Taksi Online Otonom Beroperasi 2022
A
A
A
JENEWA - Kota-kota pada masa depan dapat menjadi tempat bagi taksi tanpa pengemudi yang dapat dipesan melalui aplikasi smartphone atau dari titik penjemputan yang telah ditentukan.
Perusahaan automotif Prancis Renault merilis kendaraan konsep tenaga listrik yang disebut EZ-GO untuk meleburkan pembatas antara transportasi pribadi dan publik. Mobil enam kursi itu akan beroperasi di jalanan pada 2022, menampilkan fitur pintu atap yang membuat penumpang dapat masuk kendaraan dengan mudah.
Renault meluncurkan mobil futuristik ini saat pameran Geneva International Motor Show di Swiss antara 8 dan 18 Maret. "Di perkirakan 70% populasi dunia akan tinggal di wilayah kota pada 2050 dan orang akan mencari cara yang lebih baik untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain," ungkap pernyataan perusahaan itu.
Perusahaan itu yakin, kendaraan sharing (bersama) akan melengkapi mobil-mobil pribadi. "EZ-GO bertujuan menjembatani perbedaan kebutuhan transportasi ini," paparnya.
EZ-GO akan tiba, membuka pintu depan yang lebar, menurunkan suspensi, dan mengeluarkan pijakan landai, kemudian membawa para penumpang ke tujuan dengan kecepatan 50 kilometer per jam. "Prospek kendaraan ini mungkin suatu hari menjadi bagian, seperti taksi kuning di New York atau taksi hitam di London," papar kepala desain Laurens vanden Acker.
Dalam penjelasannya, juru bicara Renault menambahkan, "Masa depan mobilitas ialah listrik, terkoneksi, dan otonom. Orang akan memilih apakah mereka ingin mengemudi atau menumpang, dengan atau tanpa pengemudi di kabin, dengan kendaraan yang lebih terintegrasi dengan lingkungan sekitar, di kota-kota yang menjadi cerdas melalui berbagai sensor, konektivitas, dan inovasi lain yang didesain untuk menciptakan kehidupan kota lebih nyaman bagi orang."
EZ-GO memiliki panjang 5,2 meter, lebar 2,2 meter, dan tinggi 1,6 meter. Dengan bobot sekitar 1.700 kg, termasuk 300 kg untuk sistem pengisi baterai induk si nirkabel. Kendaraan itu memiliki papan nomor di bagian depan dan belakang, mirip bus. Kendaraan itu didesain untuk menyediakan pemandangan penumpang lebih luas dengan berbasis sensor sistem otonom.
Mobil itu juga memiliki lampu dari bagian atas melalui atap kaca panorama. Para penumpang duduk mengelilingi jendela dengan kursi berbentuk U. Batas ketinggian pada kendaraan itu memastikan mobil tidak mengganggu pemandangan kota. Lantai mobil dilapisi kayu ramah lingkungan dengan pola tulang ikan hering. Lampu LED melintasi lantai untuk memandu penumpang keluar dari kendaraan itu.
Layar lebar ditempatkan di depan pintu untuk memberi informasi pada para penumpang, termasuk waktu tiba dan rencana pemberhentian untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Layar itu juga berisi informasi tentang berbagai tujuan turis yang dapat dijangkau dengan mobil itu. Pengisi energi nirkabel disediakan untuk smartphone dan perangkat elektronik lain milik para penumpang.
Semua mobil juga akan memiliki koneksi Wifi sebagai standar wajib. Tampak hampir simetris dari dalam, lampu belakang, dan pintu masuk utama membedakan antara bagian depan dan belakang mobil. Semua sensor yang diperlukan untuk kendaraan otonom, termasuk radar, lidar, ultrasonik dan kamera, dikumpulkan di antena yang dapat dipindah di bagian atap depan.
Semua sensor itu akan muncul otomatis saat kendaraan mulai berjalan. Spoiler belakang juga menampilkan lampu rem ketiga, di bagian pinggirnya. Ada pun lampu depan warna putih dan lampu strip merah menjadi indikator untuk pengguna jalan lainnya. Mobil ini memiliki sistem otomatis level empat yang artinya kendaraan dapat menjaga jarak dari kendaraan di depannya, tetap berada di jalur, mengubah jalur, dan berputar sendiri di persimpangan.
