China Akan Hentikan Penjualan Mobil Berenergi Minyak
A
A
A
BEIJING - China mengumkan akan menghentikan produksi dan menjual mobil yang menggunakan bahan bakar minyak. Pemerintah China kini mencari waktu yang tepat untuk mulai pelarangan penjualan mobil berbahan bakar fosil.
Seperti dilansir dari The Star, Wakil menteri industri dan teknologi informasi, Xin Guobin, dalam sebuah forum industri di Tianjin mengatakan Itu akan melihat China bergabung dengan Norwegia, Prancis dan Inggris dalam beralih ke armada listrik.
Rencananya industri automotif China akan dirilis pada bulan April 2018 dengan mempertimbangkan kendaraan energi baru, termasuk listrik dan hibrida.
Tapi ia yakin suatu saat China tidak bisa menghindar dari tren penghentian penjualan kendaraan bermesin konvensional. Kota-kota besar di negara Eropa sudah mengumumkan rencana yang sama seperti London dan Paris yang mulai menerapkannya pada 2040.
"Beberapa negara sudah membuat batasan waktu untuk kapan menghentikan produksi dan penjualan mobil berbahan bakar minyak," kata Xin.
china sudah melakukan penelitian dan pasti pada waktunya akan mengumumkannya. "Langkah ini tentunya akan membawa perubahan besar bagi perkembangan industri kendaraan kami," ungkapnya.
Sebelum menerapkan aturan tersebut, China menggenjot penjualan kendaraan bermotor listrik, dari mulai hybrid hingga full electric. Pemerintah menargetkan penjualan mobil-mobil ramah lingkungan itu setidaknya mampu nenembus lima besar dari total penjualan pada 2025.
Pertimbangan besar sebelum menerapkan penghentian mobil berbahan bakar minyak, jelas Xin, selain dari sisi industri automotif, juga ke bisnis bahan bakar minyak. Saat ini konsumsi bahan bakar minyak di China merupakan yang terbesar kedua di dunia.
Bulan lalu, perusahaan minyak milik negara, China National Petroleum Corp (CNPC), menyatakan permintaan bahan bakar minyak akan mencapai puncaknya pada 2040. Ini didasarkan pada meingkatnya konsumsi bahan bakar di sektor transportasi pada pertengahan abad.
Berdasarkan usulan terbaru, mulai tahun depan, 8% mobil yang terjual dari setiap produsen di China harus sudah bermotor listrik. Angka itu akan ditingkatkan menjadi 10 persen pada 2019 dan 12 persen pada 2020. Namun pemberlakuannya ditunda setahun, atau baru akan dilaksanakan mulai 2019.
Berdasarkan riset memberikan data bahwa 78% responden menganggap mobil hidrogen yang bakal tetap bertahan. Ada 62 % yakin mobil listrik akan tenggelam.
Diyakini menanjaknya permintaan mobil listrik terkait masalah infrastruktur dan jarak tempuh dan energi listrik serta kecepatan pengisian baterai terus dibuat sempuurna. Sementara untuk mobil hidrogen lebih ramah terhadap mobil konvensional dan infrastrukturnya.
Semua industri mobil menuju ke mobil hidrogen. Saat ini memang banyak produsen mobil yang membuat kedua mobil itu, mobil listrik dan mobil hidrogen seperti grup VW. Paling banyak saat ini bermain di mobil plug in hybrid. Mobil terakhir ini merupakan model transisi sebelum berkonsentrasi pada mobil hidrogen seperti yang dipercaya Hyundai.
Di tengah perdebatan mobil listrik lawan mobil hidrogen, data survei menyatakan 76% eksekutif masih yakin mesin pembakaran dalam masih bertahan cukup lama. Sementara 53% yakin mesin Diesel akan mati.
Seperti dilansir dari The Star, Wakil menteri industri dan teknologi informasi, Xin Guobin, dalam sebuah forum industri di Tianjin mengatakan Itu akan melihat China bergabung dengan Norwegia, Prancis dan Inggris dalam beralih ke armada listrik.
Rencananya industri automotif China akan dirilis pada bulan April 2018 dengan mempertimbangkan kendaraan energi baru, termasuk listrik dan hibrida.
Tapi ia yakin suatu saat China tidak bisa menghindar dari tren penghentian penjualan kendaraan bermesin konvensional. Kota-kota besar di negara Eropa sudah mengumumkan rencana yang sama seperti London dan Paris yang mulai menerapkannya pada 2040.
"Beberapa negara sudah membuat batasan waktu untuk kapan menghentikan produksi dan penjualan mobil berbahan bakar minyak," kata Xin.
china sudah melakukan penelitian dan pasti pada waktunya akan mengumumkannya. "Langkah ini tentunya akan membawa perubahan besar bagi perkembangan industri kendaraan kami," ungkapnya.
Sebelum menerapkan aturan tersebut, China menggenjot penjualan kendaraan bermotor listrik, dari mulai hybrid hingga full electric. Pemerintah menargetkan penjualan mobil-mobil ramah lingkungan itu setidaknya mampu nenembus lima besar dari total penjualan pada 2025.
Pertimbangan besar sebelum menerapkan penghentian mobil berbahan bakar minyak, jelas Xin, selain dari sisi industri automotif, juga ke bisnis bahan bakar minyak. Saat ini konsumsi bahan bakar minyak di China merupakan yang terbesar kedua di dunia.
Bulan lalu, perusahaan minyak milik negara, China National Petroleum Corp (CNPC), menyatakan permintaan bahan bakar minyak akan mencapai puncaknya pada 2040. Ini didasarkan pada meingkatnya konsumsi bahan bakar di sektor transportasi pada pertengahan abad.
Berdasarkan usulan terbaru, mulai tahun depan, 8% mobil yang terjual dari setiap produsen di China harus sudah bermotor listrik. Angka itu akan ditingkatkan menjadi 10 persen pada 2019 dan 12 persen pada 2020. Namun pemberlakuannya ditunda setahun, atau baru akan dilaksanakan mulai 2019.
Berdasarkan riset memberikan data bahwa 78% responden menganggap mobil hidrogen yang bakal tetap bertahan. Ada 62 % yakin mobil listrik akan tenggelam.
Diyakini menanjaknya permintaan mobil listrik terkait masalah infrastruktur dan jarak tempuh dan energi listrik serta kecepatan pengisian baterai terus dibuat sempuurna. Sementara untuk mobil hidrogen lebih ramah terhadap mobil konvensional dan infrastrukturnya.
Semua industri mobil menuju ke mobil hidrogen. Saat ini memang banyak produsen mobil yang membuat kedua mobil itu, mobil listrik dan mobil hidrogen seperti grup VW. Paling banyak saat ini bermain di mobil plug in hybrid. Mobil terakhir ini merupakan model transisi sebelum berkonsentrasi pada mobil hidrogen seperti yang dipercaya Hyundai.
Di tengah perdebatan mobil listrik lawan mobil hidrogen, data survei menyatakan 76% eksekutif masih yakin mesin pembakaran dalam masih bertahan cukup lama. Sementara 53% yakin mesin Diesel akan mati.
(wbs)