Buruh Pabrik Otomotif Ketar-ketir akan Revolusi Mobil Listrik
Senin, 15 Februari 2021 - 23:00 WIB
JAKARTA - Ribuan buruh pabrik di Amerika mulai merasa khawatir akan datangnya revolusi mobil listrik di negeri Paman Sam itu. Diketahui pemerintah Amerika Serikat memang sudah menyatakan dukungannya terhadap elektrifikasi mobil. Bahkan pabrikan mobil di Amerika Serikat seperti General Motors dan Ford sudah siap untuk mengganti mobil konvensional mereka dengan mobil listrik pada 2030.
Setidaknya 50.000 buruh pabrik General Motoers sudah harap-harap cemas tidak akan diperkerjakan lagi. Komitmen Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menjanjikan dibukanya 1 juta lapangan kerja di pabrik mobil listrik juga tidak mampu mengangkat rasa khawatir mereka.
Memang Joe Biden menjanjikan bahwa dukungan diberikan pada mobil-mobil listrik buatan Amerika. Hanya saja masalahnya pabrikan mobil di Amerika masih menggantungkan kebutuhan mereka terhadap part-part pendukung mobil listrik seperti baterai dan motor dari luar negeri. Belum lagi proses produksi mobil listrik jauh lebih sederhanan ketimbang membuat mobil konvensional. Forbes menyebutkan mobil konvensional membutuhkan 20.000 parts berjalan ketimbangg mobil listrik yang hanya membutuhkan 20 parts berjalan.
Dari situlah para buruh pabrik merasa khawatir tenaga mereka tidak dibutuhkan lagi. Pasalnya untuk menekan biaya produksi mobil listrik yang tergolong mahal maka pabrikan otomotif harus melakukan penghematan. "Part yang dibutuhkan lebih sedikit, jadi sangat masuk akal kalau tenaga kerja yang dibutuhkan juga sedikit," ujar Jeff Dokho, Research Director for the United Auto Workers (UAW).
Tony Totty, President UAW tidak bisa memprediksi berapa jumlah karyawan yang akan diberhentikan.Hanya saja dengan skala produksi yang lebih rendah bisa jadi industri otomotif akan mengorbankan ribuan buruh mereka untuk berganti menjadi industri mobil listrik. Dia hanya melihat dari jabatan maka karyawan-karyawan yang rendah tingkat senioritasnya akan dikorbankan.
"Sekarang adalah momen dimana kita akan menentukan masa depan kita,"ujarnya.
Teddy DeWitt, asisten profesor manajemen dari Universitas Boston mengatakann hal itu memang tidak akan terhindarkan. Dia mengatakan setiap transformasi industri dalam sejarahnya memang akan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
Dia mencontohkan transformasi yang terjadi usai perang saudara di Amerika Serikat. Saat itu banyak orang pindah dari desa ke perkotaan yang membuat banyak orang melepaskan pekerjaan sebagai petani. Hal inilah yang akan terjadi saat industri mobil konvensional beralih ke mobil listrik. "Diperkirakan pada 2028 memang tidak akan ada lagi pabrikan yang membuat mobil konvensional," jelasnya.
Setidaknya 50.000 buruh pabrik General Motoers sudah harap-harap cemas tidak akan diperkerjakan lagi. Komitmen Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menjanjikan dibukanya 1 juta lapangan kerja di pabrik mobil listrik juga tidak mampu mengangkat rasa khawatir mereka.
Memang Joe Biden menjanjikan bahwa dukungan diberikan pada mobil-mobil listrik buatan Amerika. Hanya saja masalahnya pabrikan mobil di Amerika masih menggantungkan kebutuhan mereka terhadap part-part pendukung mobil listrik seperti baterai dan motor dari luar negeri. Belum lagi proses produksi mobil listrik jauh lebih sederhanan ketimbang membuat mobil konvensional. Forbes menyebutkan mobil konvensional membutuhkan 20.000 parts berjalan ketimbangg mobil listrik yang hanya membutuhkan 20 parts berjalan.
Dari situlah para buruh pabrik merasa khawatir tenaga mereka tidak dibutuhkan lagi. Pasalnya untuk menekan biaya produksi mobil listrik yang tergolong mahal maka pabrikan otomotif harus melakukan penghematan. "Part yang dibutuhkan lebih sedikit, jadi sangat masuk akal kalau tenaga kerja yang dibutuhkan juga sedikit," ujar Jeff Dokho, Research Director for the United Auto Workers (UAW).
Tony Totty, President UAW tidak bisa memprediksi berapa jumlah karyawan yang akan diberhentikan.Hanya saja dengan skala produksi yang lebih rendah bisa jadi industri otomotif akan mengorbankan ribuan buruh mereka untuk berganti menjadi industri mobil listrik. Dia hanya melihat dari jabatan maka karyawan-karyawan yang rendah tingkat senioritasnya akan dikorbankan.
"Sekarang adalah momen dimana kita akan menentukan masa depan kita,"ujarnya.
Teddy DeWitt, asisten profesor manajemen dari Universitas Boston mengatakann hal itu memang tidak akan terhindarkan. Dia mengatakan setiap transformasi industri dalam sejarahnya memang akan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
Dia mencontohkan transformasi yang terjadi usai perang saudara di Amerika Serikat. Saat itu banyak orang pindah dari desa ke perkotaan yang membuat banyak orang melepaskan pekerjaan sebagai petani. Hal inilah yang akan terjadi saat industri mobil konvensional beralih ke mobil listrik. "Diperkirakan pada 2028 memang tidak akan ada lagi pabrikan yang membuat mobil konvensional," jelasnya.
(wsb)
tulis komentar anda