokasi wisata hampir seluruhnya merupakan jalan sub-standar alias tidak sesuai regulasi kendaraan besar. Sehingga, berpotensi menyebabkan bus mengalami rem blong, terutama bagi sopir yang tak memahami rute.

Selain itu, tikungan menuju lokasi wisata juga tidak memiliki lebar yang ramah bagi kendaraan besar dengan panjang 12 meter dan lebar 2,5 meter. Menurut Djoko, ini yang kerap memicu kecelakaan bus pariwisata.

“Kemudian hampir semua pengguna membuat itinerari perjalanan sungguh tidak manusiawi. Aktivitas dari pagi hingga sore untuk berwisata, kemudian malamnya berada di jalan untuk pulang,” ujarnya.



“Kalaupun ada waktu istirahat, hampir semuanya tidak ada yang memberi pengemudi tempat istirahat memadai. Peserta wisata tidur di hotel, pengemudi tidur di bus,” lanjut Djoko.

Selain itu, saat ini sebagian besar bus pariwisata merupakan armada bekas yang sebelumnya digunakan untuk trayek AKAP atau AKDP. Terlebih pemilik PO bus juga kerap tak melengkapi armada dengan izin yang sesuai.

“Pengawasan di lapangan sangat sulit, dan masih berplat kendaraan warna kuning. Semua kecelakaan bus periwisata yang diinvestigasi KNKT adalah bus tanpa izin yang merupakan bus bekas peremajaan dari bus AKAP/AKDP,” ucap Djoko.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6030 seconds (0.1#10.140)
pixels