Gandeng Proton untuk Mobnas Dipertanyakan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sejak dulu bercita-cita memiliki mobil nasional (mobnas). Namun, jalan curam menuju kemandirian industri automotif sejatinya telah bergulir sejak era pemerintahan Soeharto.
Saat itu, PT Timor Putra Nasional yang dimiliki Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto meluncurkan mobil sedan merek Timor. Proyek ini didukung kebijakan resmi pemerintah lewat Keppres dan Inpres.
Mobnas kala itu hasil kerja sama PT Timor dengan perusahaan automotif asal Korea Selatan, Kia. Mobil hanya rebadging (ganti logo) dari Kia Sephia 1995 yang dikenal dengan Timor S515.
Banyak spekulasi berpendapat Timor mungkin bisa berhasil jika tidak dijegal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sebab, Timor diberi fasilitas bebas pajak impor barang mewah yang membuat "gerah" Jepang dan Uni Eropa.
Meski terseok-seok, kandasnya Timor tidak lantas menyurutkan cita-cita memiliki mobnas asli Indonesia. Bahkan ada beberapa produsen lokal yang benar-benar memproduksi mobil sendiri, mereka berusaha bertahan dalam Asianusa.
Gaung mobnas pun kembali marak saat Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Walikota Solo. Presiden RI ke-7 ini mengobarkan semangat Esemka, yaitu mobil produksi PT Solo Manufaktur Kreasi yang dibangun dari tangan terampil anak-anak SMK di Solo.
Kini, Jokowi kembali menyambut program mobnas. Penandatangan MoU pengembangan mobnas ditandatangani CEO PT Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono dengan Proton Holding Berhad, produsen automotif asal Malaysia.
Penandatanganan itu disaksikan Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak, serta penasihat Proton Mahathir Mohammad dan beberapa pejabat negara di Kompleks Industri Automotif Malaysia, Shah Alam.
Beberapa pihak mulai menanyakan motif kerja sama Proton dalam pengembangan mobnas. Anak perusahaan Lotus Cars Inggris ini dinilai belum cukup kapabel, sebab pada awalnya Proton mengadopsi teknologi dari Mitsubishi, Jepang.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfuz Sidik bahkan menilai dari aspek politik kerja sama tersebut tidak benar. Karena Malaysia akan di atas angin, dan menganggap minor Indonesia karena mengikuti teknologi mereka.
Lantas kenapa Proton? AM Hendropriyono berujar Proton dipilih karena memiliki kedekatan budaya. "Kami yakin Proton bisa membantu melatih dan meningkatkan keahlian tenaga kerja ahli untuk pasar automotif kami," katanya belum lama ini.
Caplok teknologi dari pabrikan lain merupakan hal yang biasa di dunia automotif. Menggandeng pabrikan lain yang lebih besar merupakan langkah strategis ketimbang melakukan riset dan mengembangkan segalanya dari nol.
Sebut saja Hyundai Group yang menaungi Hyundai dan Kia. Pabrikan Korea Selatan itu berguru kepada pabrikan lain sebelum menjadi besar seperti sekarang ini.
Contoh lain yaitu Tata Motor asal India yang mengakuisisi Jaguar dan Land Rover. Perusahaan China, Zhejiang Geely Holding Group yang kini memiliki Volvo juga menerapkan teknologi caplokannya di mobil-mobil mereka.
Saat itu, PT Timor Putra Nasional yang dimiliki Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto meluncurkan mobil sedan merek Timor. Proyek ini didukung kebijakan resmi pemerintah lewat Keppres dan Inpres.
Mobnas kala itu hasil kerja sama PT Timor dengan perusahaan automotif asal Korea Selatan, Kia. Mobil hanya rebadging (ganti logo) dari Kia Sephia 1995 yang dikenal dengan Timor S515.
Banyak spekulasi berpendapat Timor mungkin bisa berhasil jika tidak dijegal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sebab, Timor diberi fasilitas bebas pajak impor barang mewah yang membuat "gerah" Jepang dan Uni Eropa.
Meski terseok-seok, kandasnya Timor tidak lantas menyurutkan cita-cita memiliki mobnas asli Indonesia. Bahkan ada beberapa produsen lokal yang benar-benar memproduksi mobil sendiri, mereka berusaha bertahan dalam Asianusa.
Gaung mobnas pun kembali marak saat Joko Widodo (Jokowi) menjabat sebagai Walikota Solo. Presiden RI ke-7 ini mengobarkan semangat Esemka, yaitu mobil produksi PT Solo Manufaktur Kreasi yang dibangun dari tangan terampil anak-anak SMK di Solo.
Kini, Jokowi kembali menyambut program mobnas. Penandatangan MoU pengembangan mobnas ditandatangani CEO PT Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono dengan Proton Holding Berhad, produsen automotif asal Malaysia.
Penandatanganan itu disaksikan Presiden Jokowi, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak, serta penasihat Proton Mahathir Mohammad dan beberapa pejabat negara di Kompleks Industri Automotif Malaysia, Shah Alam.
Beberapa pihak mulai menanyakan motif kerja sama Proton dalam pengembangan mobnas. Anak perusahaan Lotus Cars Inggris ini dinilai belum cukup kapabel, sebab pada awalnya Proton mengadopsi teknologi dari Mitsubishi, Jepang.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfuz Sidik bahkan menilai dari aspek politik kerja sama tersebut tidak benar. Karena Malaysia akan di atas angin, dan menganggap minor Indonesia karena mengikuti teknologi mereka.
Lantas kenapa Proton? AM Hendropriyono berujar Proton dipilih karena memiliki kedekatan budaya. "Kami yakin Proton bisa membantu melatih dan meningkatkan keahlian tenaga kerja ahli untuk pasar automotif kami," katanya belum lama ini.
Caplok teknologi dari pabrikan lain merupakan hal yang biasa di dunia automotif. Menggandeng pabrikan lain yang lebih besar merupakan langkah strategis ketimbang melakukan riset dan mengembangkan segalanya dari nol.
Sebut saja Hyundai Group yang menaungi Hyundai dan Kia. Pabrikan Korea Selatan itu berguru kepada pabrikan lain sebelum menjadi besar seperti sekarang ini.
Contoh lain yaitu Tata Motor asal India yang mengakuisisi Jaguar dan Land Rover. Perusahaan China, Zhejiang Geely Holding Group yang kini memiliki Volvo juga menerapkan teknologi caplokannya di mobil-mobil mereka.
(izz)