Mampukah Nissan Bertahan Tanpa Bantuan Honda?

Sabtu, 08 Februari 2025 - 20:20 WIB
loading...
A A A
Nissan gagal memanfaatkan kesuksesan awal Leaf, atau mengembangkan hybrid, seperti yang dilakukan rivalnya Toyota Motor dengan produk globalnya yang sukses, Prius.

"Tidak memiliki hybrid adalah satu hal, tetapi tanggapan perusahaan terhadap situasi yang berubah sangat, sangat lambat," kata James Hong, seorang analis di Macquarie Securities Korea.

Pada awal 2025, Nissan masih kekurangan EV dan mobil hybrid generasi terbaru untuk bersaing secara efektif di China dan Amerika.

Mengapa Nissan Serbasalah?

Muasalnya ditabur selama krisis terakhir Nissan seperempat abad lalu, ketika Renault Prancis turun tangan untuk mengambil saham pengendali dan mengirim Ghosn untuk merekayasa perubahan haluan. Ghosn memangkas biaya pembelian, menutup pabrik, dan menghilangkan 21.000 pekerjaan.

Ghosn mempercepat peluncuran model baru untuk meningkatkan pangsa pasar global Nissan. Dia juga menekan pengeluaran, sehingga mobil-mobil ini akhirnya kurang inovatif dibanding mobil-mobil pesaing, menurut analis yang mengikuti perusahaan tersebut.

Jadi untuk mencapai target penjualan Ghosn, perusahaan beralih menawarkan insentif harga yang besar kepada pelanggan, terutama di Amerika, dan meningkatkan penjualan ke operator armada sewaan dengan mengorbankan keuntungan.

Nissan gagal memanfaatkan semua potensi manfaat dari aliansi dengan Renault dengan sepenuhnya berkolaborasi dalam pengembangan produk. Kemitraan itu runtuh pada tahun 2018, ketika Ghosn ditahan di Jepang karena dicurigai melakukan kejahatan keuangan. Kekurangan jajaran model Nissan tetap menjadi masalah bagi perusahaan sejak saat itu.

Apa yang Salah dengan EV Nissan

Jangkauan mengemudi Nissan Leaf relatif terbatas dibanding model-model yang lebih baru. Leaf menggunakan konektor pengisian daya yang disebut CHAdeMO yang dikembangkan bersama dengan produsen mobil Jepang lainnya.

Pesaing mereka di Amerika tidak mengadopsi CHAdeMO, dan saat ini sistem pengisian daya yang digunakan oleh BYD dan Tesla, CCS2, telah menjadi standar di pasar utama.

Di China, Nissan mengalami kesulitan untuk mengikuti perkembangan karena produsen EV lokal memuat mobil mereka dengan fitur-fitur berteknologi tinggi yang menarik bagi konsumen.


Mengapa Manajemen Belum Memperbaiki Masalahnya?

Nissan memiliki budaya bisnis yang konservatif, dan serangkaian perubahan kepemimpinan mempersulit manajemennya untuk menyetujui solusi dan tetap berpegang pada solusi tersebut.

Hiroto Saikawa, penerus Ghosn, mengundurkan diri sebagai CEO pada 2019 karena skandal yang melibatkan tuduhan kompensasi berlebihan, dan eksekutif lainnya pergi dalam kekacauan tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9334 seconds (0.1#10.140)