Permintaan Tidak Semulus Tesla, VinFast Ganti Strategi Jualan Mobil Listrik di Pasar Amerika
loading...
A
A
A
AMERIKA - VinFast , pabrikan mobil listrik asal Vietnam, jadi sorotan belum lama ini setelah sahamnya melantai di Nasdaq. Ini bagian dari langkah mereka untuk serius memasuki pasar Amerika.
Tahun lalu, VinFast sudah mengirimkan 3.000 unit mobil ke Amerika Utara. Meski demikian, respon yang di dapat ternyata tidak semanis yang diperkirakan. Bahkan, mereka harus mengubah strategi distribusi.
Mulanya, VinFast ingin ikut-ikutan cara jualan Tesla yang direct-to-consumer, dimana konsumen membeli langsung mobil lewat website Tesla. Ternyata, cara tersebut tidak efektif. Maka, VinFast pun ikut berjualan lewat cara konvensional: lewat diler-diler yang sudah ada.
Menurut Reuters, sejumlah diler di Amerika terbuka untuk berjualan VinFast. Tapi, mereka masih ingin mendengar detail lebih banyak tentang rencana VinFast di Amerika. Termasuk strategi penjualan, syarat bagi diler, serta dukungan suku cadang dan garansi mobil.
“Apakah masih ada ruang untuk merek baru? Mungkin saja,” kata George Glassman, Presiden Glassman Automotive Group, yang menjual 5 merek mobil di luar Detroit. VinFast saat ini memiliki valuasi pasar sebesar USD85 miliar.
“Membuka diler sendiri memang penting. Tapi, butuh waktu lama,” ujar CEO Le Thi Thu Thuy. “Lebih baik bagi kami untuk kerja sama dengan rekanan, supaya bisa bergerak lebih cepat,” tambahnya.
Saat ini, VinFast sudah membuka 122 showroom secara global. Mayoritas ada di Amerika.
Scott Fink, CEO Fink Automotive Group, yang menjual mobil VW dan Subaru mengaku masih ragu dengan reputasi VinFast. “Jika saya menjual mobil ke konsumen, tapi sulit untuk mendapat ganti misalnya ada fender yang rusak, maka konsumen akan marah,” katanya. Tantangan lain bagi VinFast, adalah untuk bersaing dengan merek-merek yang sudah sangat besar di Amerika. Termasuk GM, Ford, dan Hyundai.
“Apakah VinFast tetap ada dalam 5 tahun kedepan? Itu yang kami takutkan,” ujar Andrew DiFeo, pemilik diler Hyundai di Florida.
Beberapa diler mengatakan bahwa VinFast harus memperbesar profit margin atau cuan kepada diler untuk mengurangi risiko. Tapi, yang terpenting saat jualan di Amerika adalah memastikan garansi kendaraan.
Rhett Ricart, CEO Ricart Automotive Group di Columbus, Ohio, mengatakan selalu ada kesempatan untuk brand baru. “Dulu Toyota, Honda, dan Hyundai juga merintis di Amerika sampai sesukses sekarang. Selama produknya bagus, garansi bagus, konsumen Amerika akan beli,”kataRicart.
Tahun lalu, VinFast sudah mengirimkan 3.000 unit mobil ke Amerika Utara. Meski demikian, respon yang di dapat ternyata tidak semanis yang diperkirakan. Bahkan, mereka harus mengubah strategi distribusi.
Mulanya, VinFast ingin ikut-ikutan cara jualan Tesla yang direct-to-consumer, dimana konsumen membeli langsung mobil lewat website Tesla. Ternyata, cara tersebut tidak efektif. Maka, VinFast pun ikut berjualan lewat cara konvensional: lewat diler-diler yang sudah ada.
Menurut Reuters, sejumlah diler di Amerika terbuka untuk berjualan VinFast. Tapi, mereka masih ingin mendengar detail lebih banyak tentang rencana VinFast di Amerika. Termasuk strategi penjualan, syarat bagi diler, serta dukungan suku cadang dan garansi mobil.
“Apakah masih ada ruang untuk merek baru? Mungkin saja,” kata George Glassman, Presiden Glassman Automotive Group, yang menjual 5 merek mobil di luar Detroit. VinFast saat ini memiliki valuasi pasar sebesar USD85 miliar.
“Membuka diler sendiri memang penting. Tapi, butuh waktu lama,” ujar CEO Le Thi Thu Thuy. “Lebih baik bagi kami untuk kerja sama dengan rekanan, supaya bisa bergerak lebih cepat,” tambahnya.
Saat ini, VinFast sudah membuka 122 showroom secara global. Mayoritas ada di Amerika.
Scott Fink, CEO Fink Automotive Group, yang menjual mobil VW dan Subaru mengaku masih ragu dengan reputasi VinFast. “Jika saya menjual mobil ke konsumen, tapi sulit untuk mendapat ganti misalnya ada fender yang rusak, maka konsumen akan marah,” katanya. Tantangan lain bagi VinFast, adalah untuk bersaing dengan merek-merek yang sudah sangat besar di Amerika. Termasuk GM, Ford, dan Hyundai.
“Apakah VinFast tetap ada dalam 5 tahun kedepan? Itu yang kami takutkan,” ujar Andrew DiFeo, pemilik diler Hyundai di Florida.
Beberapa diler mengatakan bahwa VinFast harus memperbesar profit margin atau cuan kepada diler untuk mengurangi risiko. Tapi, yang terpenting saat jualan di Amerika adalah memastikan garansi kendaraan.
Rhett Ricart, CEO Ricart Automotive Group di Columbus, Ohio, mengatakan selalu ada kesempatan untuk brand baru. “Dulu Toyota, Honda, dan Hyundai juga merintis di Amerika sampai sesukses sekarang. Selama produknya bagus, garansi bagus, konsumen Amerika akan beli,”kataRicart.
(dan)