Krisis, 3.000 Karyawan Jaguar Land Rover Diselamatkan Inggris
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan otomotif asal Inggris, Jaguar Land Rover tengah mengalami situasi krisis karena pandemi Covid-19. Sebanyak 3.000 karyawan Jaguar Land Rover, yang dirumahkan, kini menerima bantuan sokongan gaji oleh pemerintah Inggris.
Diketahui sejak pandemi Covid-19 terjadi, pemerintah Inggris memang memberikan sokongan gaji kepada semua perusahaan yang masih mempertahankan karyawan mereka namun telah dirumahkan karena minimnya aktivitas produksi.
Masalahnya jumlah karyawan Jaguar Land Rover yang ditanggung oleh pemerintah Inggris mencapai 3.000 orang. Angka ini jauh lebih besar ketimbang perusahaan mobil lainnya yang juga dari Inggris seperti Aston Martin yang hanya menerima bantuan untuk 80 karyawan mereka. (Baca juga : Renault Triber AMT Transmisi Otomatis Dijual Mulai Rp163 Juta )
Pemerintah Inggris sendiri sedianya akan mengucurkan dana sebesar 20 juta Poundsterling atau setara Rp376,3 miliar untuk diberikan kepada 3.000 karyawan itu. Namun tentu saja syaratnya Jaguar Land Rover tidak boleh memecat satu orang pun karyawan mereka. Total karyawan yang bekerja di Jaguar Land Rover diketahui mencapai 20.000 karyawan.
Aktivitas produksi Jaguar Land Rover memang belum juga kembali normal. Di saat produsen otomotif lainnya sudah kembali bekerja dengan sistim dua shift, Jaguar Land Rover masih tetap memperkerjakan karyawannya dengan satu shift kerja. Lokasi kerja mereka di Castle Bromwich malah tidak berfungsi secara penuh.
Hal ini makin diperparah dengan rencana kerja Jaguar Land Rover hingga tahun depan. Dalam keterangan resminya, perusahaan yang sudah dimiliki oleh pengusaha India, Ratan Tata itu hanya akan memproduksi sebanyak 11.000 unit mobil hingga Maret 2021. Detilnya sebanyak 4.000 uni Jaguar F-Type, 3.500 unit Jaguar XE, dan 3.500 unit Jaguar XF. Angka produksi itu juga tergolong kecil mengingat pabrik mereka pernah mencetak rekor memproduksi mobil sebanyak 80.000 unit pada 2013. Tahun lalu mereka bahkan berhasil memproduksi sebanyak 35.000 unit. (Baca juga : Mitsubishi Eclipse Cross Baru Meluncur dengan Perbaikan )
Untuk merek lain yakni Land Rover, mereka justru seakan berhenti di produk terakhir Land Rover Defender. Alhasil karyawan Jaguar Land Rover yang masih bekerja saat ini masih dilanda kebingungan akan tetap bekerja atau tidak. Secara bisnis Jaguar Land Rover juga kurang begitu bagus. Penjualan mobil mereka terus menurun di berbagai wilayah.
CEO Jaguar Land Rover Thierry Bollore, yang baru saja empat bulan menjabat, saat ini disebutkan tengah mencermati ulang rencana-rencana yang sudah disiapkan oleh Jagur Land Rover tahun ini termasuk peningkatan kapasitas pabrik Castle Bromwich. Bukan tidak mungkin rencana itu dibatalkan karena kondisi keuangan yang memang makin mengkhawatirkan.
"Saya sangat terkesan karena ditunjuk menduduki jabatan ini di tengah masa-masa sulit," ujar Thierry Bollore menanggapi penunjukannya sebagai orang nomor satu di Jaguar Land Rover.
Diketahui sejak pandemi Covid-19 terjadi, pemerintah Inggris memang memberikan sokongan gaji kepada semua perusahaan yang masih mempertahankan karyawan mereka namun telah dirumahkan karena minimnya aktivitas produksi.
Masalahnya jumlah karyawan Jaguar Land Rover yang ditanggung oleh pemerintah Inggris mencapai 3.000 orang. Angka ini jauh lebih besar ketimbang perusahaan mobil lainnya yang juga dari Inggris seperti Aston Martin yang hanya menerima bantuan untuk 80 karyawan mereka. (Baca juga : Renault Triber AMT Transmisi Otomatis Dijual Mulai Rp163 Juta )
Pemerintah Inggris sendiri sedianya akan mengucurkan dana sebesar 20 juta Poundsterling atau setara Rp376,3 miliar untuk diberikan kepada 3.000 karyawan itu. Namun tentu saja syaratnya Jaguar Land Rover tidak boleh memecat satu orang pun karyawan mereka. Total karyawan yang bekerja di Jaguar Land Rover diketahui mencapai 20.000 karyawan.
Aktivitas produksi Jaguar Land Rover memang belum juga kembali normal. Di saat produsen otomotif lainnya sudah kembali bekerja dengan sistim dua shift, Jaguar Land Rover masih tetap memperkerjakan karyawannya dengan satu shift kerja. Lokasi kerja mereka di Castle Bromwich malah tidak berfungsi secara penuh.
Hal ini makin diperparah dengan rencana kerja Jaguar Land Rover hingga tahun depan. Dalam keterangan resminya, perusahaan yang sudah dimiliki oleh pengusaha India, Ratan Tata itu hanya akan memproduksi sebanyak 11.000 unit mobil hingga Maret 2021. Detilnya sebanyak 4.000 uni Jaguar F-Type, 3.500 unit Jaguar XE, dan 3.500 unit Jaguar XF. Angka produksi itu juga tergolong kecil mengingat pabrik mereka pernah mencetak rekor memproduksi mobil sebanyak 80.000 unit pada 2013. Tahun lalu mereka bahkan berhasil memproduksi sebanyak 35.000 unit. (Baca juga : Mitsubishi Eclipse Cross Baru Meluncur dengan Perbaikan )
Untuk merek lain yakni Land Rover, mereka justru seakan berhenti di produk terakhir Land Rover Defender. Alhasil karyawan Jaguar Land Rover yang masih bekerja saat ini masih dilanda kebingungan akan tetap bekerja atau tidak. Secara bisnis Jaguar Land Rover juga kurang begitu bagus. Penjualan mobil mereka terus menurun di berbagai wilayah.
CEO Jaguar Land Rover Thierry Bollore, yang baru saja empat bulan menjabat, saat ini disebutkan tengah mencermati ulang rencana-rencana yang sudah disiapkan oleh Jagur Land Rover tahun ini termasuk peningkatan kapasitas pabrik Castle Bromwich. Bukan tidak mungkin rencana itu dibatalkan karena kondisi keuangan yang memang makin mengkhawatirkan.
"Saya sangat terkesan karena ditunjuk menduduki jabatan ini di tengah masa-masa sulit," ujar Thierry Bollore menanggapi penunjukannya sebagai orang nomor satu di Jaguar Land Rover.
(wsb)