Inflasi, Permintaan Mobil Baru Bakal Merosot Tajam
loading...
A
A
A
AMERIKA - Sejumlah produsen mobil mengaku mengalami penurunan permintaan di pasar Eropa dan Amerika Utara karena inflasi. Sebab, konsumen lebih ingin menyimpan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meski beberapa pabrikan premium seperti Ferrari dan Mercedes-Benz tidak merasakan hal ini, namun penurunan terjadi pada segmen umum. Penurunan permintaan mengakibatkan waktu tunggu pesanan (inden) menjadi lebih singkat dari biasanya.
”Pesanan mobil baru terus turun,” kata CEO BMW, Oliver Zipse, seperti dilansir dari Automotive News Europe, Selasa (9/8).
Para pabrikan yang terdampak inflasi pun saat ini terpaksa menaikan harga untuk melindungi margin mereka. Tetapi, nyatanya kenaikan tajam inflasi di Amerika Utara dan Eropa dapat membuat lebih sulit bagi mereka untuk menaikkan harga. Jika semakin mahal, semakin sedikit pula konsumen yang ingin beli. ”Permintaan turun. Ini adalah peringatan untuk Eropa dan Amerika Utara,” kata Chief Financial Officer Volkswagen, Arno Antlitz.
Inflasi di Eropa dan AS melonjak dalam beberapa bulan terakhir dengan peringatan bank sentral bahwa puncaknya bisa terjadi beberapa bulan lagi. Apa yang diungkap oleh bank sentral kemudian menimbulkan sentimen negatif dan berdampak pada sejumlah bisnis.
Meski demikian, sejumlah pabrikan justru moncer di kondisi inflasi. Pangsa pasar ritel Hyundai Motor Group AS selama lima bulan pertama 2022, misalnya, menempati urutan ketiga, naik dari keenam tahun lalu. Ini menurut data registrasi kendaraan baru yang dikumpulkan oleh S&P Global Mobility.
Data dari dealer mobil online dan platform lelang menunjukkan penurunan permintaan sejak Maret tahun ini, kata Philip Nothard, direktur wawasan Eropa di Cox Automotive. ”Konsumen saat ini sangat berhati-hati dalam membeli mobil,” bebernya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Ifo yang berbasis di Munich menunjukkan backlog pesanan pembuat mobil Jerman menyusut.
CEO Stellantis Carlos Tavares mengatakan, strategi menaikkan biaya mobil tidak bisa bertahan lama. ”Sebab ada batas kenaikan harga,” beber Tavares.
Di Amerika, Ford bahkan sedang mempertimbangkan untuk mengembalikan diskon dan insentif yang dibatalkan tahun lalu di tengah kekhawatiran rantai pasokan.
Meski beberapa pabrikan premium seperti Ferrari dan Mercedes-Benz tidak merasakan hal ini, namun penurunan terjadi pada segmen umum. Penurunan permintaan mengakibatkan waktu tunggu pesanan (inden) menjadi lebih singkat dari biasanya.
”Pesanan mobil baru terus turun,” kata CEO BMW, Oliver Zipse, seperti dilansir dari Automotive News Europe, Selasa (9/8).
Para pabrikan yang terdampak inflasi pun saat ini terpaksa menaikan harga untuk melindungi margin mereka. Tetapi, nyatanya kenaikan tajam inflasi di Amerika Utara dan Eropa dapat membuat lebih sulit bagi mereka untuk menaikkan harga. Jika semakin mahal, semakin sedikit pula konsumen yang ingin beli. ”Permintaan turun. Ini adalah peringatan untuk Eropa dan Amerika Utara,” kata Chief Financial Officer Volkswagen, Arno Antlitz.
Inflasi di Eropa dan AS melonjak dalam beberapa bulan terakhir dengan peringatan bank sentral bahwa puncaknya bisa terjadi beberapa bulan lagi. Apa yang diungkap oleh bank sentral kemudian menimbulkan sentimen negatif dan berdampak pada sejumlah bisnis.
Meski demikian, sejumlah pabrikan justru moncer di kondisi inflasi. Pangsa pasar ritel Hyundai Motor Group AS selama lima bulan pertama 2022, misalnya, menempati urutan ketiga, naik dari keenam tahun lalu. Ini menurut data registrasi kendaraan baru yang dikumpulkan oleh S&P Global Mobility.
Data dari dealer mobil online dan platform lelang menunjukkan penurunan permintaan sejak Maret tahun ini, kata Philip Nothard, direktur wawasan Eropa di Cox Automotive. ”Konsumen saat ini sangat berhati-hati dalam membeli mobil,” bebernya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Ifo yang berbasis di Munich menunjukkan backlog pesanan pembuat mobil Jerman menyusut.
CEO Stellantis Carlos Tavares mengatakan, strategi menaikkan biaya mobil tidak bisa bertahan lama. ”Sebab ada batas kenaikan harga,” beber Tavares.
Di Amerika, Ford bahkan sedang mempertimbangkan untuk mengembalikan diskon dan insentif yang dibatalkan tahun lalu di tengah kekhawatiran rantai pasokan.
(dan)