Traveler Instagrammable Jadi Inspirasi Masuknya Batik Lasem ke Eropa
A
A
A
JAKARTA - Para penghobi jalan-jalan alias kaum traveler berduit selalu tampil modis dan trendi. Terinspirasi mereka, batik Lasem dipercaya bakal mengglobal.
Adalah Patricia Andriani, desainer muda, yang ingin mengenalkan lebih jauh Batik Lasem dari Kota Solo kepada publik dunia, dalam hal ini masyarakat Negeri Kincir Angin, Belanda. "Terinspirasi traveler (bukan backpacker) yang ke mana-mana selalu memerhatikan penampilannya. Mereka Instagrammable, memerhatikan gaya pakaiannya agar pas untuk berfoto dan menyebarkannya ke media sosial," kata Patricia yang memasuki tahun ketiga berkiprah di dunia fashion.
Patricia Andriani didaulat berpartisipasi membawa karyanya ke ajang pameran budaya Indonesische Culturele Maand yang berlangsung di Kota Best, Belanda mulai awal April 2020 nanti. Pameran yang diselenggarakan oleh Stichting (Yayasan) Hibiscus ini mengangkat tema “Lasem The Forgotten Heritage” dengan menampilkan budaya Lasem yang hampir dilupakan.
Sebagai perancang muda yang menekuni batik Lasem pada karya-karyanya, Patricia Andriani kali ini menampilkan koleksi untuk para traveler atau pelancong. Hal ini akan membuka era baru bagi batik Lasem yang bukan hanya dikenakan pada acara-acara formal, namun juga menjadi busana trendi ketika penggunanya melakukan perjalanan.
“Siluet loose fitting pada konsep traveler yang saya angkat kali ini membuat kesan nyaman. Sesuai dengan kebutuhan para traveler yang menginginkan busana santai. Sentuhan desain asimetris dan tabrak motif tetap ada sesuai dengan identitas desain dari Patricia Andriani. Hal ini memberikan kesan modern dari kain batik Lasem yang klasik,” tutur Patricia.
Bahan yang digunakan pada koleksi “New Age of Lasem” ini memadukan batik katun, lurik dan kain semi wool yang memberikan kesan hangat. “Kami sebagai penyelenggara Indonesische Culturele Maand senang sekali kedatangan perancang muda seperti Patricia Andriani pada acara ini, apalagi membawa budaya Lasem yang hampir dilupakan terbang ke Negeri Belanda dengan konsep baru,” kata Ine WawoRuntu, Ketua dan Pendiri Stichting (Yayasan) Hibiscus.
“Saya berharap jumlah perancang muda seperti Patricia Andriani, yang memiliki passion kepada Batik Lasem akan semakin banyak jumlahnya. Karena hal ini akan membantu upaya pelestarian Batik Lasem yang semakin dilupakan,” timpal Diana Damayanti, penulis dan pecinta batik Lasem.
Pameran budaya ini akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti pameran kerajinan Indonesia, fashion show, talkshow hingga lomba membatik yang terbuka untuk umum.
Adalah Patricia Andriani, desainer muda, yang ingin mengenalkan lebih jauh Batik Lasem dari Kota Solo kepada publik dunia, dalam hal ini masyarakat Negeri Kincir Angin, Belanda. "Terinspirasi traveler (bukan backpacker) yang ke mana-mana selalu memerhatikan penampilannya. Mereka Instagrammable, memerhatikan gaya pakaiannya agar pas untuk berfoto dan menyebarkannya ke media sosial," kata Patricia yang memasuki tahun ketiga berkiprah di dunia fashion.
Patricia Andriani didaulat berpartisipasi membawa karyanya ke ajang pameran budaya Indonesische Culturele Maand yang berlangsung di Kota Best, Belanda mulai awal April 2020 nanti. Pameran yang diselenggarakan oleh Stichting (Yayasan) Hibiscus ini mengangkat tema “Lasem The Forgotten Heritage” dengan menampilkan budaya Lasem yang hampir dilupakan.
Sebagai perancang muda yang menekuni batik Lasem pada karya-karyanya, Patricia Andriani kali ini menampilkan koleksi untuk para traveler atau pelancong. Hal ini akan membuka era baru bagi batik Lasem yang bukan hanya dikenakan pada acara-acara formal, namun juga menjadi busana trendi ketika penggunanya melakukan perjalanan.
“Siluet loose fitting pada konsep traveler yang saya angkat kali ini membuat kesan nyaman. Sesuai dengan kebutuhan para traveler yang menginginkan busana santai. Sentuhan desain asimetris dan tabrak motif tetap ada sesuai dengan identitas desain dari Patricia Andriani. Hal ini memberikan kesan modern dari kain batik Lasem yang klasik,” tutur Patricia.
Bahan yang digunakan pada koleksi “New Age of Lasem” ini memadukan batik katun, lurik dan kain semi wool yang memberikan kesan hangat. “Kami sebagai penyelenggara Indonesische Culturele Maand senang sekali kedatangan perancang muda seperti Patricia Andriani pada acara ini, apalagi membawa budaya Lasem yang hampir dilupakan terbang ke Negeri Belanda dengan konsep baru,” kata Ine WawoRuntu, Ketua dan Pendiri Stichting (Yayasan) Hibiscus.
“Saya berharap jumlah perancang muda seperti Patricia Andriani, yang memiliki passion kepada Batik Lasem akan semakin banyak jumlahnya. Karena hal ini akan membantu upaya pelestarian Batik Lasem yang semakin dilupakan,” timpal Diana Damayanti, penulis dan pecinta batik Lasem.
Pameran budaya ini akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti pameran kerajinan Indonesia, fashion show, talkshow hingga lomba membatik yang terbuka untuk umum.
(mim)