Riset Sebut Pelonggaran PSBB dan New Normal Ramai Dibicarakan di Twitter
Selasa, 09 Juni 2020 - 19:02 WIB
Ismail Fahmi, Founder Drone Emprit, menuturkan, Indonesia menjadi negara yang paling cerewet membahas new normal di seluruh dunia, diikuti Amerika Serikat dan Inggris.
“Kunjungan Jokowi ke sebuah mall di Bekasi merupakan awal melonjaknya percakapan tentang new normal di Indonesia, karena diikuti dengan kampanye new normal dan perdebatannya yang cukup masif,” tutur Fahmi, pada kesempatan yang sama.
Menurut Fahmi, tingginya percakapan itu didorong oleh tiga aktivitas. Pertama, kampanye new normal yang dilakukan oleh tim media sosial pemerintah. Kedua, kampanye new normal yang dilakukan oleh jaringan humas Polri. Ketiga, respon publik dan oposisi yang tidak yakin Indonesia siap dengan new normal.
Selain itu, ketidakpercayaan warganet terhadap kesiapan Indonesia menerapkan new normal didasari beberapa aspek. Di antaranya kasus baru positif corona masih sangat tinggi, rasio tes corona masih kecil, dan masyarakat yang masih tidak disiplin, serta kedisiplinan yang selama ini tidak ditegakkan dengan tegas.
“Seharusnya seperti negara lain yang menerapkan new normal setelah kurva melandai, bukan seperti Indonesia yang kurvanya masih naik. Potensi gelombang kedua corona juga masih ada,” tambah Fahmi.
“Kunjungan Jokowi ke sebuah mall di Bekasi merupakan awal melonjaknya percakapan tentang new normal di Indonesia, karena diikuti dengan kampanye new normal dan perdebatannya yang cukup masif,” tutur Fahmi, pada kesempatan yang sama.
Menurut Fahmi, tingginya percakapan itu didorong oleh tiga aktivitas. Pertama, kampanye new normal yang dilakukan oleh tim media sosial pemerintah. Kedua, kampanye new normal yang dilakukan oleh jaringan humas Polri. Ketiga, respon publik dan oposisi yang tidak yakin Indonesia siap dengan new normal.
Selain itu, ketidakpercayaan warganet terhadap kesiapan Indonesia menerapkan new normal didasari beberapa aspek. Di antaranya kasus baru positif corona masih sangat tinggi, rasio tes corona masih kecil, dan masyarakat yang masih tidak disiplin, serta kedisiplinan yang selama ini tidak ditegakkan dengan tegas.
“Seharusnya seperti negara lain yang menerapkan new normal setelah kurva melandai, bukan seperti Indonesia yang kurvanya masih naik. Potensi gelombang kedua corona juga masih ada,” tambah Fahmi.
(wbs)
tulis komentar anda