Mobil itu juga dapat bergerak ke posisi aman jika terjadi insiden di jalanan sekitar, baik secara otonom maupun melalui konektivitas dengan pusat pemantau, teknologi yang sedang dikembangkan di Renault Alliance. Berbagai perusahaan juga telah mengembangkan mobil otonom versi mereka sendiri.
Beberapa mobil otonom telah diuji coba di jalanan. Para pengamat menyatakan, mobil-mobil otonom atau self driving itu dapat merevolusi cara orang-orang difabel terhubung dengan komunitas mereka dan melakukan perjalanan jauh dari rumah. Orang yang tidak bisa melihat dengan baik atau mengalami masalah fisik dan mental dapat menghalangi mereka mengemudi dengan aman.
Mereka pun biasanya bergantung pada orang lain untuk membantu mereka beraktivitas keluar rumah. Dengan kemajuan pesat dalam mesin pembelajar dan kecerdasan buatan, maka kendaraan itu dapat memahami perintah lisan, mengamati kondisi sekitar, dan berkomunikasi dengan orang.
Jika digabungkan, berbagai teknologi itu bisa memberi mobilitas independen kepada orang-orang difabel yang biasanya membutuhkan pendamping manusia. Berbagai teknologi yang dibutuhkan itu telah ada sekarang, paling tidak dalam bentuk pengembangan awal. Google telah meminta seorang tunanetra menguji mobil otonomnya.
Microsoft juga telah merilis aplikasi yang disebut Seeing AI yang membantu orang dengan penglihatan terbatas agar bisa memahami lingkungan sekitar. Seeing AI menggunakan mesin pembelajar, pemroses bahasa alami, dan visi komputer untuk memahami dunia dan menggambarkannya dengan kata-kata pada pengguna aplikasi tersebut.
Texas A&M Transportation Institute sedang mengembangkan algoritma bagi orang dengan dan tanpa disabilitas serta kendaraan otonom yang bisa saling berkomunikasi dengan kata-kata, suara, dan layar elektronik.
Perusahaan automotif Prancis Renault merilis kendaraan konsep tenaga listrik yang disebut EZ-GO untuk meleburkan pembatas antara transportasi pribadi dan publik. Mobil enam kursi itu akan beroperasi di jalanan pada 2022, menampilkan fitur pintu atap yang membuat penumpang dapat masuk kendaraan dengan mudah.
Renault meluncurkan mobil futuristik ini saat pameran Geneva International Motor Show di Swiss antara 8 dan 18 Maret. "Di perkirakan 70% populasi dunia akan tinggal di wilayah kota pada 2050 dan orang akan mencari cara yang lebih baik untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain," ungkap pernyataan perusahaan itu.
Perusahaan itu yakin, kendaraan sharing (bersama) akan melengkapi mobil-mobil pribadi. "EZ-GO bertujuan menjembatani perbedaan kebutuhan transportasi ini," paparnya.
EZ-GO akan tiba, membuka pintu depan yang lebar, menurunkan suspensi, dan mengeluarkan pijakan landai, kemudian membawa para penumpang ke tujuan dengan kecepatan 50 kilometer per jam. "Prospek kendaraan ini mungkin suatu hari menjadi bagian, seperti taksi kuning di New York atau taksi hitam di London," papar kepala desain Laurens vanden Acker.
Dalam penjelasannya, juru bicara Renault menambahkan, "Masa depan mobilitas ialah listrik, terkoneksi, dan otonom. Orang akan memilih apakah mereka ingin mengemudi atau menumpang, dengan atau tanpa pengemudi di kabin, dengan kendaraan yang lebih terintegrasi dengan lingkungan sekitar, di kota-kota yang menjadi cerdas melalui berbagai sensor, konektivitas, dan inovasi lain yang didesain untuk menciptakan kehidupan kota lebih nyaman bagi orang."
