Kebijakan Trump Picu Kenaikan Harga Mobil! Konsumen AS Siap-Siap Tekor Rp187 Juta!
loading...

Mobil-mobil yang diproduksi di Kanada dan Meksiko akan dikenai kenaikan tarif oleh pemerintah AS sehingga lebih mahal. Foto: Reuters
A
A
A
AMERIKA - Harga kendaraan baru di Amerika Serikat diprediksi mengalami lonjakan drastis. Ini gara-gara penerapan tarif baru yang akan diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
Anderson Economic Group (AEG) mengungkapkan bahwa kendaraan crossover listrik (EV) bisa mengalami kenaikan harga lebih dari USD12.000 (sekitar Rp187 juta) jika tarif impor 25% dari Kanada dan Meksiko mulai diterapkan.
Trump mengonfirmasi bahwa tarif tersebut akan resmi berlaku mulai hari Selasa.
Kenaikan harga tidak hanya terbatas pada kendaraan listrik. Kendaraan populer lainnya juga terkena dampak tarif ini:
Crossover berbahan bakar bensin: naik minimal USD3.500 (Rp54 juta)
Truk pikap: naik hingga USD8.000 (Rp125 juta)
SUV full-size: naik hingga USD9.000 (Rp140 juta)
Mobil kecil: naik sekitar USD6.200 (Rp97 juta)
Lebih mengejutkan lagi, laporan AEG tidak mencantumkan dampak dari tarif baja dan aluminium Trump yang terpisah, yang bisa semakin meningkatkan biaya produksi mobil.
Bahkan, hampir 1 dari 5 pembeli kini membayar lebih dari USD1.000 (Rp15,6 juta) per bulan untuk cicilan mobil mereka.
Trump mengatakan pekan lalu bahwa tarif ini kembali diberlakukan setelah berakhirnya negosiasi selama satu bulan dengan Kanada dan Meksiko. Tarif ini diterapkan setelah laporan terbaru Consumer Price Index (CPI) menunjukkan bahwa harga barang dan jasa naik lebih dari yang diperkirakan.
Dalam laporan Bloomberg, CEO Ford, Jim Farley, mengkritik kebijakan tarif yang hanya diterapkan pada Kanada dan Meksiko, sementara produsen lain seperti Hyundai dan Kia dari Korea Selatan tidak terkena tarif tambahan meskipun mereka mengekspor 600.000 unit ke AS setiap tahun. Hal yang sama berlaku bagi Toyota dari Jepang, yang juga mengimpor 500.000 kendaraan ke AS tanpa tarif tambahan.
“Saya tidak mengerti mengapa kita membahas tarif ini sementara Hyundai-Kia mengimpor 600.000 unit ke AS tanpa tarif tambahan, dan Toyota bisa mengimpor setengah juta kendaraan tanpa tarif tambahan. Jika kita akan memiliki kebijakan tarif, maka harus menyeluruh bagi seluruh industri,” ujar Farley dalam laporan keuangan Q4 Ford.
“Kita tidak bisa hanya memilih negara tertentu untuk dikenai tarif sementara pesaing impor kita menikmati keuntungan besar tanpa terkena dampaknya.”
1. GM: Silverado dan Sierra diproduksi di AS, Meksiko, dan Kanada.
2. Ford: Model seperti Maverick, Bronco Sport, dan Mustang Mach-E dibuat di Meksiko.
3. Stellantis: Produksi Chrysler Pacifica minivan berada di Kanada, sedangkan Dodge Charger Daytona EV juga dirakit di luar AS.
4. Volkswagen (VW): Model seperti Tiguan SUV dirakit di Meksiko.
5. BMW: Model sport M2 juga dibuat di pabrik BMW di Meksiko.
Dalam laporan terbarunya, CEO GM, Mary Barra, menyatakan bahwa perusahaan mungkin akan memindahkan sebagian produksi ke AS jika tarif mulai berlaku. Namun, ini juga akan menyebabkan kenaikan biaya tambahan yang bisa dibebankan kembali kepada konsumen.
Sementara itu, Honda (HMC) juga mempertimbangkan untuk memproduksi Civic Hybrid generasi terbaru di AS guna menghindari potensi tarif. Reuters melaporkan bahwa keputusan ini sedang dalam pertimbangan untuk menghindari kenaikan harga yang bisa mempengaruhi daya saing model hybrid mereka.
Apakah langkah ini akan berhasil menekan impor dan meningkatkan produksi dalam negeri? Atau justru akan membebani konsumen AS dengan harga kendaraan yang semakin tinggi? Waktu akan menjawab dampak kebijakan tarif ini terhadap industri otomotif di AmerikaSerikat.
Anderson Economic Group (AEG) mengungkapkan bahwa kendaraan crossover listrik (EV) bisa mengalami kenaikan harga lebih dari USD12.000 (sekitar Rp187 juta) jika tarif impor 25% dari Kanada dan Meksiko mulai diterapkan.
Trump mengonfirmasi bahwa tarif tersebut akan resmi berlaku mulai hari Selasa.
