Nissan Magnite, Bukti Nyata Gelombang Mobil India di Pasar Indonesia
Senin, 21 Desember 2020 - 19:02 WIB
JAKARTA - Kehadiran Nissan Magnite makin membuktikan adanya gelombang baru mobil-mobil India di pasar India. Diketahui, meski didesain langsung di Jepang, produksi Nissan Magnite memang dipusatkan di Chennai, India. Dari sanalah kemudian Nissan Magnite didistribusikan ke pasar India dan pasar-pasar lain yang membutuhkan, termasuk Indonesia. (Baca juga : Meluncur Hari Ini, Nissan Magnite Dijual Mulai Rp208 Juta )
Nissan Magnite bukan satu-satunya mobil berpaspor India yang masuk ke Indonesia. Sebelumnya di tahun yang sama, PT Kreta Indo Artha (KIA) juga membawa KIA Sonet untuk meramaikan pasar mobil SUV Low di Indonesia. Berbekal desain yang menarik dan fitur-fitur canggih, KIA Sonet dibanderol di harga Rp193 juta hingga Rp289 juta. Harga yang sangat beririsan dengan Nissan Magnite yang dimulai di Rp208,8 juta hingga Rp238,8 juta.
Selain KIA Sonet dan Nissan Magnite sebenarnya ada mobil India lain yang lebih dulu masuk ke pasar Indonesia. Misalnya Suzuki yang membawa Suzuki Ignis buatan India ke pasar Indonesia. Belum lagi ada Renault yang hampir seluruh produknya justru buatan India seperti Renault Kwid dan Renault Triber.
Bagi Renault membawa mobil India memang memudahkan mereka dalam menjalankan strategi harga. Indonesia dan India memiliki kerjasama pasar bebas yang membuat mobil-mobil India yang masuk ke Indonesia mendapatkan keringanan pajak yang besar. Tidak heran jika produk mereka seperti, Low SU, Renault Kwid Climber dijual di harga Rp143 juta. Sementara Renault Triber, Low MPV tujuh kursi penumpang dijual mulai Rp 163 juta off the road.
"Selain itu kita harus akui, somehow ongkos produksi di India memang sangat kompetitif. Jadi saya yakin ke depannya akan ada banyak lagi mobil-mobil India yang masuk ke Indonesia," ujar Davy J Tuilan, Chief Operating Officer (COO) Maxindo Renault Indonesia. (Baca juga : Fiat Oltre, Saat Fiat Gagal Meniru dan Mengalahkan Hummer )
Davy melanjutkan saat ini perkembangan teknologi manufakturing di India juga sangat berkembang pesat. Di situ dia sangat yakin kalau mobil-mobil buatan India yang dikirimkan ke Indonesia, melalui skema Completely Built Upy (CBU), memiliki kualitas tinggi.
"Yang membedakan hanya seleranya saja. Di India, konsumen di sana yang penting ada setir dan bisa gelinding sudah cukup. Di Indonesia masih banyak yang meminta fitur-fitur canggih. Itu yang membuat kami banyak mendesak Renault India untuk menambahkan terus fitur yang ada di Renault Triber," jelasnya.
Yang unik justru terjadi pada mobil yang benar-benar buatan India. Ambil contoh Tata yang justru saat ini tidak lagi berjualan mobil penumpang di Indonesia. Mereka lebih fokus memenuhi kebutuhan mobil komersial dan mobil komersial ringan untuk pasar Indonesia. Meski pun pada saat kedatangannya pertama di Indonesia pada September 2012 ditandai dengan peluncuran mobil penumpang seperti Tata Aria, Tata Vista dan Tata Safari Storme.
Nissan Magnite bukan satu-satunya mobil berpaspor India yang masuk ke Indonesia. Sebelumnya di tahun yang sama, PT Kreta Indo Artha (KIA) juga membawa KIA Sonet untuk meramaikan pasar mobil SUV Low di Indonesia. Berbekal desain yang menarik dan fitur-fitur canggih, KIA Sonet dibanderol di harga Rp193 juta hingga Rp289 juta. Harga yang sangat beririsan dengan Nissan Magnite yang dimulai di Rp208,8 juta hingga Rp238,8 juta.
Selain KIA Sonet dan Nissan Magnite sebenarnya ada mobil India lain yang lebih dulu masuk ke pasar Indonesia. Misalnya Suzuki yang membawa Suzuki Ignis buatan India ke pasar Indonesia. Belum lagi ada Renault yang hampir seluruh produknya justru buatan India seperti Renault Kwid dan Renault Triber.
Bagi Renault membawa mobil India memang memudahkan mereka dalam menjalankan strategi harga. Indonesia dan India memiliki kerjasama pasar bebas yang membuat mobil-mobil India yang masuk ke Indonesia mendapatkan keringanan pajak yang besar. Tidak heran jika produk mereka seperti, Low SU, Renault Kwid Climber dijual di harga Rp143 juta. Sementara Renault Triber, Low MPV tujuh kursi penumpang dijual mulai Rp 163 juta off the road.
"Selain itu kita harus akui, somehow ongkos produksi di India memang sangat kompetitif. Jadi saya yakin ke depannya akan ada banyak lagi mobil-mobil India yang masuk ke Indonesia," ujar Davy J Tuilan, Chief Operating Officer (COO) Maxindo Renault Indonesia. (Baca juga : Fiat Oltre, Saat Fiat Gagal Meniru dan Mengalahkan Hummer )
Davy melanjutkan saat ini perkembangan teknologi manufakturing di India juga sangat berkembang pesat. Di situ dia sangat yakin kalau mobil-mobil buatan India yang dikirimkan ke Indonesia, melalui skema Completely Built Upy (CBU), memiliki kualitas tinggi.
"Yang membedakan hanya seleranya saja. Di India, konsumen di sana yang penting ada setir dan bisa gelinding sudah cukup. Di Indonesia masih banyak yang meminta fitur-fitur canggih. Itu yang membuat kami banyak mendesak Renault India untuk menambahkan terus fitur yang ada di Renault Triber," jelasnya.
Yang unik justru terjadi pada mobil yang benar-benar buatan India. Ambil contoh Tata yang justru saat ini tidak lagi berjualan mobil penumpang di Indonesia. Mereka lebih fokus memenuhi kebutuhan mobil komersial dan mobil komersial ringan untuk pasar Indonesia. Meski pun pada saat kedatangannya pertama di Indonesia pada September 2012 ditandai dengan peluncuran mobil penumpang seperti Tata Aria, Tata Vista dan Tata Safari Storme.
(wsb)
tulis komentar anda