Pakai Kecerdasan Buatan, Jr. NBA Global Championship 2020 Diadakan Virtual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemik COVID-19 tidak mengurangi jangkauan global National Basketball Association (NBA) untuk membawa hal positif ke dunia. Setelah sempat ditunda selama lebih dari empat bulan, NBA akhirnya kembali melanjutkan pertandingan musim 2019-20 dengan protokol kesehatan dan keamanan ketat. (Baca juga: Sapu Bersih Games 4, Celtic vs Raptor Bentrok di Semifinal Wilayah Timur )
Bukan hanya itu, mereka juga mencari cara untuk menggelar kejuaraan dunia Jr. NBA (Jr. NBA Global Championship), turnamen basket tingkat global bagi anak laki-laki dan perempuan berusia 13-14 tahun di seluruh dunia, yang secara resmi berlangsung pada bulan Juli lalu.
Hampir 3.000 remaja berpartisipasi dalam Jr. NBA Global Championship 2020, menampilkan putra dan putri terbaik dari delapan wilayah AS (Tengah/Central, Atlantik Tengah/Mid-Atlantic, Barat Tengah/Midwest, Timur Laut/Northeast, Barat Laut/Northwest, Selatan/South, Tenggara/Southeast, dan Barat/West) dan delapan wilayah internasional (Afrika, Asia-Pasifik, Kanada, China, Eropa dan Timur Tengah, India, Amerika Latin, dan Meksiko).
Dengan menekankan empat nilai utama, yakni kerja sama tim (teamwork), rasa hormat (respect), tekad (determination), dan komunitas (community), Jr. NBA Global Championship tahun ini menawarkan suatu pengalaman yang unik dan berbeda dari sebelumnya, yakni kompetisi virtual.
Para tim berkompetisi dalam rangkaian pertandingan basket secara virtual menggunakan HomeCourt, sebuah aplikasi pelatihan basket seluler. HomeCourt menggunakan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan canggih untuk menilai beberapa metrik utama. Misalnya, kecepatan (speed), loncatan vertikal (vertical jump), ketepatan tembakan (shot accuracy), kecepatan melempar bola (release time), dan kontrol bola (ball handling).
Tim dari setiap wilayah ambil bagian dalam kejuaraan berbasis bracket yang terbagi ke dalam wilayah AS dan internasional dengan sistem gugur (single-elimination). Dengan 1 dari 2 wilayah dieliminasi setiap pekannya. Puncaknya, masing-masing pemenang perwakilan AS dan internasional saling berhadapan dalam kejuaraan dunia.
Pertama kali, tim Asia Pasifik kalahkan tim Amerika Serikat dalam Jr. NBA Global Championship yang diadakan secara virtual.
Pengalaman baru dan unik dialami oleh salah satu remaja asal Indonesia, Claudius Teo, yang turut membela wilayah Asia Pasifik dalam Jr. NBA Global Championship 2020 virtual. Bersama peserta lainnya yang berasal dari berbagai negara seperti Australia dan Filipina, tim Asia Pasifik membuktikan bahwa mereka tetap bisa berprestasi di kejuaraan dunia meski harus berlatih dan bertanding di rumah saja.
Rasa bangga untuk mewakili Indonesia di turnamen bertaraf global pun disampaikan oleh bocah asal Bandung yang mengidolakan LeBron James tersebut. “Pengalaman untuk bertanding dengan pemain dari berbagai negara secara virtual tidak akan pernah saya lupakan, apalagi tahun ini Asia Pasifik berhasil menjadi pemenang di divisi anak-anak laki-laki,” ungkap Claudius Teo.
Kejuaraan ini pun tidak diraih begitu saja. Karena dia harus mengikuti berbagai tahapan dan seleksi terlebih dahulu.
“Awalnya saya mengikuti pertandingan 3x3 atau selection camp yang diadakan di Bandung. Dari sana, saya terpilih sebagai satu-satunya pemain putra yang lolos ke jenjang selanjutnya,” cerita Claudius.
