Ini Jawaban Mengapa Usia Pakai Ban Mobil Listrik Sangat Rendah

Rabu, 17 Maret 2021 - 11:25 WIB
loading...
Ini Jawaban Mengapa Usia Pakai Ban Mobil Listrik Sangat Rendah
Ban mobil listrik harus sejalan dengan misi mobil listrik dibuat yakni kepedulian pada lingkungan. Foto/Hankook.
A A A
JAKARTA - Usia pakai ban mobil listrik diyakini sangat rendah dibanding mobil konvensional atau pembakaran internal (internal combustion engine). Beberapa konsumen Tesla di forum Reddit misalnya mengeluhkan usia pakai ban mobil listrik yang memang tidak sesuai dengan standar biasanya.

Salah seorang pemilik Tesla Model S 60D mengaku harus mengganti ban mobil listrik miliknya ketika jarak tempuh mencapai 10.000 kilometer. "Penggunaannya memang sedikit berbeda karena kerap berakselerasi hampir setiap hari," ujar pemilik Tesla tersebut di forum Reddit.



Penggunaan yang ekstrem memang kerap membuat usia ban berkurang cepat. Tidak hanya mobil listrik tapi juga mobil konvensional. Hanya saja untuk ukuran jarak tempuh 10.000 kilometer termasuk sangat mengejutkan.

Sementara di forum yang sama, pemilik Tesla Model S 85 RWD mengaku, dengan gaya berkendara yang normal, usia ban bisa mencapai 32.000 kilometer. Walau tergolong impresif hanya saja jika dibandingkan ban di mobil biasa ukurannya sangat jauh. Pasalnya ban di mobil biasa umumnya diganti ketika jarak tempuh mencapai 40.000 kilometer.

Ini Jawaban Mengapa Usia Pakai Ban Mobil Listrik Sangat Rendah


President Director PT Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin mengatakan penyebab cepatnya usia pakai ban mobil listrik karena memang karakter mobil listrik yang berbeda dengan mobil konvensional. Dia menjelaskan, mobil listrik umumnya lebih berat 10-20% dibandingkan mobil biasa karena menyimpan mesin berbasis baterai.

Ini membuat mobil listrik menghasilkan torsi yang lebih boros terlebih saat mobil baru dinyalakan. Sehingga, membutuhkan ban dengan akselerasi yang lebih sporty, serta pegangan tapak (tread grip) yang tinggi agar tahan dari potensi abrasi yang intens. "Penting juga memiliki ketahanan panas yang baik agar dapat bertahan dalam berbagai kondisi," ujarnya.

Yonsoo Shin melanjutkan saat ini ban mobil listrik juga harus mampu sejalan dengan misi mobil listrik itu dikembangkan yakni kepedulian pada lingkungan. Menurutnya
ban mobil listrik harus mampu mempertahankan esensi performa beremisi rendah tanpa membatasi fleksibilitas berkendara. Contoh, ban untuk mobil listrik harus punya hambatan gulir (rolling resistance) yang rendah sehingga melaju lebih halus, namun di saat yang sama harus tetap punya daya cengkram yang optimal. "Ini dua hal yang berlawanan, namun harus dicari titik tengahnya. Perpaduan material dan desain ban yang tepat akan sangat berpengaruh dalam mengakomodir objektif tersebut,” ujarnya.

Tidak hanya itu, mobil listrik umumnya memiliki kebisingan rendah bahkan hampir senyap, karena tidak ada suara yang dihasilkan mesin pembakaran internal. Ban juga punya peran penting dalam mempertahankan kualitas ini, tergantung dari desain tapak, pengaturan blok, pengaturan pitch, dan optimalisasi grip yang dikembangkan secara khusus. Ban dengan pola alur lateral (lateral groove) dinilai mampu mengurangi kebisingan secara signifikan.

Saat ini Hankook Tire telah merancang inovasi ban untuk mobil listrik lewat riset dan pengembangan produk yang intensif di pusat R&D Hankook Technodome, Korea Selatan. Inovasi tersebut melahirkan ban mobil listrik perdana, Kinergy AS EV, generasi pertama dan generasi kedua pada tahun 2018 lalu. Ban ini mengusung teknologi sound absorber yang mampu mengurangi kebisingan (resonansi) maksimal hingga 9.2db, dan menggunakan kompon Aqua Pine yang terbuat dari ekstrak tumbuhan runjung.



Selain tipe Kinergy AS EV, Hankook Tire juga merilis Ventus S1 Evo 3 EV untuk versi all-electric vehicles, yang diadopsi dari tipe sport. Ban ini mengusung teknologi bead-packing dan kekakuan lateral agar gerakan ban tetap terkendali meski dalam kecepatan tinggi. Inovasi inipun mengantarkan Hankook pada kemitraan OE (original equipment) dengan merk mobil listrik sport asal Eropa, Porsche Taycan sejak tahun 2020 lalu.

Meskipun inisiatif global sudah cukup digencarkan, Yoonsoo Shin menilai Indonesia masih membutuhkan waktu untuk adaptasi terhadap penerimaan mobil listrik. “Tantangan memasarkan mobil listrik di sini adalah masih minimnya kesadaran masyarakat menggunakan produk otomotif yang ramah lingkungan. Sebelum beralih sepenuhnya ke ekosistem mobil listrik, masyarakat bisa mengenal ban yang eco-friendly dan merasakan manfaatnya sendiri saat digunakan berkendara.” paparnya.

Kini, Hankook Tire secara bertahap sedang mengembangkan ban eco-friendly yang mengurangi penggunaan bahan bakar dengan membatasi resistensi rotasi dan menggunakan produk sampingan minyak, seperti karet sintesis, karbon hitam, dan minyak sintetis yang lebih ramah lingkungan. Hankook Kinergy Eco2 misalnya yang sesuai untuk pengguna mobil MPV, LCGC, hingga SUV dengan menawarkan kenyamanan berkendara dan keiritan bahan bakar.

Hankook Tire berharap regulasi mobil listrik di Indonesia bisa segera berlaku dan ekosistem mobil listrik dalam negeri semakin terbentuk. Saat ini, Hankook Tire terus berinovasi menciptakan ban yang memiliki kinerja maksimal dalam setiap kondisi dan sesuai dengan pasar di Indonesia.

“Yang tidak kalah penting adalah ketersediaan komponen penunjang mobil listrik yang memiliki nilai ekonomis, bukan hanya dari segi harga saja, tetapi juga usia pakai, semakin awet ban maka akan mengurangi biaya pengelolaan mobil listrik yang selama ini dianggap mahal.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1073 seconds (0.1#10.140)