Arab Saudi Rambah Bisnis Mobil Listrik, Target Ekspor 150.000 Kendaraan pada 2026

Sabtu, 22 Oktober 2022 - 06:59 WIB
loading...
Arab Saudi Rambah Bisnis...
Kendaraan listrik Lucid Air di Arab Saudi. Negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu menargetkan mengekspor lebih dari 150.000 EV pada tahun 2026.Foto/Lucid/Electrek
A A A
RIYADH - Arab Saudi mengumumkan rencana untuk membangun dan mengekspor kendaraan listrik (EV). Negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu menargetkan mengekspor lebih dari 150.000 EV pada tahun 2026.

Arab Saudi merilis strategi “Visi 2030” untuk mengurangi emisi karbon sambil menempatkan negara di jalur untuk pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dengan sekitar 17% dari cadangan minyak mentah dunia, ekonomi Saudi sangat bergantung padanya, menyumbang hampir setengah dari PDB negara.

Untuk memperluas ekspornya dari minyak, Arab Saudi mengumumkan akan membangun dan mengekspor kendaraan listrik tanpa emisi. Negara kaya minyak itu mengumumkan awal tahun ini berkomitmen untuk membeli setidaknya 50.000 (dan hingga 100.000) kendaraan listrik dari Lucid Motors sebagai bagian dari rencana "Visi 2030".



Strateginya termasuk membawa kendaraan listrik canggih ke Arab Saudi sambil meningkatkan PDB non-minyak menjadi 50% dibandingkan dengan 16% saat ini. Lucid mengungkapkan pada 2018 bahwa Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi menginvestasikan lebih dari USD1 miliar ke dalam startup kendaraan listrik.

Sepertinya Saudi berencana untuk mengurangi ketergantungan minyaknya setidaknya sebagian dengan mengekspor kendaraan listrik. Abdulla Al-Swaha, Menteri Komunikasi dan TI Saudi, menyatakan bahwa investasi Saudi di Lucid telah menempatkan Kerajaan Arab Saudi di antara negara-negara maju dengan kepemilikan 61%.
Arab Saudi Rambah Bisnis Mobil Listrik, Target Ekspor 150.000 Kendaraan pada 2026


Menurut Khalid Al-Faith, Menteri Investasi, konstruksi dimulai di pabrik manufaktur EV Lucid pada Mei. Pada 2026, Kerajaan akan memproduksi dan mengekspor lebih dari 150.000 mobil listrik.



Kebijakan baru di sebagian besar negara maju utama membuka jalan bagi pengurangan emisi CO2 yang berarti. Arab Saudi menyadari hal ini dan karena itu ingin mendiversifikasi kepentingan ekonominya sambil berinvestasi di masa depan bangsa.

Apalagi selama beberapa tahun terakhir, harga minyak bisa sangat fluktuatif. Minyak berjangka berubah negatif untuk pertama kalinya dalam catatan selama tahap awal pandemi karena permintaan turun tajam.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)