“Selanjutnya, saya dipilih untuk mengikuti Jr. NBA Global Championship secara virtual. Kami bertanding melawan tim China, Meksiko, Amerika Latin, dan Atlantik Tengah (Mid-Atlantic). Di semua pertandingan itu, kami menang,” tambahnya.
Selain unjuk kemampuan, Claudius dan peserta lainnya memperoleh berbagai keterampilan hidup (life skill), kesempatan mengikuti kegiatan komunitas (community service), serta pengalaman bertukar budaya (cross-cultural experience). Hal ini dikarenakan Jr. NBA bekerja sama dengan VirBELA dan Event Farm untuk mendukung kegiatan pertukaran budaya dengan menciptakan kampus virtual.
Sehingga para peserta dapat menggunakan avatar untuk berinteraksi dengan sesama peserta dari berbagai belahan dunia, tanpa terbatas di mana mereka tinggal.
Claudius pun mengaku mengalami berbagai tantangan ketika mempersiapkan diri untuk mengikuti Jr. NBA Global Championship. Seperti kesulitan berlatih secara langsung di lapangan maupun kendala internet saat berlatih secara virtual.
Meskipun begitu, remaja yang sebentar lagi menginjak usia 15 tahun ini mengaku tidak pernah bosan dan malas dalam berlatih. Mengenal olahraga basket sejak berumur sembilan tahun, Claudius tekun mengikuti berbagai pelatihan privat, klub basket, serta organisasi di dalam dan luar sekolah setiap harinya. (Baca juga: Pemerintah Dituntut Buat Aturan Penggunaan Sinar UV-C untuk Bunuh Virus )
Dirinya selalu menyempatkan waktu untuk mengasah kemampuan serta teknik-teknik bermain basketnya, serta menjaga stamina agar siap saat bertanding. Dua juga membuktikan bahwa banyaknya tugas dan padatnya waktu latihan, tidak membuat dirinya meninggalkan kewajiban utamanya sebagai pelajar.
“Saya biasanya berlatih dua sampai tiga jam sehari dengan pelatih dan teman-teman. Untuk itu, saya selalu mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sepulang sekolah, tidak main dulu,” kata Claudius yang sempat berpartisipasi juga dalam Jr. NBA Indonesia 2019.
Bukan hanya itu, mereka juga mencari cara untuk menggelar kejuaraan dunia Jr. NBA (Jr. NBA Global Championship), turnamen basket tingkat global bagi anak laki-laki dan perempuan berusia 13-14 tahun di seluruh dunia, yang secara resmi berlangsung pada bulan Juli lalu.
Hampir 3.000 remaja berpartisipasi dalam Jr. NBA Global Championship 2020, menampilkan putra dan putri terbaik dari delapan wilayah AS (Tengah/Central, Atlantik Tengah/Mid-Atlantic, Barat Tengah/Midwest, Timur Laut/Northeast, Barat Laut/Northwest, Selatan/South, Tenggara/Southeast, dan Barat/West) dan delapan wilayah internasional (Afrika, Asia-Pasifik, Kanada, China, Eropa dan Timur Tengah, India, Amerika Latin, dan Meksiko).
Dengan menekankan empat nilai utama, yakni kerja sama tim (teamwork), rasa hormat (respect), tekad (determination), dan komunitas (community), Jr. NBA Global Championship tahun ini menawarkan suatu pengalaman yang unik dan berbeda dari sebelumnya, yakni kompetisi virtual.
Para tim berkompetisi dalam rangkaian pertandingan basket secara virtual menggunakan HomeCourt, sebuah aplikasi pelatihan basket seluler. HomeCourt menggunakan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan canggih untuk menilai beberapa metrik utama. Misalnya, kecepatan (speed), loncatan vertikal (vertical jump), ketepatan tembakan (shot accuracy), kecepatan melempar bola (release time), dan kontrol bola (ball handling).
