Ditanya Teknologi Mobil Listrik China Lebih Maju dari Jepang, BYD Jawab Begini
loading...
A
A
A
SHENZEN - Banyak yang menganggap perkembangan mobil listrik di China lebih baik dibandingkan Jepang. Bos BYD Asia Tenggara dan Jepang Liu Xueliang memberikan tanggapan soal itu.
Saat ini China sudah menjadi produsen mobil listrik terbesar di dunia, melampaui Eropa, Amerika, dan Jepang. Di kategori mobil penumpang, misalnya, total penjualan mobil listrik China yang diekspor di dunia mencapai 10,2 juta unit pada 2022.
Jauh lebih besar dibandingkan Eropa (19,4 persen), Amerika (9,7 persen), dan Jepang (1 persen).
Di semester pertama 2023, misalnya, China mengekspor 2,34 juta kendaraan. Sedikit lebih tinggi dari Jepang yang 2,02 juta kendaraan. Beberapa pabrikan yang aktif mengekspor kendaraan mereka ke pasar internasional, antara lain Xpeng, Nio, serta BYD.
Desember ini, BYD menargetkan menjual 320.000 unit kendaraan untuk mencapai target total mereka sebesar 3 juta unit mobil di sepanjang 2023. Sekitar 90 persen penjualan BYD ada di China dan 10 persen untuk pasar internasional.
General Manager BYD Asia-Pasific Auto Sales Division Liu Xueliang berkomentar soal pesatnya kemajuan teknologi mobil listrik China yang semakin mendunia. Bahkan, sudah dianggap jauh lebih maju dibandingkan dengan Jepang, raja otomotif dunia itu.
”Kami tentu saja sangat menghargai pabrikan Jepang yang terus meningkatkan investasi mereka di wilayah ASEAN,” ungkap Liu.
Supercar BYD YangWang U9 dipamerkan di kantor pusat BYD di Shenzen, China. Foto: Sindonews/Danang Arradian
Tapi, ia berpendapat Battery Electric Vehicle (BEV) akan memberikan pengaruh besar terhadap penciptaan era baru transportasi. “Kami berharap bisa menciptakan masa depan baru di industri otomotif, bisa membuat revolusi. Karena itu, BYD fokus pada langkah-langkah praktis untuk mendorong elektrifikasi,” ungkapnya.
Di Indonesia, misalnya, Liu menyebut bahwa BYD akan masuk dengan kendaraan di kelas menengah dan premium. “Baru kemudian secara berlahan masuk ke seluruh lini produk,” ungkapnya.
Liu juga menyadari sudah banyak merek China yang terlebih dulu melakukan penetrasi ke pasar Indonesia. “Menurut kami itu bagus, karena akan memberikan lebih banyak pilihan ke konsumen Indonesia,” bebernya.
Ia juga paham bahwa masalah infrastruktur mobil listrik memang menghambat perkembangan kendaraan listrik. “Tapi ini wajar, tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun juga negara-negara lain. China juga memiliki masalah yang sama 10 tahun lalu,” bebernya.
Ada 2 solusi yang ditawarkan oleh Liu terkait hal tersebut. “Pertama, dengan meningkatkan daya jelajah mobil hingga 500 km-600 km sekali ngecas. Dan kedua, tentu saja menambah infrastruktur pengisian daya,”tutupnya.
Saat ini China sudah menjadi produsen mobil listrik terbesar di dunia, melampaui Eropa, Amerika, dan Jepang. Di kategori mobil penumpang, misalnya, total penjualan mobil listrik China yang diekspor di dunia mencapai 10,2 juta unit pada 2022.
Jauh lebih besar dibandingkan Eropa (19,4 persen), Amerika (9,7 persen), dan Jepang (1 persen).
Di semester pertama 2023, misalnya, China mengekspor 2,34 juta kendaraan. Sedikit lebih tinggi dari Jepang yang 2,02 juta kendaraan. Beberapa pabrikan yang aktif mengekspor kendaraan mereka ke pasar internasional, antara lain Xpeng, Nio, serta BYD.
Desember ini, BYD menargetkan menjual 320.000 unit kendaraan untuk mencapai target total mereka sebesar 3 juta unit mobil di sepanjang 2023. Sekitar 90 persen penjualan BYD ada di China dan 10 persen untuk pasar internasional.
General Manager BYD Asia-Pasific Auto Sales Division Liu Xueliang berkomentar soal pesatnya kemajuan teknologi mobil listrik China yang semakin mendunia. Bahkan, sudah dianggap jauh lebih maju dibandingkan dengan Jepang, raja otomotif dunia itu.
”Kami tentu saja sangat menghargai pabrikan Jepang yang terus meningkatkan investasi mereka di wilayah ASEAN,” ungkap Liu.
Supercar BYD YangWang U9 dipamerkan di kantor pusat BYD di Shenzen, China. Foto: Sindonews/Danang Arradian
Tapi, ia berpendapat Battery Electric Vehicle (BEV) akan memberikan pengaruh besar terhadap penciptaan era baru transportasi. “Kami berharap bisa menciptakan masa depan baru di industri otomotif, bisa membuat revolusi. Karena itu, BYD fokus pada langkah-langkah praktis untuk mendorong elektrifikasi,” ungkapnya.
Di Indonesia, misalnya, Liu menyebut bahwa BYD akan masuk dengan kendaraan di kelas menengah dan premium. “Baru kemudian secara berlahan masuk ke seluruh lini produk,” ungkapnya.
Liu juga menyadari sudah banyak merek China yang terlebih dulu melakukan penetrasi ke pasar Indonesia. “Menurut kami itu bagus, karena akan memberikan lebih banyak pilihan ke konsumen Indonesia,” bebernya.
Ia juga paham bahwa masalah infrastruktur mobil listrik memang menghambat perkembangan kendaraan listrik. “Tapi ini wajar, tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun juga negara-negara lain. China juga memiliki masalah yang sama 10 tahun lalu,” bebernya.
Ada 2 solusi yang ditawarkan oleh Liu terkait hal tersebut. “Pertama, dengan meningkatkan daya jelajah mobil hingga 500 km-600 km sekali ngecas. Dan kedua, tentu saja menambah infrastruktur pengisian daya,”tutupnya.
(dan)