EZ-GO memiliki panjang 5,2 meter, lebar 2,2 meter, dan tinggi 1,6 meter. Dengan bobot sekitar 1.700 kg, termasuk 300 kg untuk sistem pengisi baterai induk si nirkabel. Kendaraan itu memiliki papan nomor di bagian depan dan belakang, mirip bus. Kendaraan itu didesain untuk menyediakan pemandangan penumpang lebih luas dengan berbasis sensor sistem otonom.
Mobil itu juga memiliki lampu dari bagian atas melalui atap kaca panorama. Para penumpang duduk mengelilingi jendela dengan kursi berbentuk U. Batas ketinggian pada kendaraan itu memastikan mobil tidak mengganggu pemandangan kota. Lantai mobil dilapisi kayu ramah lingkungan dengan pola tulang ikan hering. Lampu LED melintasi lantai untuk memandu penumpang keluar dari kendaraan itu.
Layar lebar ditempatkan di depan pintu untuk memberi informasi pada para penumpang, termasuk waktu tiba dan rencana pemberhentian untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Layar itu juga berisi informasi tentang berbagai tujuan turis yang dapat dijangkau dengan mobil itu. Pengisi energi nirkabel disediakan untuk smartphone dan perangkat elektronik lain milik para penumpang.
Semua mobil juga akan memiliki koneksi Wifi sebagai standar wajib. Tampak hampir simetris dari dalam, lampu belakang, dan pintu masuk utama membedakan antara bagian depan dan belakang mobil. Semua sensor yang diperlukan untuk kendaraan otonom, termasuk radar, lidar, ultrasonik dan kamera, dikumpulkan di antena yang dapat dipindah di bagian atap depan.
Semua sensor itu akan muncul otomatis saat kendaraan mulai berjalan. Spoiler belakang juga menampilkan lampu rem ketiga, di bagian pinggirnya. Ada pun lampu depan warna putih dan lampu strip merah menjadi indikator untuk pengguna jalan lainnya. Mobil ini memiliki sistem otomatis level empat yang artinya kendaraan dapat menjaga jarak dari kendaraan di depannya, tetap berada di jalur, mengubah jalur, dan berputar sendiri di persimpangan.
Mobil itu juga dapat bergerak ke posisi aman jika terjadi insiden di jalanan sekitar, baik secara otonom maupun melalui konektivitas dengan pusat pemantau, teknologi yang sedang dikembangkan di Renault Alliance. Berbagai perusahaan juga telah mengembangkan mobil otonom versi mereka sendiri.
Beberapa mobil otonom telah diuji coba di jalanan. Para pengamat menyatakan, mobil-mobil otonom atau self driving itu dapat merevolusi cara orang-orang difabel terhubung dengan komunitas mereka dan melakukan perjalanan jauh dari rumah. Orang yang tidak bisa melihat dengan baik atau mengalami masalah fisik dan mental dapat menghalangi mereka mengemudi dengan aman.
Mereka pun biasanya bergantung pada orang lain untuk membantu mereka beraktivitas keluar rumah. Dengan kemajuan pesat dalam mesin pembelajar dan kecerdasan buatan, maka kendaraan itu dapat memahami perintah lisan, mengamati kondisi sekitar, dan berkomunikasi dengan orang.
Jika digabungkan, berbagai teknologi itu bisa memberi mobilitas independen kepada orang-orang difabel yang biasanya membutuhkan pendamping manusia. Berbagai teknologi yang dibutuhkan itu telah ada sekarang, paling tidak dalam bentuk pengembangan awal. Google telah meminta seorang tunanetra menguji mobil otonomnya.
Microsoft juga telah merilis aplikasi yang disebut Seeing AI yang membantu orang dengan penglihatan terbatas agar bisa memahami lingkungan sekitar. Seeing AI menggunakan mesin pembelajar, pemroses bahasa alami, dan visi komputer untuk memahami dunia dan menggambarkannya dengan kata-kata pada pengguna aplikasi tersebut.
Texas A&M Transportation Institute sedang mengembangkan algoritma bagi orang dengan dan tanpa disabilitas serta kendaraan otonom yang bisa saling berkomunikasi dengan kata-kata, suara, dan layar elektronik.
(amm)