E-sport Makin Digdaya

Selasa, 25 Agustus 2020 - 06:27 WIB
Foto/Koran SINDO
LONDON - E-sport menjadi fenomena global dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini e-sport sudah menjadi industri raksasa dengan nilai mencapai USD1 miliar (sekitar Rp14,6 triliun). Berbagai pengembang games kini berlomba untuk memproduksi beraneka games karena tuntutan e-sport. Sebut saja Electronic Arts, Blizzard Activision, hingga Codemasters telah menginvestasikan dana besar untuk kompetisi mereka. Brand besar yang juga ikut bermain pada e-sport adalah Intel, Red Bull, Dell, dan Acer.

Nilai ekonomi e-sport memang menjanjikan. Pada 2015 misalnya SuperData Research melaporkan industri e-sport telah menghasilkan pendapatan USD748,8 juta (Rp10,9 triliun). Asia menjadi pasar utama e-sport dengan pendapatan mencapai USD321 juta (Rp4,69 triliun). Kemudian pada 2018, pendapatan e-sport secara global bisa mencapai USD1,9 miliar (Rp27,8 triliun).

Bagaimana pada 2019? Laporan dan kajian Green Man Gaming menyatakan pertumbuhan global e-sport telah melebihi USD1 miliar (14,6 triliun) dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 443 juta orang di seluruh dunia. Itu menunjukkan e-sport sudah memiliki lebih banyak penonton dibandingkan American Footbal. Pada 2020, jumlah penonton e-sport mencapai 645 juta orang. Jika ditotal selama tiga tahun, pendapatan e-sport sudah mencapai USD2,3 miliar (Rp33,7 triliun). Itu berarti lebih baik dibandingkan Formula 1 dan Liga Champions.



Ian McGregor dari Green Man Gaming mengungkapkan, e-sport menjadi fenomena dengan ledakan dahsyat. “Industri e-sport sudah menarik perhatian. Banyak penggemarnya. Satu stadion bisa dipadati penonton e-sport,” kata McGregor, dilansir Forbes. (Baca: Masuk di Grup E, Indonesia Tampil di Piala Dunia FIFA 2020)

Sementara pasar e-sport di Eropa dalam laporan terbaru konsultan ekonomi global, Deloitte, menyatakan sudah mencapai 240 juta euro (sekitar Rp4,15 triliun) dengan potensi meraih 670 juta euro (Rp11,6 triliun) pada 2023. Jumlah penonton e-sport global telah mencapai 380 juta orang dengan 86 juta orang berada di Eropa. Deloitte juga memprediksi pertumbuhan pasar e-sport akan meningkat 23% pada lima tahun mendatang dengan jumlah penonton mencapai 105 juta orang.

Manajer Kelompok Bisnis Deloitte Sam Boor mengatakan, e-sport menarik banyak investasi dari klub sepak bola dan investor dengan alasan yang prospektif. “Penonton e-sport didominasi anak muda dan konsumen yang paham teknologi,” katanya.

E-sport juga memberikan harapan bagi para pemainnya. League of Legends Championship Series dan League of Legends Champions Korea menawarkan gaji bagi para pemainnya. Namun, saat ini banyak pemain e-sport lebih memilih bermain secara online streaming karena bisa mengatur jadwalnya sendiri. Mereka juga bisa mengikuti turnamen internasional dengan hadiah mencapai USD10 juta (Rp146,3 miliar) bagi pemenangnya. Mereka pun bisa meraih stabilitas keuangan.

Apalagi banyak permainan e-sport kerap ditayangkan di YouTube dan Twitch secara langsung. Mereka juga bisa mendapatkan sponsor dengan transaksi yang menggiurkan. Menjadikan e-sport sebagai karier pun kini semakin menjanjikan.

Itu sangat kontras dengan masa lalu di mana jika ingin mendapatkan uang dari video games, maka orang harus membuatnya dan menjualnya. Tapi, kini dengan menjadi pemain e-sport justru menghasilkan banyak uang. Melansir E-sport Insider, kesempatan bekerja di sektor e-sport meningkat 185% pada semester pertama 2019 dibandingkan periode sama pada 2018. Itu menjadikan pasar e-sport pun tumbuh besar di Amerika Utara, Eropa, dan sebagian Asia. (Baca juga: Malaikat Agung Islam Dijadikan Nama Sepatu, Kanye West Dihujat)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More