Misteri Mobil Menabrak Tembok Mal di Kelapa Gading: Salah Siapa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Video mobil menabrak tembok salah satu mal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut), viral di media sosial. Siapa yang salah?
Dalam sebuah video viral di media sosial terlihat bahwa mobil Chery Omoda E5 menabrak dinding pusat perbelanjaan Mall of Indonesia (MoI), di Kelapa Gading Jakarta Utara.
Gara-garanya, ada seorang anak yang menaiki mobil tersebut dan duduk di bangku kemudi.
Kapolsek Kelapa Gading Kompol Maulana Mukarom menyebut bahwa kejadian pada hari Minggu (21/4/2024) itu sudah selesai. Kasus yang melibatkan anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1 dan show room sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Tentu saja, kasus ini bisa jadi pembelajaran juga bagi mereka yang terlibat: pihak diler mobil, pengelola mal, juga konsumen.
Ario Aunuddin, praktisi event organizer, menyebut bahwa umumnya event organizer yang biasa meng-handle produk otomotif sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait keamanan.
“Namun, kalau melihat kasus ini merupakan pameran skala kecil yang ramai-ramai dilakukan oleh diler bukan APM (Agen Pemegang Merek),” ungkapnya.
Maka, yang berlaku hanya SOP mal/pusat perbelanjaan. Artinya, tidak boleh menyalakan mesin selama jam operasional mal buka.
”Harus diakui, karena yang dipamerkan mobil listrik aturan ini jadi sedikit longgar. Karena tidak ketahuan. Tidak ada suara, tidak ada emisi, dan tidak ada bau asap,” bebernya.
Untuk mobil Internal Combustion Engine (ICE), umumnya event organizer menggunakan perangkat CTEK. “Artinya, fitur-fitur yang perlu bisa menyala menggunakan listrik dari luar, bukan dari mobil,” bebernya.
“Namun, tetap saja menyalakan mobil listrik di pameran tidak boleh. Karena biasanya ada mobil test drive di luar untuk konsumen langsung mencoba. Tidak boleh karena alasan safety. Toh, sales tidak mungkin bisa mengawasi terus-terusan selama dia bernegoisasi dengan calon konsumen. Sehingga ia menjadi tidak aware soal faktor safety selama pameran,” bebernya.
Namun, tidak hanya menuding ke satu pihak, Ario juga menyoroti orang tua yang membawa anak-anak di bawah umur ke pameran mobil.
”Menurut saya membawa anak-anak ke pameran mobil harus selalu dalam pengawasan orang dewasa. Karena anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sementara sekarang fitur mobil sudah serbadigital dan user friendly. Bahkan, anak kecil pun bisa mengoperasikannya. Bukan hanya mobil, alat-alat elektronik lain juga punya potensi membahayakan jika anak-anak tidak diawasi ketat,” bebernya.
Namun, mobil tidak akan maju walau transmisi dioper ke D ataupun R. Untuk menonaktifkan fiturnya harus menggunakanpassword.
Dalam sebuah video viral di media sosial terlihat bahwa mobil Chery Omoda E5 menabrak dinding pusat perbelanjaan Mall of Indonesia (MoI), di Kelapa Gading Jakarta Utara.
Gara-garanya, ada seorang anak yang menaiki mobil tersebut dan duduk di bangku kemudi.
Kapolsek Kelapa Gading Kompol Maulana Mukarom menyebut bahwa kejadian pada hari Minggu (21/4/2024) itu sudah selesai. Kasus yang melibatkan anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 1 dan show room sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Tentu saja, kasus ini bisa jadi pembelajaran juga bagi mereka yang terlibat: pihak diler mobil, pengelola mal, juga konsumen.
Ario Aunuddin, praktisi event organizer, menyebut bahwa umumnya event organizer yang biasa meng-handle produk otomotif sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait keamanan.
“Namun, kalau melihat kasus ini merupakan pameran skala kecil yang ramai-ramai dilakukan oleh diler bukan APM (Agen Pemegang Merek),” ungkapnya.
Maka, yang berlaku hanya SOP mal/pusat perbelanjaan. Artinya, tidak boleh menyalakan mesin selama jam operasional mal buka.
”Harus diakui, karena yang dipamerkan mobil listrik aturan ini jadi sedikit longgar. Karena tidak ketahuan. Tidak ada suara, tidak ada emisi, dan tidak ada bau asap,” bebernya.
Untuk mobil Internal Combustion Engine (ICE), umumnya event organizer menggunakan perangkat CTEK. “Artinya, fitur-fitur yang perlu bisa menyala menggunakan listrik dari luar, bukan dari mobil,” bebernya.
Siapa yang Salah?
Ario sendiri memahami upaya tenaga penjual yang nekad menyalakan mobil listrik untuk lebih meyakinkan calon pembeli. Karena tidak semua tenaga penjual dibekali pengetahuan tentang keamanan. Sebab, tugasnya hanya berjualan.“Namun, tetap saja menyalakan mobil listrik di pameran tidak boleh. Karena biasanya ada mobil test drive di luar untuk konsumen langsung mencoba. Tidak boleh karena alasan safety. Toh, sales tidak mungkin bisa mengawasi terus-terusan selama dia bernegoisasi dengan calon konsumen. Sehingga ia menjadi tidak aware soal faktor safety selama pameran,” bebernya.
Namun, tidak hanya menuding ke satu pihak, Ario juga menyoroti orang tua yang membawa anak-anak di bawah umur ke pameran mobil.
”Menurut saya membawa anak-anak ke pameran mobil harus selalu dalam pengawasan orang dewasa. Karena anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sementara sekarang fitur mobil sudah serbadigital dan user friendly. Bahkan, anak kecil pun bisa mengoperasikannya. Bukan hanya mobil, alat-alat elektronik lain juga punya potensi membahayakan jika anak-anak tidak diawasi ketat,” bebernya.
Mode Pameran
Dari pengamatan SINDONews, memang tidak semua mobil memiliki fitur khusus pameran. Salah satu yang sedikit itu adalah Build Your Dreams (BYD). Mobil tersebut memiliki fitur yang disebut Exhibition Mode. Ketika menyala, maka semua fitur di mobil bisa berfungsi.Namun, mobil tidak akan maju walau transmisi dioper ke D ataupun R. Untuk menonaktifkan fiturnya harus menggunakanpassword.
(dan)