Faktor Harga Masih Jadi Masalah Besar Mobil Listrik di ASEAN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Faktor harga masih jadi masalah besar mobil listrik di kawasan ASEAN atau Asia Tenggara. Hal itu diungkap oleh Vivek Vaidya, Senior Vice President Intelligent Mobility Frost & Sullivan Asia Pacifid dalam webinar Nissan Futures 2021 baru-baru ini. Menurut Vivek Vaidya jika selisih harga mobil listrik dan non listrik tidak terlampau besar maka mobil listrik akan jadi pilihan yang menarik.
"Jika selisihnya 35-45 persen ini akan jadi hal yang bagus guna menstimulus emosi masyarakat untuk membeli mobil listrik," ucap Vivek Vaidya.
Memang saat ini harga mobil listrik di kawasan Asia Tenggara memang terlampau tinggi jika dibandingkan dengan mobil konvensional. Ambil contoh di Indonesia, mobi listrik Tesla saja harganya sudah mencapai miliaran rupiah. Dengan harga yang sama masyarakat Indonesia bisa mendapatkan mobil konvensional kualitas premium.
Begitu juga dengan mobil listrik buatan Hyundai yakni Kona EV dan Ioniq EV. Diketahui Hyundai Kona EV saat ini dibanderol di harga Rp697 juta sedangkan Hyundai Ioniq EV yang hadir dalam dua varian memiliki harga Rp624,8 juta (Prime) dan Rp664,8 juta (Signature). Dengan harga itu konsumen Indonesia bisa mendapatkan mobi entry level dari Mercedes-Benz maupun BMW atau SUV 7 kursi dari Mitsubishi dan Toyota.
Mahalnya harga mobil listrik sebenarnya bisa diantisipasi jika pemerintah yang ada di kawasan Asean menunjukkan keberpihakan. Misalnya dengan memberikan insentif fiskal yang dapat menekan harga mobil listrik tidak menggila. Dia mencontohkan pemerintah Norwegia yang telah berhasil menunjukkan keberpihakan pada mobil listrik.
Tidak heran jika tahun lalu penjualan mobil listrik di negeri Skandinavia itu melampaui penjualan mobil berbahan bakar internal. "Pemerintah harus memegang peranan penting agar kustomer bisa beralih ke kendaraan listrik," ucap Vivek Vaidya.
"Jika selisihnya 35-45 persen ini akan jadi hal yang bagus guna menstimulus emosi masyarakat untuk membeli mobil listrik," ucap Vivek Vaidya.
Memang saat ini harga mobil listrik di kawasan Asia Tenggara memang terlampau tinggi jika dibandingkan dengan mobil konvensional. Ambil contoh di Indonesia, mobi listrik Tesla saja harganya sudah mencapai miliaran rupiah. Dengan harga yang sama masyarakat Indonesia bisa mendapatkan mobil konvensional kualitas premium.
Begitu juga dengan mobil listrik buatan Hyundai yakni Kona EV dan Ioniq EV. Diketahui Hyundai Kona EV saat ini dibanderol di harga Rp697 juta sedangkan Hyundai Ioniq EV yang hadir dalam dua varian memiliki harga Rp624,8 juta (Prime) dan Rp664,8 juta (Signature). Dengan harga itu konsumen Indonesia bisa mendapatkan mobi entry level dari Mercedes-Benz maupun BMW atau SUV 7 kursi dari Mitsubishi dan Toyota.
Mahalnya harga mobil listrik sebenarnya bisa diantisipasi jika pemerintah yang ada di kawasan Asean menunjukkan keberpihakan. Misalnya dengan memberikan insentif fiskal yang dapat menekan harga mobil listrik tidak menggila. Dia mencontohkan pemerintah Norwegia yang telah berhasil menunjukkan keberpihakan pada mobil listrik.
Tidak heran jika tahun lalu penjualan mobil listrik di negeri Skandinavia itu melampaui penjualan mobil berbahan bakar internal. "Pemerintah harus memegang peranan penting agar kustomer bisa beralih ke kendaraan listrik," ucap Vivek Vaidya.
(wsb)