Sistem Tukar Baterai Batasi Produsen Ciptakan Motor Listrik Performa Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Standarisasi baterai masih menjadi kendala terbesar motor listrik dan menghambat penyebarannya di Indonesia. Setiap produsen memiliki konsep sendiri dalam memproduksi baterai untuk motor listrik buatannya.
Diketahui, sebagian besar motor listrik yang beredar di Indonesia menawarkan kemudahan dengan melakukan pengisian di rumah. Namun, ada juga yang menerapkan sistem tukar baterai yang dianggap lebih memudahkan konsumen.
Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo mengatakan pihaknya memilih opsi sewa baterai pada motor listrik buatannya. Pihaknya meyakini hal tersebut menjadi opsi terbaik yang dapat menawarkan performa tinggi kepada konsumen.
“Kita ingin beda sama yang lain. Kita melihatnya sewa baterai lebih menguntungkan bagi konsumen. Karena harga baterai ini kan paling mahal,” kata Tekno saat ditemui di Gedung iNews Tower, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Tekno mengatakan sistem tukar baterai akan memengaruhi pada performa dan jarak tempuh motor listrik. Ini akan menghambat pengembangan motor listrik, mengingat ada spesifikasi khusus yang ditetapkan pada perusahaan penyedia sistem tukar baterai.
“Swap itu kan nanti masalah di sisi performanya, kan dibatasi. Satu baterai swap itu cuma bisa (tempuh) 60 kilometer berarti kita gak bisa bikin motor yang performanya lebih bagus. Kalau gak (mengikuti) nanti baterainya gak bisa ditukar karena beda (spesifikasinya). Makanya kita pilih swap,” ungkapnya.
Seperti diketahui, saat ini Polytron menawarkan beberapa model motor listrik dengan jarak tempuh mencapai 100 kilometer. Mereka juga sedang mempersiapkan motor listrik dengan harga yang lebih murah, tapi dengan spesifikasi di bawah model yang sudah ada.
“Jadi kita mau luncurin di Desember itu tipe baru yang menyasar segmen berbeda. Ini akan menyasar segmen yang kebutuhannya kurang dari 60 kilometer sehari. Terpenting kita sudah TKDN 40 persen, nantinya kan bisa kita tingkatin lagi,” ujar Tekno.
Seperti diketahui, saat ini Polytron mengandalkan Fox-R dan T-Rex untuk ditawarkan kepada konsumen Indonesia. Untuk Fox-R dibanderol Rp20.500.000, dan telah mendapat subsidi Rp7 juta, sehingga hanya perlu dibanderol Rp13,5 juta.
Diketahui, sebagian besar motor listrik yang beredar di Indonesia menawarkan kemudahan dengan melakukan pengisian di rumah. Namun, ada juga yang menerapkan sistem tukar baterai yang dianggap lebih memudahkan konsumen.
Direktur Komersial Polytron Tekno Wibowo mengatakan pihaknya memilih opsi sewa baterai pada motor listrik buatannya. Pihaknya meyakini hal tersebut menjadi opsi terbaik yang dapat menawarkan performa tinggi kepada konsumen.
“Kita ingin beda sama yang lain. Kita melihatnya sewa baterai lebih menguntungkan bagi konsumen. Karena harga baterai ini kan paling mahal,” kata Tekno saat ditemui di Gedung iNews Tower, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Tekno mengatakan sistem tukar baterai akan memengaruhi pada performa dan jarak tempuh motor listrik. Ini akan menghambat pengembangan motor listrik, mengingat ada spesifikasi khusus yang ditetapkan pada perusahaan penyedia sistem tukar baterai.
“Swap itu kan nanti masalah di sisi performanya, kan dibatasi. Satu baterai swap itu cuma bisa (tempuh) 60 kilometer berarti kita gak bisa bikin motor yang performanya lebih bagus. Kalau gak (mengikuti) nanti baterainya gak bisa ditukar karena beda (spesifikasinya). Makanya kita pilih swap,” ungkapnya.
Seperti diketahui, saat ini Polytron menawarkan beberapa model motor listrik dengan jarak tempuh mencapai 100 kilometer. Mereka juga sedang mempersiapkan motor listrik dengan harga yang lebih murah, tapi dengan spesifikasi di bawah model yang sudah ada.
“Jadi kita mau luncurin di Desember itu tipe baru yang menyasar segmen berbeda. Ini akan menyasar segmen yang kebutuhannya kurang dari 60 kilometer sehari. Terpenting kita sudah TKDN 40 persen, nantinya kan bisa kita tingkatin lagi,” ujar Tekno.
Seperti diketahui, saat ini Polytron mengandalkan Fox-R dan T-Rex untuk ditawarkan kepada konsumen Indonesia. Untuk Fox-R dibanderol Rp20.500.000, dan telah mendapat subsidi Rp7 juta, sehingga hanya perlu dibanderol Rp13,5 juta.
(wib)