65.4% Literasi Keuangan Indonesia: Angka Indah di Balik Jurang Kebodohan, Astra Financial Bertindak!
Rabu, 19 Maret 2025 - 14:15 WIB
Astra Financial, melalui KLiK, bertekad membangun benteng untuk melindungi masyarakat dari kehancuran finansial. Foto: Astra Financial
JAKARTA - Di tengah gempuran informasi dan godaan investasi bodong, literasi keuangan adalah benteng terakhir. Astra Financial, melalui KLiK, bertekad membangun benteng untuk melindungi masyarakat dari kehancuran finansial.
Di tengah gemerlapnya perekonomian digital, Indonesia menghadapi ironi mencolok: literasi keuangan sangat rendah. Jutaan rakyat terjerat investasi bodong, terlilit pinjol ilegal, dan menjadi korban penipuan finansial yang semakin canggih.
Astra Financial, divisi jasa keuangan PT Astra International Tbk, hadir sebagai oase di tengah gurun kegelapan finansial ini. Melalui program Kreasi Literasi Keuangan (KLiK), Astra Financial bertekad menyalakan lilin pengetahuan di benak guru dan pelajar di Medan, dan seterusnya, di seluruh Indonesia.
Acara yang digelar secara hybrid ini bukan sekadar seremoni biasa. Tapi, deklarasi perang terhadap kebodohan finansial. Total, dihadiri lebih dari 1.200 peserta, guru dan pelajar, hadir secara langsung maupun daring.Ironi di Balik Angka “Indah”: Literasi Keuangan Indonesia Memprihatinkan
Data berbicara lantang, meski tak seindah yang dibayangkan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 65.4%, dan inklusi keuangan 75%. Namun, angka-angka ini menutupi jurang yang menganga.
"Angka statistik ini bukan akhir dari segalanya. Masih banyak lapisan masyarakat yang belum tersentuh edukasi keuangan," ungkap Direktur Astra sekaligus Director in Charge Astra Financial, Suparno Djasmin.
“Literasi keuangan yang baik adalah fondasi kesejahteraan. Tanpa itu, kita akan terus terjerumus dalam masalah finansial," tegasnya.
Khoirul Muttaqien, Kepala OJK Provinsi Sumatera Utara, mengamini hal ini. "Guru adalah ujung tombak edukasi. Mereka harus dibekali pengetahuan keuangan yang mumpuni agar bisa menularkannya kepada generasi penerus," ujarnya. Ia menyoroti maraknya investasi ilegal dan judi online yang menghancurkan perekonomian keluarga. "Ini adalah kejahatan finansial yang harus kita perangi bersama," serunya.
Di tengah gemerlapnya perekonomian digital, Indonesia menghadapi ironi mencolok: literasi keuangan sangat rendah. Jutaan rakyat terjerat investasi bodong, terlilit pinjol ilegal, dan menjadi korban penipuan finansial yang semakin canggih.
Astra Financial, divisi jasa keuangan PT Astra International Tbk, hadir sebagai oase di tengah gurun kegelapan finansial ini. Melalui program Kreasi Literasi Keuangan (KLiK), Astra Financial bertekad menyalakan lilin pengetahuan di benak guru dan pelajar di Medan, dan seterusnya, di seluruh Indonesia.
Acara yang digelar secara hybrid ini bukan sekadar seremoni biasa. Tapi, deklarasi perang terhadap kebodohan finansial. Total, dihadiri lebih dari 1.200 peserta, guru dan pelajar, hadir secara langsung maupun daring.
Ironi di Balik Angka “Indah”: Literasi Keuangan Indonesia Memprihatinkan
Data berbicara lantang, meski tak seindah yang dibayangkan. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia mencapai 65.4%, dan inklusi keuangan 75%. Namun, angka-angka ini menutupi jurang yang menganga. "Angka statistik ini bukan akhir dari segalanya. Masih banyak lapisan masyarakat yang belum tersentuh edukasi keuangan," ungkap Direktur Astra sekaligus Director in Charge Astra Financial, Suparno Djasmin.
“Literasi keuangan yang baik adalah fondasi kesejahteraan. Tanpa itu, kita akan terus terjerumus dalam masalah finansial," tegasnya.
Khoirul Muttaqien, Kepala OJK Provinsi Sumatera Utara, mengamini hal ini. "Guru adalah ujung tombak edukasi. Mereka harus dibekali pengetahuan keuangan yang mumpuni agar bisa menularkannya kepada generasi penerus," ujarnya. Ia menyoroti maraknya investasi ilegal dan judi online yang menghancurkan perekonomian keluarga. "Ini adalah kejahatan finansial yang harus kita perangi bersama," serunya.
Ramadan, Momentum Tepat Bangkitkan Kesadaran Keuangan Syariah
Di bulan Ramadan, literasi keuangan syariah menjadi fokus utama. "Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar, tapi literasi keuangan syariah kita masih tertinggal," ungkap Khoirul Muttaqien. "Kita ada di peringkat ketujuh di Asia Tenggara. Ini memalukan! Kita harus bangkitkan kesadaran ini," tambahnya.Lihat Juga :
tulis komentar anda