Hasil Investigasi Ungkap Daihatsu Lakukan Pemalsuan Data Sejak 30 Tahun Lalu
loading...
A
A
A
TOKYO - Hasil investigasi terungkap Daihatsu telah memalsukan data uji keselamatan kendaraannya selama lebih dari 30 tahun lalu.
Produsen mobil penumpang kecil tersebut dilaporkan menghentikan produksi di keempat pabriknya di Jepang pada hari Selasa, termasuk satu pabrik yang berlokasi di kantor pusatnya di Osaka.
Penundaan produksi hingga setidaknya akhir Januari ini akan berdampak pada sekitar 9.000 pekerja yang bertanggung jawab atas produksi kendaraan dalam negeri.
Seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (28/12/2023), investigasi terbaru juga menemukan bahwa kasus tertua berasal dari tahun 1989, dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan sejak tahun 2014.
Sejak saat itu, perusahaan tersebut mengakui bahwa masalah serupa telah terjadi di hampir seluruh proses produksinya, dan penyelidikan internal menemukan data palsu yang berasal dari tahun 1989.
“Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami, Semua kesalahan ada pada manajemen.” kata CEO Daihatsu Soichiro Okudaira pada konferensi pers di Tokyo pekan lalu.
Pekan lalu, Daihatsu mengumumkan komite pihak ketiga yang independen telah menemukan bukti 174 kasus penyalahgunaan data uji keselamatan yang melibatkan 64 kendaraan, termasuk model yang dijual dengan merek Toyota.
“Ada tekanan yang luar biasa pada karyawan karena perubahan jadwal penjualan karena kegagalan pengujian dianggap sebagai hal yang tidak dapat diterima.” tegas Ketua Investigasi Makoto Kaiami
Skandal terbaru ini menjadi pukulan telak bagi produsen mobil kei tersebut, yang sebelumnya juga mengaku melanggar standar uji tabrak pada lebih dari 88.000 mobil yang sebagian besar dijual dengan merek Toyota di negara-negara seperti Malaysia dan Thailand.
Produsen mobil penumpang kecil tersebut dilaporkan menghentikan produksi di keempat pabriknya di Jepang pada hari Selasa, termasuk satu pabrik yang berlokasi di kantor pusatnya di Osaka.
Penundaan produksi hingga setidaknya akhir Januari ini akan berdampak pada sekitar 9.000 pekerja yang bertanggung jawab atas produksi kendaraan dalam negeri.
Seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (28/12/2023), investigasi terbaru juga menemukan bahwa kasus tertua berasal dari tahun 1989, dengan peningkatan jumlah kasus yang signifikan sejak tahun 2014.
Sejak saat itu, perusahaan tersebut mengakui bahwa masalah serupa telah terjadi di hampir seluruh proses produksinya, dan penyelidikan internal menemukan data palsu yang berasal dari tahun 1989.
“Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami, Semua kesalahan ada pada manajemen.” kata CEO Daihatsu Soichiro Okudaira pada konferensi pers di Tokyo pekan lalu.
Pekan lalu, Daihatsu mengumumkan komite pihak ketiga yang independen telah menemukan bukti 174 kasus penyalahgunaan data uji keselamatan yang melibatkan 64 kendaraan, termasuk model yang dijual dengan merek Toyota.
“Ada tekanan yang luar biasa pada karyawan karena perubahan jadwal penjualan karena kegagalan pengujian dianggap sebagai hal yang tidak dapat diterima.” tegas Ketua Investigasi Makoto Kaiami
Skandal terbaru ini menjadi pukulan telak bagi produsen mobil kei tersebut, yang sebelumnya juga mengaku melanggar standar uji tabrak pada lebih dari 88.000 mobil yang sebagian besar dijual dengan merek Toyota di negara-negara seperti Malaysia dan Thailand.
(wbs)