Akomodir Pemeluk Agama Sikh Tough Turban Siap Gantikan Fungsi Helm
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi pemeluk agama Sikh turban adalah salah satu simbol yang sangat sakral. Para pria penganut agama Sikh selalu mengenakan turban dalam aktivitas mereka sehari-hari. Bahkan ketika mereka harus mengendarai sepeda motor, mereka akan lebih memilih mengenakan turban ketimbang menggunakan helm.
Makanya tidak heran ketika banyak komunitas penganut agama Sikh di berbagai wilayah di dunia berusaha melakukan lobi agar mereka dapat diizinkan mengendarai motor dengan turban bukan helm. Salah satu wilayah yang berhasil adalah propinsi Alberta yang ada di Kanada.
Masalahnya turban jelas-jelas tidak akan amat jika dikenakan saat mengendarai sepeda motor. Hal itulah yang mendasari Zulu Alpha Kilo Sikh Motorcycle Club of Ontario dan dealer Harley-Davidson di Toronto membuat sebuah turban yang sama amannya dengan helm.
Kehadiran turban yang dinamakan Tough Turban itu akan jadi solusi bagi pemeluk agama Sikh yang ingin memakai turban saat mengendarai motor dan tetap merasa aman saat berada di jalan.
Dari tampilan luarnya Tough Turban memang terlihat seperti turban biasa yang sering dikenakan pemeluk agama Sikh. Hanya saja material yang digunakan sangat jauh berbeda. Zulu Alpha Kilo menggunakan material yang tahan dari tubrukan.
Material tersebut berupa busa yang langsung mengeras ketika terjadi benturan. Di saat yang sama busa itu akan menyebarkan energi yang terjadi akibat benturan guna melindungi kepala pemakainya.
Tidak hanya busa, Tough Turban juga dilengkapi dengan sebuah jirah khusus yang sifatnya elastis sekaligus kokoh. Jirah ini seperti sebuah jirah baja yang digunakan oleh para ksatria Inggris saat berperang. Selain itu mereka juga menggunakan material lain bernama Dyneema yang biasa digunakan untuk pakaian antipeluru dan perlengkapan motor balap.
Yang menarik Zulu Alpha Kilo justru masih membuka masukan dari pihak lain dalam pengembangan Tough Turban. Mereka menjadikan proyek ini sebagai proyek sumber terbuka bagi siapa saja yang ingin berinovasi.
"Tough Turban hadir untuk melindungi para biker Sikh tanpa harus kehilangan jati diri. Inisiatif ini terbuka bagi banyak pihak. Ini sesuai dengan misi kami bahwa dunia memang membutuhkan kreativitas," ujar Zak Mroueh, pendiri dan Chief Creative Officer (CCO) Zulu Alpha Kilo.
Makanya tidak heran ketika banyak komunitas penganut agama Sikh di berbagai wilayah di dunia berusaha melakukan lobi agar mereka dapat diizinkan mengendarai motor dengan turban bukan helm. Salah satu wilayah yang berhasil adalah propinsi Alberta yang ada di Kanada.
Masalahnya turban jelas-jelas tidak akan amat jika dikenakan saat mengendarai sepeda motor. Hal itulah yang mendasari Zulu Alpha Kilo Sikh Motorcycle Club of Ontario dan dealer Harley-Davidson di Toronto membuat sebuah turban yang sama amannya dengan helm.
Kehadiran turban yang dinamakan Tough Turban itu akan jadi solusi bagi pemeluk agama Sikh yang ingin memakai turban saat mengendarai motor dan tetap merasa aman saat berada di jalan.
Dari tampilan luarnya Tough Turban memang terlihat seperti turban biasa yang sering dikenakan pemeluk agama Sikh. Hanya saja material yang digunakan sangat jauh berbeda. Zulu Alpha Kilo menggunakan material yang tahan dari tubrukan.
Material tersebut berupa busa yang langsung mengeras ketika terjadi benturan. Di saat yang sama busa itu akan menyebarkan energi yang terjadi akibat benturan guna melindungi kepala pemakainya.
Tidak hanya busa, Tough Turban juga dilengkapi dengan sebuah jirah khusus yang sifatnya elastis sekaligus kokoh. Jirah ini seperti sebuah jirah baja yang digunakan oleh para ksatria Inggris saat berperang. Selain itu mereka juga menggunakan material lain bernama Dyneema yang biasa digunakan untuk pakaian antipeluru dan perlengkapan motor balap.
Yang menarik Zulu Alpha Kilo justru masih membuka masukan dari pihak lain dalam pengembangan Tough Turban. Mereka menjadikan proyek ini sebagai proyek sumber terbuka bagi siapa saja yang ingin berinovasi.
"Tough Turban hadir untuk melindungi para biker Sikh tanpa harus kehilangan jati diri. Inisiatif ini terbuka bagi banyak pihak. Ini sesuai dengan misi kami bahwa dunia memang membutuhkan kreativitas," ujar Zak Mroueh, pendiri dan Chief Creative Officer (CCO) Zulu Alpha Kilo.
(wsb)