Taksi Listrik Blue Bird BYD e6 Ini Sudah Melaju 500.000 Km, Bagaimana Rasanya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebelum ramai mobil listrik, sebenarnya perusahaan taksi Blue Bird sudah terlebih dulu mengoperasikan armada taksi listrik (disebut e-Taxi). Beberapa armada e-Taxi Blue Bird paling awal adalah Tesla Model X 75D (Silver Bird) dan juga BYD e6 di kelas reguler.
Nah, SINDONews berkesempatan mencoba langsung BYD e6 dari bandara menuju Bogor. Menariknya lagi, mobil listrik BYD e6 lansiran 2019 itu sudah menembuh jarak lebih dari 500.000 kilometer.
“BYD e6 ini tergolong tahan banting dibandingkan mobil listrik lainnya. Saya paling suka membawa mobil ini,” ujar pengemudi e-Taxi Blue Bird Marino.
Berbeda dengan Tesla, Prius, ataupun mobil listrik keluaran Hyundai, BYD e6 adalah mobil listrik yang memang digunakan untuk armada taksi. Sejak 2013, mobil tersebut sudah dipakai di Inggris, Belanda, Brazil, Kolombia, Belgia, Singapura, dan Thailand.
Meski tampangnya mirip sedan, tapi BYD e6 masuk ke dalam kategori MPV 5-penumpang. Panjangnya 4.560 mm, lebar 1.822 mm, dan tinggi 1.630 mm dengan wheelbase-nya 2.830 mm.
Ini membuat ruang kaki di baris kedua lega. Begitupun bagasi yang cukup luas. Untuk panel pintu dan dashboard masih memakai plastik keras. Tapi, tuas kemudi sudah dibalut kulit. Sudah ada electric parking brake (EPB). Begitupun layar infotainment yang menampilkan berbagai informasi soal jarak tempuh, baterai, dan lainnya. Tergolong mewah untuk mobil lansiran 2019.
Menggunakan motor listrik bertipe AC Synchronous Motor (Brushless), e6 memiliki tenaga 121 dk (90 kW) dengan torsi 450 Nm, disokong baterai lithium iron dengan kapasitas 80 kWh. Butuh waktu 2 jam untuk mengisi baterai dari kondisi kosong sampai ke penuh.
Soal keselamatan, e6 dilengkapi dengan fitur Anti-lock Braking System (ABS) yang dipasok dari Bosch, 6 airbag terbagi posisinya dua di dashboard, dua di belakang jok depan dan dua di samping baris kedua. Ada juga teknologi ESP (Electronic Stability Program).
“Mobil listrik memang lebih hemat dibandingkan mobil biasa,” beber Marino.
Untuk biaya ngecas di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) adalah Rp 2.500 per kWh. Sementara di Pool resmi milik Blue Bird lebih murah Rp 1.000 per kWh.
Nah, SINDONews berkesempatan mencoba langsung BYD e6 dari bandara menuju Bogor. Menariknya lagi, mobil listrik BYD e6 lansiran 2019 itu sudah menembuh jarak lebih dari 500.000 kilometer.
“BYD e6 ini tergolong tahan banting dibandingkan mobil listrik lainnya. Saya paling suka membawa mobil ini,” ujar pengemudi e-Taxi Blue Bird Marino.
Berbeda dengan Tesla, Prius, ataupun mobil listrik keluaran Hyundai, BYD e6 adalah mobil listrik yang memang digunakan untuk armada taksi. Sejak 2013, mobil tersebut sudah dipakai di Inggris, Belanda, Brazil, Kolombia, Belgia, Singapura, dan Thailand.
Meski tampangnya mirip sedan, tapi BYD e6 masuk ke dalam kategori MPV 5-penumpang. Panjangnya 4.560 mm, lebar 1.822 mm, dan tinggi 1.630 mm dengan wheelbase-nya 2.830 mm.
Ini membuat ruang kaki di baris kedua lega. Begitupun bagasi yang cukup luas. Untuk panel pintu dan dashboard masih memakai plastik keras. Tapi, tuas kemudi sudah dibalut kulit. Sudah ada electric parking brake (EPB). Begitupun layar infotainment yang menampilkan berbagai informasi soal jarak tempuh, baterai, dan lainnya. Tergolong mewah untuk mobil lansiran 2019.
Menggunakan motor listrik bertipe AC Synchronous Motor (Brushless), e6 memiliki tenaga 121 dk (90 kW) dengan torsi 450 Nm, disokong baterai lithium iron dengan kapasitas 80 kWh. Butuh waktu 2 jam untuk mengisi baterai dari kondisi kosong sampai ke penuh.
Soal keselamatan, e6 dilengkapi dengan fitur Anti-lock Braking System (ABS) yang dipasok dari Bosch, 6 airbag terbagi posisinya dua di dashboard, dua di belakang jok depan dan dua di samping baris kedua. Ada juga teknologi ESP (Electronic Stability Program).
“Mobil listrik memang lebih hemat dibandingkan mobil biasa,” beber Marino.
Untuk biaya ngecas di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) adalah Rp 2.500 per kWh. Sementara di Pool resmi milik Blue Bird lebih murah Rp 1.000 per kWh.