Dampak Tarif: Harga Mobil Naik Drastis
Dampak tarif ini tidak hanya berlaku bagi kendaraan yang diimpor langsung dari Kanada dan Meksiko, tetapi juga bagi komponen kendaraan yang sering kali melintasi perbatasan beberapa kali selama proses produksi. Biaya tambahan ini hampir pasti akan dibebankan kepada konsumen AS, sebagaimana disebutkan dalam laporan AEG.Kenaikan harga tidak hanya terbatas pada kendaraan listrik. Kendaraan populer lainnya juga terkena dampak tarif ini:
Crossover berbahan bakar bensin: naik minimal USD3.500 (Rp54 juta)
Truk pikap: naik hingga USD8.000 (Rp125 juta)
SUV full-size: naik hingga USD9.000 (Rp140 juta)
Mobil kecil: naik sekitar USD6.200 (Rp97 juta)
Lebih mengejutkan lagi, laporan AEG tidak mencantumkan dampak dari tarif baja dan aluminium Trump yang terpisah, yang bisa semakin meningkatkan biaya produksi mobil.
Tarif Diberlakukan di Tengah Kenaikan Harga Kendaraan
Lonjakan harga kendaraan ini terjadi pada saat harga rata-rata mobil baru di AS telah mencapai USD47.465 (Rp740 juta) menurut situs riset otomotif Edmunds.Bahkan, hampir 1 dari 5 pembeli kini membayar lebih dari USD1.000 (Rp15,6 juta) per bulan untuk cicilan mobil mereka.
Trump mengatakan pekan lalu bahwa tarif ini kembali diberlakukan setelah berakhirnya negosiasi selama satu bulan dengan Kanada dan Meksiko. Tarif ini diterapkan setelah laporan terbaru Consumer Price Index (CPI) menunjukkan bahwa harga barang dan jasa naik lebih dari yang diperkirakan.
Reaksi dari Produsen Mobil Besar
Para eksekutif dari General Motors (GM), Ford (F), dan Stellantis (STLA) telah mengadakan pertemuan dengan Departemen Perdagangan AS untuk memperingatkan konsekuensi ekonomi yang serius dari tarif yang diusulkan ini. Ford dan Stellantis secara khusus menekan Gedung Putih untuk menargetkan jutaan kendaraan impor yang tidak memiliki komponen buatan AS.Dalam laporan Bloomberg, CEO Ford, Jim Farley, mengkritik kebijakan tarif yang hanya diterapkan pada Kanada dan Meksiko, sementara produsen lain seperti Hyundai dan Kia dari Korea Selatan tidak terkena tarif tambahan meskipun mereka mengekspor 600.000 unit ke AS setiap tahun. Hal yang sama berlaku bagi Toyota dari Jepang, yang juga mengimpor 500.000 kendaraan ke AS tanpa tarif tambahan.
“Saya tidak mengerti mengapa kita membahas tarif ini sementara Hyundai-Kia mengimpor 600.000 unit ke AS tanpa tarif tambahan, dan Toyota bisa mengimpor setengah juta kendaraan tanpa tarif tambahan. Jika kita akan memiliki kebijakan tarif, maka harus menyeluruh bagi seluruh industri,” ujar Farley dalam laporan keuangan Q4 Ford.
“Kita tidak bisa hanya memilih negara tertentu untuk dikenai tarif sementara pesaing impor kita menikmati keuntungan besar tanpa terkena dampaknya.”
Dampak Langsung pada Industri Otomotif AS
Banyak kendaraan populer dari Big Three (GM, Ford, dan Stellantis) yang akan terdampak oleh tarif terhadap Kanada dan Meksiko. Beberapa model yang diproduksi di luar AS antara lain:1. GM: Silverado dan Sierra diproduksi di AS, Meksiko, dan Kanada.
2. Ford: Model seperti Maverick, Bronco Sport, dan Mustang Mach-E dibuat di Meksiko.
3. Stellantis: Produksi Chrysler Pacifica minivan berada di Kanada, sedangkan Dodge Charger Daytona EV juga dirakit di luar AS.
4. Volkswagen (VW): Model seperti Tiguan SUV dirakit di Meksiko.
5. BMW: Model sport M2 juga dibuat di pabrik BMW di Meksiko.
Dalam laporan terbarunya, CEO GM, Mary Barra, menyatakan bahwa perusahaan mungkin akan memindahkan sebagian produksi ke AS jika tarif mulai berlaku. Namun, ini juga akan menyebabkan kenaikan biaya tambahan yang bisa dibebankan kembali kepada konsumen.
Sementara itu, Honda (HMC) juga mempertimbangkan untuk memproduksi Civic Hybrid generasi terbaru di AS guna menghindari potensi tarif. Reuters melaporkan bahwa keputusan ini sedang dalam pertimbangan untuk menghindari kenaikan harga yang bisa mempengaruhi daya saing model hybrid mereka.
Tarif Bisa Memukul Konsumen AS
Meskipun pemerintahan Trump berharap dapat meningkatkan produksi mobil dalam negeri, masih belum jelas apakah konsumen AS bersedia membayar lebih untuk kendaraan yang dibuat di dalam negeri. Tarif impor 25% dari Kanada dan Meksiko ini bisa menjadi pukulan telak bagi pasar otomotif AS, dengan lonjakan harga mobil yang signifikan.Apakah langkah ini akan berhasil menekan impor dan meningkatkan produksi dalam negeri? Atau justru akan membebani konsumen AS dengan harga kendaraan yang semakin tinggi? Waktu akan menjawab dampak kebijakan tarif ini terhadap industri otomotif di AmerikaSerikat.
Lihat Juga :
(dan)