Cara Kerja dan Keunggulan Teknologi Otonom Mata Dewa Milik BYD, Didukung DeepSeek?
Rabu, 12 Februari 2025 - 10:00 WIB
Mobil-mobil BYD yang akan menggunakan teknologi Gods Eye alias Mata Dewa. Foto: ist
CHINA - God's Eye (Mata Dewa), adalah teknologi otonom terbaru BYD yang membuat Tesla panas dingin. Sebab, teknologi ini dihadirkan begitu murah sehingga bisa digunakan di mobil semurah BYD Seagull yang harganya hanya Rp150 jutaan.
Padahal, God's Eye atau sistem DiPilot BYD itu menggunakan teknologi yang jauh dari sederhana. Sudah menghadirkan fitur otonom Level 2 sebagai standar pada EV.
Meskipun Level 2 otonomi (sesuai definisi SAE) memerlukan pengawasan pengemudi, DiPilot BYD juga menggabungkan kemampuan yang didorong oleh AI dan perangkat keras yang dapat ditingkatkan.
Misalnya, DiPilot 100 tingkat pemula mendukung navigasi jalan raya, perubahan jalur, dan penghindaran rintangan. BYD berencana untuk menambahkan kemampuan mengemudi perkotaan melalui pembaruan over-the-air (OTA).
Sistem ini juga mencakup parkir valet jarak jauh dengan akurasi parkir 2 cm, bahkan di model Seagull, ditambah pengereman darurat otonom (AEB) pada kecepatan 100 km/jam.
Sebagai perbandingan, pesaing seperti Tesla mengenakan biaya sekitar USD8.200 untuk paket Full Self-Driving (FSD) mereka pada model yang lebih mahal.
Langkah BYD ini jelas memberikan tekanan pada rival-rivalnya, termasuk Tesla dan Xpeng. Setelah pengumuman ini, saham Tesla turun sekitar 6% menjadi USD328,50, sementara saham Xpeng turun mendekati 7%.
Tidak seperti computer vision berbasis aturan tradisional, R1 menggunakan jaringan saraf untuk menafsirkan lingkungan, mendeteksi dan mengklasifikasikan objek—mobil, pejalan kaki, marka jalan—dalam berbagai kondisi cuaca atau pencahayaan. Selain persepsi, R1 dapat mendukung pengambilan keputusan dan membantu memprediksi kemungkinan manuver seperti perubahan jalur atau pengereman. Ia juga dapat mengenali bahaya jalan dan membuat penilaian risiko sepersekian detik.
Padahal, God's Eye atau sistem DiPilot BYD itu menggunakan teknologi yang jauh dari sederhana. Sudah menghadirkan fitur otonom Level 2 sebagai standar pada EV.
Meskipun Level 2 otonomi (sesuai definisi SAE) memerlukan pengawasan pengemudi, DiPilot BYD juga menggabungkan kemampuan yang didorong oleh AI dan perangkat keras yang dapat ditingkatkan.
Misalnya, DiPilot 100 tingkat pemula mendukung navigasi jalan raya, perubahan jalur, dan penghindaran rintangan. BYD berencana untuk menambahkan kemampuan mengemudi perkotaan melalui pembaruan over-the-air (OTA).
Sistem ini juga mencakup parkir valet jarak jauh dengan akurasi parkir 2 cm, bahkan di model Seagull, ditambah pengereman darurat otonom (AEB) pada kecepatan 100 km/jam.
Sebagai perbandingan, pesaing seperti Tesla mengenakan biaya sekitar USD8.200 untuk paket Full Self-Driving (FSD) mereka pada model yang lebih mahal.
Langkah BYD ini jelas memberikan tekanan pada rival-rivalnya, termasuk Tesla dan Xpeng. Setelah pengumuman ini, saham Tesla turun sekitar 6% menjadi USD328,50, sementara saham Xpeng turun mendekati 7%.
Peran DeepSeek R1
Inti dari sistem DiPilot BYD adalah model R1 DeepSeek, mesin AI skala besar yang awalnya dikembangkan untuk pemrosesan bahasa tetapi diadaptasi untuk menangani tuntutan mengemudi real-time.Tidak seperti computer vision berbasis aturan tradisional, R1 menggunakan jaringan saraf untuk menafsirkan lingkungan, mendeteksi dan mengklasifikasikan objek—mobil, pejalan kaki, marka jalan—dalam berbagai kondisi cuaca atau pencahayaan. Selain persepsi, R1 dapat mendukung pengambilan keputusan dan membantu memprediksi kemungkinan manuver seperti perubahan jalur atau pengereman. Ia juga dapat mengenali bahaya jalan dan membuat penilaian risiko sepersekian detik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda