Menanti Harga Ideal Mobil-mobil Listrik di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perlahan-lahan mobil listrik mulai berdatangan ke Indonesia. Uniknya jumlah mobil listrik di Indonesia sangat tidak signifikan karena harganya yang fantastis. Lalu berapa harga mobil listrik yang ideal buat Indonesia?
Mobil listrik Nissan LEAF misalnya.PT Nissan Motor Distribusi Indonesia (NMDI) membuka pemesanan mobil listrik Nissan Leaf. Untuk pemesanan awal Nissan Leaf, NMDI membanderol mobil listrik tersebut mulai di harga Rp649 juta untuk varian one tone dan Rp651 juta untuk varian two tone.
“Kehadiran The All-New Nissan LEAF di Indonesia merupakan jawaban Nissan atas antusiasme ini, sekaligus juga menegaskan komitmen Nissan untuk menghadirkan mobilitas yang lebih ramah lingkungan dan lebih aman. Mobil ini akan memberikan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan,” ujar Evensius Go, Presiden Direktur, PT Nissan Motor Distributor Indonesia.
Kehadiran Nissan Leaf memang mulai meramaikan populasi mobil listrik di Indonesia. Setidaknya saat ini selain Nissan Leaf, pasar mobil listrik di Indonesia diisi oleh Hyundai Ioniq Electric, Hyundai Kona Electric, Tesla, BMW i3, Porsche Taycan, dan Lexus UX 300e.
Jumlah itu memang sangat sedikit jika dibandingkan mobil konvensional yang ada di Indonesia. Wajar mengingat harganya juga sangat luar biasa besar. Apalagi fungsionalitasnya juga masih terbatas jika dibandingkan mobil konvensional yang bisa dibawa kemana saja.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan mobil listrik di Indonesia hanya terlihat hidup dan ramai di sosial media. Taufik Bawazier melanjutkan dari 2015 hingga 2020 pendaftaran registrasi kendaraan listrik malah didominasi oleh motor listrik. Sepanjang 2015 hingga 2020 tercatat ada 2.010 motor listrik yang beredar di Indonesia, 2 bus listrik dan 261 unit mobil listrik.
Rendahnya serapan mobil listrik terjadi karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih merasa tidak nyaman dengan mobil listrik. Mereka tidak yakin dengan infrastruktur pendukung mobil listrik yang masih sedikit. Sementara pabrikan mobil listrik justru menunggu populasi mobil listrik meningkat agar pembangunan infrastruktur pendukung mobil listrik meningkat pesat. “Jadi seperti mana duluan antara telur dan ayam,” katanya.
Mobil listrik Nissan LEAF misalnya.PT Nissan Motor Distribusi Indonesia (NMDI) membuka pemesanan mobil listrik Nissan Leaf. Untuk pemesanan awal Nissan Leaf, NMDI membanderol mobil listrik tersebut mulai di harga Rp649 juta untuk varian one tone dan Rp651 juta untuk varian two tone.
“Kehadiran The All-New Nissan LEAF di Indonesia merupakan jawaban Nissan atas antusiasme ini, sekaligus juga menegaskan komitmen Nissan untuk menghadirkan mobilitas yang lebih ramah lingkungan dan lebih aman. Mobil ini akan memberikan pengalaman berkendara yang lebih menyenangkan,” ujar Evensius Go, Presiden Direktur, PT Nissan Motor Distributor Indonesia.
Kehadiran Nissan Leaf memang mulai meramaikan populasi mobil listrik di Indonesia. Setidaknya saat ini selain Nissan Leaf, pasar mobil listrik di Indonesia diisi oleh Hyundai Ioniq Electric, Hyundai Kona Electric, Tesla, BMW i3, Porsche Taycan, dan Lexus UX 300e.
Jumlah itu memang sangat sedikit jika dibandingkan mobil konvensional yang ada di Indonesia. Wajar mengingat harganya juga sangat luar biasa besar. Apalagi fungsionalitasnya juga masih terbatas jika dibandingkan mobil konvensional yang bisa dibawa kemana saja.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan mobil listrik di Indonesia hanya terlihat hidup dan ramai di sosial media. Taufik Bawazier melanjutkan dari 2015 hingga 2020 pendaftaran registrasi kendaraan listrik malah didominasi oleh motor listrik. Sepanjang 2015 hingga 2020 tercatat ada 2.010 motor listrik yang beredar di Indonesia, 2 bus listrik dan 261 unit mobil listrik.
Rendahnya serapan mobil listrik terjadi karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih merasa tidak nyaman dengan mobil listrik. Mereka tidak yakin dengan infrastruktur pendukung mobil listrik yang masih sedikit. Sementara pabrikan mobil listrik justru menunggu populasi mobil listrik meningkat agar pembangunan infrastruktur pendukung mobil listrik meningkat pesat. “Jadi seperti mana duluan antara telur dan ayam,” katanya.