Dua Pesan Penting Toyota Buat Transisi Elektrifikasi di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Toyota Indonesia, melalui Toyota Motor Manufacturing Indonesia ( TMMIN ), mengirimkan dua pesan penting untuk transisi elektrifikasi di Indonesia. Kedua pesan itu diyakini akan jadi modal besar untuk mensukseskan transisi elektrifikasi di Indonesia dengan mulus.
Pertama, Toyota mengingatkan agar transisi elektrifikasi di Indonesia dilakukan dengan tertata. Apabila transisi elektrifikasi tidak dilakukan dengan tertata maka akan merugikan industri otomotif Indonesia yang berkembang pesat.
Transisi yang tertata diyakini bisa menjaga posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor otomotif. Saat ini Indonesia memang tengah tengah menikmati posisinya di bidang industri otomotif sebagai produsen dan eksportir produk otomotif unggulan di wilayah Asia Pasifik.
Industri otomotif nasional juga memegang peran strategis sebagai bagian dari rantai pasok, dengan jangkauan wilayah ekspor yang telah merambah hingga 80 negara di berbagai kawasan dunia.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata, akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif. Kehadiran beragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional," ujar Bob Azam, Direktur Hubungan Eksternal PT TMMIN.
Dia melanjutkan roadmap industri otomotif nasional harus disusun dengan memperhitungkan ketersediaan energi, khususnya Sumber Daya Alam (SDA) tidak terbarukan. Dukungan Pemerintah di sektor transportasi melalui manajemen UIO (Unit in Operations), juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan posisi dan kontribusi positif industri otomotif nasional selama lebih dari 5 dekade ini.
Dari situ Toyota mengingatkan agar transisi elektrifikasi tidak meninggalkan industri otomotif nasional yang selama ini telah berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Toyota sendiri melihat beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengkombinasikan seluruh sarana transportasi yang ada.
Baik transportasi massal maupun pribadi. Selain itu adanya sinergi melalui penggunaan teknologi yang mengkonsumsi bahan bakar secara lebih efisien, teknologi yang menggunakan bahan bakar baru dan terbarukan, maupun beralih ke teknologi-teknologi elektrifikasi lain. Contohnya Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV) hingga hidrogen. Seluruhnya bisa dilakukan melalui produksi baru maupun melalui aktivitas konversi.
Dengan kombinasi itu, Toyota berharap semakin banyak kendaraan yang dapat menyumbang pada penurunan emisi yang lebih besar. Selain itu juga terbentuk ekosistem elektrifikasi baru dan kuat sehingga memberikan kesempatan bagi industri otomotif Indonesia untuk semakin kompetitif di era elektrifikasi global.
Pertama, Toyota mengingatkan agar transisi elektrifikasi di Indonesia dilakukan dengan tertata. Apabila transisi elektrifikasi tidak dilakukan dengan tertata maka akan merugikan industri otomotif Indonesia yang berkembang pesat.
Transisi yang tertata diyakini bisa menjaga posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor otomotif. Saat ini Indonesia memang tengah tengah menikmati posisinya di bidang industri otomotif sebagai produsen dan eksportir produk otomotif unggulan di wilayah Asia Pasifik.
Industri otomotif nasional juga memegang peran strategis sebagai bagian dari rantai pasok, dengan jangkauan wilayah ekspor yang telah merambah hingga 80 negara di berbagai kawasan dunia.
“Transisi kendaraan elektrifikasi yang tidak tertata, akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif. Kehadiran beragam teknologi kendaraan elektrifikasi rendah emisi yang lengkap, melalui pendekatan strategi multi-pathway akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir kendaraan elektrifikasi di kancah internasional," ujar Bob Azam, Direktur Hubungan Eksternal PT TMMIN.
Dia melanjutkan roadmap industri otomotif nasional harus disusun dengan memperhitungkan ketersediaan energi, khususnya Sumber Daya Alam (SDA) tidak terbarukan. Dukungan Pemerintah di sektor transportasi melalui manajemen UIO (Unit in Operations), juga menjadi elemen penting untuk mempertahankan posisi dan kontribusi positif industri otomotif nasional selama lebih dari 5 dekade ini.
Dari situ Toyota mengingatkan agar transisi elektrifikasi tidak meninggalkan industri otomotif nasional yang selama ini telah berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Toyota sendiri melihat beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengkombinasikan seluruh sarana transportasi yang ada.
Baik transportasi massal maupun pribadi. Selain itu adanya sinergi melalui penggunaan teknologi yang mengkonsumsi bahan bakar secara lebih efisien, teknologi yang menggunakan bahan bakar baru dan terbarukan, maupun beralih ke teknologi-teknologi elektrifikasi lain. Contohnya Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV) hingga hidrogen. Seluruhnya bisa dilakukan melalui produksi baru maupun melalui aktivitas konversi.
Dengan kombinasi itu, Toyota berharap semakin banyak kendaraan yang dapat menyumbang pada penurunan emisi yang lebih besar. Selain itu juga terbentuk ekosistem elektrifikasi baru dan kuat sehingga memberikan kesempatan bagi industri otomotif Indonesia untuk semakin kompetitif di era elektrifikasi global.
(wsb)