Indonesia Harus Tingkatkan Riset Eksplorasi Lithium untuk Dukung Produksi Baterai Listrik
Sabtu, 05 November 2022 - 06:30 WIB
JAKARTA - Indonesia harus terus meningkatkan riset dan eksplorasi lithium perlu dilakukan untuk mendukung pengembangan dan produksi baterai kendaraan listrik dalam negeri. Apalagi secara global, konsumsi lithium terus meningkat pada tahun 2022 seiiring pengembangan kendaraan listrik .
“Permintaan lithium hingga 2030 dan seterusnya akan terus meningkat. Pertanyaannya, apakah Indonesia mampu memproduksi lithium. Ini yang perlu kita gali dan teliti bersama,” kata Latifa Hanum Lalasari peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat lokakarya online tentang lithium Indonesia, Jumat 4 November 2022.
Mengingat tingginya kebutuhan baterai kendaraan listrik, penelitian dan eksplorasi sumber bahan baku lithium menjadi penting. “Kalau misalnya kita tidak melakukan penelitian, maka secara tidak langsung kita akan tertinggal secara teknologi,” jelasnya dikutip SINDOnews dari Antara, Sabtu (5/11/2022).
Di alam, litium ditemukan dalam berbagai konsentrasi di air laut, pegmatit, air garam ladang minyak, air garam panas bumi, dan batuan sedimen (tanah liat kaya Li). Sumber bahan baku litium dapat digali dari sumber primer, seperti air laut dan batu laut, dan sumber sekunder, seperti baterai bekas dan hasil proses penambangan.
“Salah satu pendekatan ekstraksi lithium dari sumber daya primer yang dapat diadopsi di masa depan adalah ekstraksi lithium dari air laut atau air garam panas bumi,” kata Lalasari.
Riset dan inovasi harus menyelesaikan salah satu persoalan nasional terkait penyediaan bahan baku baterai dari sumber daya lokal untuk mendukung pengembangan mobil listrik nasional. Untuk itu, upaya menggali dan menentukan ketersediaan litium dan sumber bahan baku mineral lainnya di Indonesia memerlukan kerja sama antara cabang keilmuan dan semua pihak.
Data ketersediaan sumber bahan baku litium berguna untuk mendukung pengolahan litium dengan mempertimbangkan potensi dan ketersediaannya di Indonesia. “Selain itu, kegiatan penelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan lithium,” ujarnya.
“Permintaan lithium hingga 2030 dan seterusnya akan terus meningkat. Pertanyaannya, apakah Indonesia mampu memproduksi lithium. Ini yang perlu kita gali dan teliti bersama,” kata Latifa Hanum Lalasari peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat lokakarya online tentang lithium Indonesia, Jumat 4 November 2022.
Mengingat tingginya kebutuhan baterai kendaraan listrik, penelitian dan eksplorasi sumber bahan baku lithium menjadi penting. “Kalau misalnya kita tidak melakukan penelitian, maka secara tidak langsung kita akan tertinggal secara teknologi,” jelasnya dikutip SINDOnews dari Antara, Sabtu (5/11/2022).
Baca Juga
Di alam, litium ditemukan dalam berbagai konsentrasi di air laut, pegmatit, air garam ladang minyak, air garam panas bumi, dan batuan sedimen (tanah liat kaya Li). Sumber bahan baku litium dapat digali dari sumber primer, seperti air laut dan batu laut, dan sumber sekunder, seperti baterai bekas dan hasil proses penambangan.
“Salah satu pendekatan ekstraksi lithium dari sumber daya primer yang dapat diadopsi di masa depan adalah ekstraksi lithium dari air laut atau air garam panas bumi,” kata Lalasari.
Riset dan inovasi harus menyelesaikan salah satu persoalan nasional terkait penyediaan bahan baku baterai dari sumber daya lokal untuk mendukung pengembangan mobil listrik nasional. Untuk itu, upaya menggali dan menentukan ketersediaan litium dan sumber bahan baku mineral lainnya di Indonesia memerlukan kerja sama antara cabang keilmuan dan semua pihak.
Data ketersediaan sumber bahan baku litium berguna untuk mendukung pengolahan litium dengan mempertimbangkan potensi dan ketersediaannya di Indonesia. “Selain itu, kegiatan penelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan lithium,” ujarnya.
(wib)
tulis komentar anda