Nils Sajonz, Milenial Ganteng yang Jadi Desainer Penting Bugatti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nils Sajonz, pemuda milenial berusia 27 tahun kini jadi sosok yang penting bagi Bugatti.Nils Sajonz kini dipercaya sebagai Lead Designer of Special Project at Bugatti. Dia menjadi desainer utama kedua di Bugatti setelah desainer otomotif veteran Bugatti, Achim Anscheidt. (Baca juga : Pabrikan Ramai-ramai Bakar Uang Buat Mengalahkan Tesla )
Meski usianya tergolong milenial, Nils Sajonz justru sudah memiliki kontribusi yang besar buat Bugatti. Berkat tangan ajaibnya, Bugatti telah menghasilkan mobil-mobil yang ekslusif seperti Bugatti La Voiture Noire, Bugatti Centodieci hingga Bugatti Divo. Terakhir yang fenomenal adalah Bugatti yang performanya diklaim setara mobil Formula 1, Bugatti Bolide.
Siapa nyana, milenialganteng itu justru mengawali karirnya di Bugatti sebagai anak magang pada 2015. Saat itu saat masih masih kuliah desain, Nils Sajonz memberanikan diri magang di kantor Bugatti yang ada di Molsheim, Prancis. Dari situlah Bugatti tertarik dengan karya-karya Nils Sajonz. Begitu lulus kuliah, Bugatti langsung mengikat Nils Sajonz dengan kontrak khusus.
Tangan ajaib Nils Sajonz datang bukan hanya dari kerja keras semata. Sejak kecil Nils Sajonz sudah mengenal desain berkat ayahnya yang juga seorang desainer pesawat terbang. Setiap kali ayahnya selesai merancang pesawat terbang, Nils Sajonz diminta untuk mewarani pesawat itu.
"Sejak saat itu saya mulai mengenal desain. Di usia 10 tahun saya kemudian ingin mencoba membuat desain pesawat sendiri. Baru di usia 12 tahun saya mulai tertarik mendesain mobil," kenang Nils Sajonz seperti dikutip Forbes. (Baca juga : Mobil Listrik Nissan Leaf Telah Berhasil Terjual 500.000 Unit )
Pengaruh desain pesawat itu terasa ketika Nils Sajonz merancang Bugatti Bolide. Bagian belakang mobil ini memiliki siluet huruf X yang mirip dengan bagian belakang pesawat jet tempur. "Merancang pesawat itu sebenarnya sangat mirip dengan merancang mobil sport yang berusaha mencari sekecil mungkin hambatan angin," ucapnya.
Nils Sajonz mengaku merasa beruntung bergabung dengan Bugatti. Menurutnya kekayaan sejarah yang dimiliki oleh Bugatti membuatnya mudah mendapatkan inspirasi. Dia tinggal menengok ke belakang berbagai mobil istimewa yang pernah hadir dalam kiprah Bugatti di dunia otomotif dan kemudian menjembataninya dengan desain dan teknologi terkini.
Selain itu dia juga merasa senang dengan pandangan Bugatti terhadap perubahan zaman. Bugatti menurutnya sangat terbuka dengan pengaruh desain kekinian seperti seni jalanan. Hal ini menurutnya sangat bagus buat brand ekslusif sebesar Buggati. Pengaruh itu bahkan akan mampu memberikan warna khusus buat Bugatti.
"Inspirasi ada dimana saja. Kadang dari detil-detil yang kecil kita bisa membuat sketsa sederhana. Itulah indahnya desain, kamu dapat menemukan sesuatu yang spesial dalam segala hal," jelasnya.
Meski usianya tergolong milenial, Nils Sajonz justru sudah memiliki kontribusi yang besar buat Bugatti. Berkat tangan ajaibnya, Bugatti telah menghasilkan mobil-mobil yang ekslusif seperti Bugatti La Voiture Noire, Bugatti Centodieci hingga Bugatti Divo. Terakhir yang fenomenal adalah Bugatti yang performanya diklaim setara mobil Formula 1, Bugatti Bolide.
Siapa nyana, milenialganteng itu justru mengawali karirnya di Bugatti sebagai anak magang pada 2015. Saat itu saat masih masih kuliah desain, Nils Sajonz memberanikan diri magang di kantor Bugatti yang ada di Molsheim, Prancis. Dari situlah Bugatti tertarik dengan karya-karya Nils Sajonz. Begitu lulus kuliah, Bugatti langsung mengikat Nils Sajonz dengan kontrak khusus.
Tangan ajaib Nils Sajonz datang bukan hanya dari kerja keras semata. Sejak kecil Nils Sajonz sudah mengenal desain berkat ayahnya yang juga seorang desainer pesawat terbang. Setiap kali ayahnya selesai merancang pesawat terbang, Nils Sajonz diminta untuk mewarani pesawat itu.
"Sejak saat itu saya mulai mengenal desain. Di usia 10 tahun saya kemudian ingin mencoba membuat desain pesawat sendiri. Baru di usia 12 tahun saya mulai tertarik mendesain mobil," kenang Nils Sajonz seperti dikutip Forbes. (Baca juga : Mobil Listrik Nissan Leaf Telah Berhasil Terjual 500.000 Unit )
Pengaruh desain pesawat itu terasa ketika Nils Sajonz merancang Bugatti Bolide. Bagian belakang mobil ini memiliki siluet huruf X yang mirip dengan bagian belakang pesawat jet tempur. "Merancang pesawat itu sebenarnya sangat mirip dengan merancang mobil sport yang berusaha mencari sekecil mungkin hambatan angin," ucapnya.
Nils Sajonz mengaku merasa beruntung bergabung dengan Bugatti. Menurutnya kekayaan sejarah yang dimiliki oleh Bugatti membuatnya mudah mendapatkan inspirasi. Dia tinggal menengok ke belakang berbagai mobil istimewa yang pernah hadir dalam kiprah Bugatti di dunia otomotif dan kemudian menjembataninya dengan desain dan teknologi terkini.
Selain itu dia juga merasa senang dengan pandangan Bugatti terhadap perubahan zaman. Bugatti menurutnya sangat terbuka dengan pengaruh desain kekinian seperti seni jalanan. Hal ini menurutnya sangat bagus buat brand ekslusif sebesar Buggati. Pengaruh itu bahkan akan mampu memberikan warna khusus buat Bugatti.
"Inspirasi ada dimana saja. Kadang dari detil-detil yang kecil kita bisa membuat sketsa sederhana. Itulah indahnya desain, kamu dapat menemukan sesuatu yang spesial dalam segala hal," jelasnya.
(wsb)