Menristek dan GIPA Ajak Anak-Anak Indonesia Berkarir di Artificial Intelligence
loading...
A
A
A
''Mencari pekerjaan itu tentu tidak mudah, namun disinilah pentingnya kita bersikap ulet dan terus mempersiapkan diri sebaik mungkin, tanpa melupakan resume maupun proses interview yang ada.'' ujar Mona.
Sementara itu, Kartina Saifuddin (Wina), seorang Senior Vice President di Citi, New York memberi kilas balik kepada pengalamannya bekerja dan berkembang secara profesional. “Satu hal yang terus konsisten selama saya bekerja adalah pentingnya pikiran yang terbuka dan kemauan belajar,” tukas Wina yang sekarang memimpin tim manajemen data di salah satu bank terbesar di Amerika Serikat tersebut.
Dia pun bercerita bahwa perkembangan karirnya, dari mendapat gelar matematika dan ekonomi, bekerja di manajemen resiko, hingga sekarang hanya bisa terjadi karena dia memiliki rasa ingin tahu yang kuat. ‘Saya ingin tantangan yang baru dan keterampilan yang akan masih relevan 20 tahun kedepan nanti’, ujar Wina. Selain itu, membuat hubungan dan mencari mentor yang baik sedini mungkin juga penting untuk mendapat masukan dari orang-orang yang telah sebelumnya melewati proses yang ingin kita lalui.
Narasumber terakhir dari forum ini, Cipta Herwana (Cipta), kemudian mengingat balik asal muasal passion-nya di bidang komputer. “Aku ingat ketika masih SMP, aku melihat buku Visual Basic di rak buku ayahku; sejak saat itu aku jadi suka komputer dan bagaimana kita bisa menjelaskan hal-hal kompleks dengan sangat logis,” ujarnya.
Seiring waktu, pemuda yang sekarang berkarir sebagai Machine Learning Engineer di Google Pay ini semakin melihat potensi dari implementasi teknologi di berbagai sektor. “Kalau kita lihat sekarang AI/ML ini sudah mentransformasi berbagai hal: mulai metode penanganan COVID yang diberlakukan di Singapura hingga pengembangan mobil tanpa pengemudi, aku tidak sabar hingga AI/ML bisa membantu manusia dalam mengerjakan hal-hal yang bersifat repetitif,” ujar Cipta dengan matanya yang berbinar-binar.
Forum ini ditutup oleh Muhammad Lutfi, Dubes LBBP Indonesia untuk AS, yang kembali menekankan pentingnya inovasi terutama dalam mempersiapkan Indonesia agar dapat menjadi negara maju sebelum habisnya dividen demografi di tahun 2038. Contoh inovasi yang dibutuhkan adalah dalam bidang sustainable infrastructure: Saat ini produksi listrik di Indonesia yang berasal dari green power plant hanya sebesar kurang dari 5% - angka ini harus bisa naik hingga 25% di tahun mendatang.
“Indonesia akan dapat melakukan ini dengan orang-orang dan profesional seperti kalian. Semoga dengan teknologi digital ini kita bisa memulai banyak diskusi dan menjadi solusi [terhadap isu ini]. Saya mengharapkan bahwa melalui diskusi-diskusi seperti yang diadakan GIPA kali ini, kita dapat mempersiapkan lebih banyak orang untuk mengambil peran utama di pembentukan solusi tersebut” ujar Muhammad Lutfi, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala BKPM juga.
Sementara itu, Kartina Saifuddin (Wina), seorang Senior Vice President di Citi, New York memberi kilas balik kepada pengalamannya bekerja dan berkembang secara profesional. “Satu hal yang terus konsisten selama saya bekerja adalah pentingnya pikiran yang terbuka dan kemauan belajar,” tukas Wina yang sekarang memimpin tim manajemen data di salah satu bank terbesar di Amerika Serikat tersebut.
Dia pun bercerita bahwa perkembangan karirnya, dari mendapat gelar matematika dan ekonomi, bekerja di manajemen resiko, hingga sekarang hanya bisa terjadi karena dia memiliki rasa ingin tahu yang kuat. ‘Saya ingin tantangan yang baru dan keterampilan yang akan masih relevan 20 tahun kedepan nanti’, ujar Wina. Selain itu, membuat hubungan dan mencari mentor yang baik sedini mungkin juga penting untuk mendapat masukan dari orang-orang yang telah sebelumnya melewati proses yang ingin kita lalui.
Narasumber terakhir dari forum ini, Cipta Herwana (Cipta), kemudian mengingat balik asal muasal passion-nya di bidang komputer. “Aku ingat ketika masih SMP, aku melihat buku Visual Basic di rak buku ayahku; sejak saat itu aku jadi suka komputer dan bagaimana kita bisa menjelaskan hal-hal kompleks dengan sangat logis,” ujarnya.
Seiring waktu, pemuda yang sekarang berkarir sebagai Machine Learning Engineer di Google Pay ini semakin melihat potensi dari implementasi teknologi di berbagai sektor. “Kalau kita lihat sekarang AI/ML ini sudah mentransformasi berbagai hal: mulai metode penanganan COVID yang diberlakukan di Singapura hingga pengembangan mobil tanpa pengemudi, aku tidak sabar hingga AI/ML bisa membantu manusia dalam mengerjakan hal-hal yang bersifat repetitif,” ujar Cipta dengan matanya yang berbinar-binar.
Forum ini ditutup oleh Muhammad Lutfi, Dubes LBBP Indonesia untuk AS, yang kembali menekankan pentingnya inovasi terutama dalam mempersiapkan Indonesia agar dapat menjadi negara maju sebelum habisnya dividen demografi di tahun 2038. Contoh inovasi yang dibutuhkan adalah dalam bidang sustainable infrastructure: Saat ini produksi listrik di Indonesia yang berasal dari green power plant hanya sebesar kurang dari 5% - angka ini harus bisa naik hingga 25% di tahun mendatang.
“Indonesia akan dapat melakukan ini dengan orang-orang dan profesional seperti kalian. Semoga dengan teknologi digital ini kita bisa memulai banyak diskusi dan menjadi solusi [terhadap isu ini]. Saya mengharapkan bahwa melalui diskusi-diskusi seperti yang diadakan GIPA kali ini, kita dapat mempersiapkan lebih banyak orang untuk mengambil peran utama di pembentukan solusi tersebut” ujar Muhammad Lutfi, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala BKPM juga.
(wbs)