4 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Event Motor Trail Viral di Ranca Upas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Event motor trail di Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung, Minggu (5/3) silam viral karena ricuh. Acara tersebut diwarnai aksi pembakaran motor, protes dari peserta, hingga warga yang mengatakan aksi tersebut merusak tanaman Edelweis rawa di Ranca Upas.
Gara-gara hal tersebut, event motor trail di Ranca Upas menjadi viral di media sosial. Banyak warganet yang memberikan kritikan keras terhadap acara motor yang dianggap merusak lingkungan.
Dihubungi terpisah, sejumlah pelaku komunitas offroad juga menyatakan keprihatinan mereka. Sebab, kegiatan motor trail seharusnya bisa dilakukan tanpa harus merusak lingkungan.
Nah, berikut adalah 4 hal yang bisa dipelajari dari acara motor trail di Ranca Upas, Ciwidey:
“Untuk tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilewati dengan jumlah peserta tertentu,” ungkap Kadek, yang juga membuat event offroad Indonesia Adventure Rally di Lombok-Bima belum lama ini.
”Saya di Tambora kemarin tidak boleh melintas savana Tambora. Padahal, saat survei boleh. Akhirnya jalur kita rubah. Untuk menghormati tugas masing-masing,” ujarnya.
“Sangat sulit mengatur rider yang terlalu banyak. Di event saya kemaren dibatasi hanya 67 rider saja. Padahal yang mendaftar jauh lebih banyak,” ungkap Kadek.
”Seharusnya saat bermain adventure (peserta) sudah tau risikonya. Jangan terlalu berharap pada panitia. Masih untung ada masyarakat atau warung. Jika lintasan rusak dan tidak bisa keluar, ya tinggal mundur saja. Sepertinya banyak peserta yang tidak memahami permainan trail adventure yang juga butuh kesiapan diri,” kata pria yang akrab disapa Gareng itu.
Hal serupa juga disoroti Gareng terkait aksi pembakaran motor di event di Ranca Upas. ”Anak trail itu seharusnya membawa prinsip terhormat. Karena emosinya sudah matang. Mereka yang terbakar emosi, tidak akan bisa bermain di dalam hutan. Karena itu jaga diri dan jaga emosi. Permainan trabas itu seharus menyenangkan, untuk senang-senang dan healing,”ungkapGareng.
Lihat Juga: IMOS 2024 Siap Digelar di ICE BSD, FIFGroup Target Jual 800 Motor dan Transaksi Rp6,8 Miliar!
Gara-gara hal tersebut, event motor trail di Ranca Upas menjadi viral di media sosial. Banyak warganet yang memberikan kritikan keras terhadap acara motor yang dianggap merusak lingkungan.
Dihubungi terpisah, sejumlah pelaku komunitas offroad juga menyatakan keprihatinan mereka. Sebab, kegiatan motor trail seharusnya bisa dilakukan tanpa harus merusak lingkungan.
Nah, berikut adalah 4 hal yang bisa dipelajari dari acara motor trail di Ranca Upas, Ciwidey:
1. Koordinasi dengan Masyarakat dan Aparat Berwenang
Offroader Indonesia Kadek Ramayadi menyarankan dalam membuat event offroad hendaknya pemilihan jalur sudah lewat koordinasi dengan masyarakat dan aparat berwenang (Perhutani /Taman Nasional).“Untuk tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilewati dengan jumlah peserta tertentu,” ungkap Kadek, yang juga membuat event offroad Indonesia Adventure Rally di Lombok-Bima belum lama ini.
”Saya di Tambora kemarin tidak boleh melintas savana Tambora. Padahal, saat survei boleh. Akhirnya jalur kita rubah. Untuk menghormati tugas masing-masing,” ujarnya.
2. Batasi Jumlah Peserta
Jumlah peserta yang diperkirakan mencapai 2.500 rider di event offroad Ranca Upas disebut sebagai salah satu penyebab kekacauan di acara. Menurut Kadek, idealnya panitia tetap harus membatasi jumlah peserta.“Sangat sulit mengatur rider yang terlalu banyak. Di event saya kemaren dibatasi hanya 67 rider saja. Padahal yang mendaftar jauh lebih banyak,” ungkap Kadek.
3. Kesiapan Peserta
Sejumlah peserta event offroad Ranca Upas mengeluh soal minimnya marshal, evakuasi, jalur yang rusak, serta makanan yang telat datang. Namun, pehobi motor trail sekaligus pendiri komunitas Serigala Rider Wisnu Guntoro Adi justru menyebut bahwa hal-hal tersebut seharusnya tidak perlu dikeluhkan/diprotes.”Seharusnya saat bermain adventure (peserta) sudah tau risikonya. Jangan terlalu berharap pada panitia. Masih untung ada masyarakat atau warung. Jika lintasan rusak dan tidak bisa keluar, ya tinggal mundur saja. Sepertinya banyak peserta yang tidak memahami permainan trail adventure yang juga butuh kesiapan diri,” kata pria yang akrab disapa Gareng itu.
4. Menjaga Marwah Adventure
Tingginya minat terhadap motor trail menunjukkan banyak rider yang baru menekuni hobi ini. Kadek sendiri mengkritisi semakin berkurangnya marwah adventure. ”Saya lihat banyak rider yang melihat temannya nyangkut (di lumpur) tapi diam saja dan tidak mau membantu. Padahal, bermain motor trail sama seperti pendaki gunung. Tidak hanya menikmati alam, tapi juga harus saling bantu antar teman,” katanya.Hal serupa juga disoroti Gareng terkait aksi pembakaran motor di event di Ranca Upas. ”Anak trail itu seharusnya membawa prinsip terhormat. Karena emosinya sudah matang. Mereka yang terbakar emosi, tidak akan bisa bermain di dalam hutan. Karena itu jaga diri dan jaga emosi. Permainan trabas itu seharus menyenangkan, untuk senang-senang dan healing,”ungkapGareng.
Lihat Juga: IMOS 2024 Siap Digelar di ICE BSD, FIFGroup Target Jual 800 Motor dan Transaksi Rp6,8 Miliar!
(dan)