Ada Banyak Alasan Volkswagen Segera Membuang Bugatti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan grup mobil, Volkswagen AG punya banyak alasan membuang Bugatti. Lalu apa sebenarnya dosa-dosa Bugatti sampai-sampai Volkswagen dikabarkan tidak lagi tertarik menaungi perusahaan mobil bermarkas di Molsheim, Prancis itu?
Kabar keinginan Volkswagen AG membuang Bugatti memang sudah sebulan lalu tersiar. Tidak main-main Volkswagen berencana menjual beberapa merek otomotif besar yang berada di naungannya yaitu Bugatti, Lamborghini dan Ducati.
Sulit memang mendengar brand sekelas Bugatti harus dibuang oleh Volkswagen. Apalagi Bugatti tidak hanya menjelma menjadi sebuah mobil performa tinggi yang ekslusif. Mobil yang memiliki logo khas tapal kuda itu sudah menjadi representasi orang-orang superkaya di dunia. Orang tidak akan mendapatkan label superkaya jika belum punya Bugatti. (Baca juga : Suzuki XL7 x Signal Kustom Tawarkan Teknologi Smart e-Mirror )
Hanya saja itu sepertinya tidak membuat Volkswagen AG silau. Faktanya Volkswagen sepertinya melihat tidak ada masa depan yang cerah lagi buat Bugatti seiring ketatnya peraturan emisi yang akan diterapkan di Eropa. Diketahui dari seluruh penjualan di dunia, kawasan Eropa merupakan kawasan yang paling dominan membeli Bugatti.
Sayangnya Bugatti sepertinya enggan beradaptasi. Mereka masih percaya pada teknologi mesin konvensional atau pembakaran internal. Mereka masih setia dengan mesin W18 yang jadi trademark mereka. Bayangkan saja, Bugatti Chiron memiliki tingkat emisi 516 g/km, sementara peraturan standar emisi baru Eropa yang akan diberlakukan tahun depan menyaratkan tingkat emisi 95 g/km.
Jika dipaksakan, mau tidak mau seluruh Bugatti itu hanya jadi pajangan di garasi.
Selain ketatnya emisi, Volkswagen AG juga mulai menyadari bahwa masa depan otomotif memang ada di elektrifikasi. Hal inilah yang mereka mulai siapkan di setiap brand yang ada di naungan Volkswagen AG. Lamborghini memang sudah menyikapinya dengan mencoba membuat teknologi hybrida namun hal itu belum juga cukup. Begitu juga dengan Bugatti yang memang justru belum sama sekali menapak ke dunia elektrifikasi.
"Saat ini yang paling penting adalah bagaimana menyiapkan diri untuk transisi ke elektrifikasi," ucap Herbert Diess, Volkwagen CEO.
Tapi itu bukan satu-satunya yang membuat Volkswagen AG ingin meninggalkan Bugatti. Selain kesulitan beradaptasi dengan peraturan emisi, Volkswagen AG sepertinya sudah merasa cukup bekerjasama dengan Bugatti. Pasalnya sejak bergabung dengan Volkswagen AG pada 1998 sama sekali tidak ada alih teknologi antara Bugatti dan Volkswagen AG.
Kabar keinginan Volkswagen AG membuang Bugatti memang sudah sebulan lalu tersiar. Tidak main-main Volkswagen berencana menjual beberapa merek otomotif besar yang berada di naungannya yaitu Bugatti, Lamborghini dan Ducati.
Sulit memang mendengar brand sekelas Bugatti harus dibuang oleh Volkswagen. Apalagi Bugatti tidak hanya menjelma menjadi sebuah mobil performa tinggi yang ekslusif. Mobil yang memiliki logo khas tapal kuda itu sudah menjadi representasi orang-orang superkaya di dunia. Orang tidak akan mendapatkan label superkaya jika belum punya Bugatti. (Baca juga : Suzuki XL7 x Signal Kustom Tawarkan Teknologi Smart e-Mirror )
Hanya saja itu sepertinya tidak membuat Volkswagen AG silau. Faktanya Volkswagen sepertinya melihat tidak ada masa depan yang cerah lagi buat Bugatti seiring ketatnya peraturan emisi yang akan diterapkan di Eropa. Diketahui dari seluruh penjualan di dunia, kawasan Eropa merupakan kawasan yang paling dominan membeli Bugatti.
Sayangnya Bugatti sepertinya enggan beradaptasi. Mereka masih percaya pada teknologi mesin konvensional atau pembakaran internal. Mereka masih setia dengan mesin W18 yang jadi trademark mereka. Bayangkan saja, Bugatti Chiron memiliki tingkat emisi 516 g/km, sementara peraturan standar emisi baru Eropa yang akan diberlakukan tahun depan menyaratkan tingkat emisi 95 g/km.
Jika dipaksakan, mau tidak mau seluruh Bugatti itu hanya jadi pajangan di garasi.
Selain ketatnya emisi, Volkswagen AG juga mulai menyadari bahwa masa depan otomotif memang ada di elektrifikasi. Hal inilah yang mereka mulai siapkan di setiap brand yang ada di naungan Volkswagen AG. Lamborghini memang sudah menyikapinya dengan mencoba membuat teknologi hybrida namun hal itu belum juga cukup. Begitu juga dengan Bugatti yang memang justru belum sama sekali menapak ke dunia elektrifikasi.
"Saat ini yang paling penting adalah bagaimana menyiapkan diri untuk transisi ke elektrifikasi," ucap Herbert Diess, Volkwagen CEO.
Tapi itu bukan satu-satunya yang membuat Volkswagen AG ingin meninggalkan Bugatti. Selain kesulitan beradaptasi dengan peraturan emisi, Volkswagen AG sepertinya sudah merasa cukup bekerjasama dengan Bugatti. Pasalnya sejak bergabung dengan Volkswagen AG pada 1998 sama sekali tidak ada alih teknologi antara Bugatti dan Volkswagen AG.