Ini Perbedaan Tipe-Tipe Pengendara di Jalan Raya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Daihatsu bersama GT Radial kembali selenggarakan acara Safety Driving, dengan tema Aggressive VS Defensive Driving.
Acara itu ditayangkan langsung melalui Instagram Daihatsu Indonesia dengan tajuk Ngobrol Asyik, pada akhir pekan lalu. Acara berlangsung kurang lebih selama 50 menit. BACA JUGA - Vespa Matik Menggila, Bajaj Ngebet Pasarkan Motor
“Program ini merupakan acara edukasi yang dapat dinikmati oleh Sahabat Daihatsu di seluruh Indonesia. Acara ini juga mengajak Sahabat agar selalu menjaga perilaku berkendara yang aman demi meminimalisir potensi kecelakaan,” kata Elvina Afny, Customer Satisfaction & Value Chain Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Sementara itu, Sony Susmana, Senior Instructor dari SDCI (Safety Defensive Consultant Indonesia), juga mengajak pengguna Daihatsu untuk berkendara secara defensif, karena mayoritas angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh gaya mengemudi yang agresif.
Secara singkat, ia memaparkan, bahwa defensive driving merupakan perilaku mengemudi yang mengedepankan sisi proaktif.
Artinya, pengemudi harus berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi, sehingga potensi bahaya dapat dicegah dan dapat meminimalisir potensi kecelakaan.
Tak jauh berbeda dengan safety driving, secara prinsip defensive driving bertujuan meminimalisir resiko bahaya. Namun, perbedaannya adalah safety driving memerlukan kemampuan berkendara yang baik dan benar.
Lain halnya dengan aggressive driving. Tipe ini biasanya didominasi oleh green driver yang pada umumnya adalah pengemudi berusia muda dengan jam terbangnya sedikit, emosinya tidak stabil, dan sering show off.
“Ciri-ciri tipe ini adalah ngebut dengan kecepatan yang tidak konsisten, berjalan zig-zag tanpa memberikan lampu sign, akselerasi, dan deselerasi kasar,” kata Sony.
Perilaku green driver tidak patut dicontoh dan pihak berwajib harus jeli dalam menertibkan mereka agar kondisi lalu lintas menjadi baik. Sebab, jika dibiarkan, tipe ini akan menjadi pengemudi yang agresif.
Berdasarkan statistik data kecelakaan di Indonesia, tipe pengemudi ini penyumbang kecelakaan tertinggi dengan persentase sebesar 55%.
“Untuk dapat mengemudi secara defensive driving cukup mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” tambah Sony.Baca Juga: Daihatsu agar dapat terus berkendaraan secara aman,” tutup Elvina.
Acara itu ditayangkan langsung melalui Instagram Daihatsu Indonesia dengan tajuk Ngobrol Asyik, pada akhir pekan lalu. Acara berlangsung kurang lebih selama 50 menit. BACA JUGA - Vespa Matik Menggila, Bajaj Ngebet Pasarkan Motor
“Program ini merupakan acara edukasi yang dapat dinikmati oleh Sahabat Daihatsu di seluruh Indonesia. Acara ini juga mengajak Sahabat agar selalu menjaga perilaku berkendara yang aman demi meminimalisir potensi kecelakaan,” kata Elvina Afny, Customer Satisfaction & Value Chain Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
Sementara itu, Sony Susmana, Senior Instructor dari SDCI (Safety Defensive Consultant Indonesia), juga mengajak pengguna Daihatsu untuk berkendara secara defensif, karena mayoritas angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh gaya mengemudi yang agresif.
Secara singkat, ia memaparkan, bahwa defensive driving merupakan perilaku mengemudi yang mengedepankan sisi proaktif.
Artinya, pengemudi harus berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi, sehingga potensi bahaya dapat dicegah dan dapat meminimalisir potensi kecelakaan.
Tak jauh berbeda dengan safety driving, secara prinsip defensive driving bertujuan meminimalisir resiko bahaya. Namun, perbedaannya adalah safety driving memerlukan kemampuan berkendara yang baik dan benar.
Lain halnya dengan aggressive driving. Tipe ini biasanya didominasi oleh green driver yang pada umumnya adalah pengemudi berusia muda dengan jam terbangnya sedikit, emosinya tidak stabil, dan sering show off.
“Ciri-ciri tipe ini adalah ngebut dengan kecepatan yang tidak konsisten, berjalan zig-zag tanpa memberikan lampu sign, akselerasi, dan deselerasi kasar,” kata Sony.
Perilaku green driver tidak patut dicontoh dan pihak berwajib harus jeli dalam menertibkan mereka agar kondisi lalu lintas menjadi baik. Sebab, jika dibiarkan, tipe ini akan menjadi pengemudi yang agresif.
Berdasarkan statistik data kecelakaan di Indonesia, tipe pengemudi ini penyumbang kecelakaan tertinggi dengan persentase sebesar 55%.
“Untuk dapat mengemudi secara defensive driving cukup mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” tambah Sony.Baca Juga: Daihatsu agar dapat terus berkendaraan secara aman,” tutup Elvina.
(wbs)