Tim dari setiap wilayah ambil bagian dalam kejuaraan berbasis bracket yang terbagi ke dalam wilayah AS dan internasional dengan sistem gugur (single-elimination). Dengan 1 dari 2 wilayah dieliminasi setiap pekannya. Puncaknya, masing-masing pemenang perwakilan AS dan internasional saling berhadapan dalam kejuaraan dunia.
Pertama kali, tim Asia Pasifik kalahkan tim Amerika Serikat dalam Jr. NBA Global Championship yang diadakan secara virtual.
Pengalaman baru dan unik dialami oleh salah satu remaja asal Indonesia, Claudius Teo, yang turut membela wilayah Asia Pasifik dalam Jr. NBA Global Championship 2020 virtual. Bersama peserta lainnya yang berasal dari berbagai negara seperti Australia dan Filipina, tim Asia Pasifik membuktikan bahwa mereka tetap bisa berprestasi di kejuaraan dunia meski harus berlatih dan bertanding di rumah saja.
Rasa bangga untuk mewakili Indonesia di turnamen bertaraf global pun disampaikan oleh bocah asal Bandung yang mengidolakan LeBron James tersebut. “Pengalaman untuk bertanding dengan pemain dari berbagai negara secara virtual tidak akan pernah saya lupakan, apalagi tahun ini Asia Pasifik berhasil menjadi pemenang di divisi anak-anak laki-laki,” ungkap Claudius Teo.
Kejuaraan ini pun tidak diraih begitu saja. Karena dia harus mengikuti berbagai tahapan dan seleksi terlebih dahulu.
“Awalnya saya mengikuti pertandingan 3x3 atau selection camp yang diadakan di Bandung. Dari sana, saya terpilih sebagai satu-satunya pemain putra yang lolos ke jenjang selanjutnya,” cerita Claudius.
“Selanjutnya, saya dipilih untuk mengikuti Jr. NBA Global Championship secara virtual. Kami bertanding melawan tim China, Meksiko, Amerika Latin, dan Atlantik Tengah (Mid-Atlantic). Di semua pertandingan itu, kami menang,” tambahnya.
Selain unjuk kemampuan, Claudius dan peserta lainnya memperoleh berbagai keterampilan hidup (life skill), kesempatan mengikuti kegiatan komunitas (community service), serta pengalaman bertukar budaya (cross-cultural experience). Hal ini dikarenakan Jr. NBA bekerja sama dengan VirBELA dan Event Farm untuk mendukung kegiatan pertukaran budaya dengan menciptakan kampus virtual.
Sehingga para peserta dapat menggunakan avatar untuk berinteraksi dengan sesama peserta dari berbagai belahan dunia, tanpa terbatas di mana mereka tinggal.
Claudius pun mengaku mengalami berbagai tantangan ketika mempersiapkan diri untuk mengikuti Jr. NBA Global Championship. Seperti kesulitan berlatih secara langsung di lapangan maupun kendala internet saat berlatih secara virtual.
Meskipun begitu, remaja yang sebentar lagi menginjak usia 15 tahun ini mengaku tidak pernah bosan dan malas dalam berlatih. Mengenal olahraga basket sejak berumur sembilan tahun, Claudius tekun mengikuti berbagai pelatihan privat, klub basket, serta organisasi di dalam dan luar sekolah setiap harinya. (Baca juga: Pemerintah Dituntut Buat Aturan Penggunaan Sinar UV-C untuk Bunuh Virus )
Dirinya selalu menyempatkan waktu untuk mengasah kemampuan serta teknik-teknik bermain basketnya, serta menjaga stamina agar siap saat bertanding. Dua juga membuktikan bahwa banyaknya tugas dan padatnya waktu latihan, tidak membuat dirinya meninggalkan kewajiban utamanya sebagai pelajar.
“Saya biasanya berlatih dua sampai tiga jam sehari dengan pelatih dan teman-teman. Untuk itu, saya selalu mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sepulang sekolah, tidak main dulu,” kata Claudius yang sempat berpartisipasi juga dalam Jr. NBA Indonesia 2019.
(iqb)