Jababeka Group dan Telkom Kolaborasi Bangun SDM Milenial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jababeka Group dan Telkom Indonesia berkolaborasi membuat program pengembangan kompetensi dan penyaluran kerja bagi milenial. Baik milenial yang mencari kerja, pekerja terkena PHK, atau pekerja yang butuh peningkatan kompetensi.
Harapannya, program mampu menciptakan alumni yang terampil dan relevan dengan kebutuhan industri sehingga mampu menekan angka pengangguran di Indonesia.
Keseriusan program ini dibuktikan lewat penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Jababeka Group dan Telkom. Penandatanganan dilakukan secara online dalam meeting virtual bertajuk Peresmian Kerja Sama Telkom & Jababeka dalam Peran Meningkatkan Kompetensi SDM Indonesia, pekan lalu.
Pascapenandatanganan MoU, Jababeka Group-Telkom akan menjalankan 3 program, yaitu Online Class Training, Offline Training, dan Property for Millennial Pra Kerja: Dapat Kerja Dapat Rumah. Program pengembangan kompetensi akan dikemas melalui bootcamp.
Kemudian, merekka akan membantu menyalurkan para alumni ke perusahaan Telkom dan 1.700 perusahaan yang berada di Kota Jababeka saat ini.
Selama pendidikan, peserta tak dikenakan biaya, tapi ada sharing agreement. Artinya, setelah peserta mendapat kerja, dan memiliki pendapatan, mereka bisa mencicil pendidikan yang telah didapat. Bahkan nanti ada opsi untuk bisa melanjutkan pendidikan formal juga, yaitu di pendidikan S1 di President University ataupun Telkom University.
"Bagi mereka yang daftar program ini kita seleksi dulu. Dan saat dia dapat kerja dari pelatihan ini dan berpenghasilan, mereka juga bisa menyewa atau mencicil properti yang dimiliki Jababeka," ungkap Alfa Putra Kurnia selaku CEO Arkademy.
Alfa mengutarakan, untuk standarisasi dan distribusi ke market akan dilakukan Pijar Mahir. Mulai dari produksi video, penyiapan kurikulum dan silabus, sampai ke feedback-nya melalui www.pijarmahir.com.
Sementara kebutuhan instruktur akan dibantu oleh Learning Center Jababeka Group, yaitu Akademi Komunitas Presiden, President University (PU), President Development Center (PDC), dan Jababeka Learning Center (JLC). “Tim ini termasuk juga untuk penyelenggaraan offline training atau bootcamp. Output dari semua ini apa? Ready to work graduates, kelas karyawan PU, dan Jababeka Property,” ucap Alfa.
Faizal Rochmad Djoemadi, selaku Direktur Digital Business Telkom Indonesia mengaku antusias dan tak sabar untuk menjalankan kerja sama ini. Karena kerja sama Jababeka-Telkom sangat penting untuk kedua perusahaan bisa bertahan di masa COVID-19. Di mana perlahan-lahan behavior consumer berubah akibat wabah COVID-19.
Ada dua perubahan perilaku dari empat perubahan yang harus diantisipasi oleh Telkom karena Telkom merupakan bisnis yang bergerak di ranah digital, yaitu stay at home lifestyle dan go virtual. “Semua orang saat ini mulai terbiasa beraktivitas di rumah, mulai dari bekerja, belajar dan tidak perlu ketemu tatap muka, semua sudah bisa selesai melalui virtual. Lebih efisien dan bisa saving cost,” sebut Faizal.
Bahkan, kata Faizal, diperkirakan gaya hidup tersebut akan berlanjut setelah wabah selesai. Oleh karenanya, proyeksi bisnis yang ingin dicapai Telkom di 2021-2024 harus dikebut setahun lebih cepat untuk mengantisipasi perubahan perilaku masyarakat yang lain.
Dengan penandatangan ini, pihaknya berharap di tahap awal, terkait konten-konten skill yang diproduksi bisa memperkaya Pijar Mahir, salah satu platform yang dipakai Pra Kerja. Konten yang dibutuhkan pemerintah ada tiga tahap, yaitu skill level satu, dua dan tiga.
"Sejauh ini yang sudah dikurasi tim Pra Kerja baru tahap satu, yaitu konten low skill atau kemampuan dasar. Sedangkan untuk konten level dua dan tiga masih menunggu pemerintah mengurasi kembali,” papar Faizal.
“Saya pun sudah melihat konten yang dibuat di Jababeka, yaitu AKP, PU, JLC dan PDC. Dengan konten yang dibuat 4 institusi yang dihasilkan program ini, semoga saat masuk konten level kedua dan ketiga, Pijar Mahir akan bisa menyediakannya," harapnya.
Hal senada disampaikan Sutedja Sidarta Darmono, Direktur PT Jababeka Tbk. Dia mengakui, peningkatan kompetensi merupakan kunci penting agar seseorang bisa bertahan dalam masa COVID-19. Hal itu pula telah menjadi fokus dari Jababeka Group agar kemampuan pekerja bisa terus relevan dengan kebutuhan industri yang begitu dinamis.
"Kami ingin membuat Silicon Valley di Indonesia. Kita bisa membawa itu ke Cikarang. Kalau kita belajar dari Amerika Serikat, kita akan bergerak ke industri 4.0 dan 5.0. Dalam kondisi seperti sekarang, pengembangan industri 4.0 harus lebih dipercepat," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, perlu peningkatan sumber daya manusia lantaran jika mereka tidak mengikuti perkembangan teknologi, maka akan kesulitan. Untuk itu, Jababeka siap mendukung tempat dan konten yang dibutuhkan bagi pelatihan ini.
Sementara Setyono Djuandi Darmono, Chairman and Founder Jababeka Group dan President University, berharap, kerja sama ini bisa secepatnya terlaksana dan mampu memberi dampak besar kepada masyarakat. Karena pemerintah sangat membutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menangani corona -seperti yang Jababeka-Telkom lakukan sekarang.
Harapannya, program mampu menciptakan alumni yang terampil dan relevan dengan kebutuhan industri sehingga mampu menekan angka pengangguran di Indonesia.
Keseriusan program ini dibuktikan lewat penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Jababeka Group dan Telkom. Penandatanganan dilakukan secara online dalam meeting virtual bertajuk Peresmian Kerja Sama Telkom & Jababeka dalam Peran Meningkatkan Kompetensi SDM Indonesia, pekan lalu.
Pascapenandatanganan MoU, Jababeka Group-Telkom akan menjalankan 3 program, yaitu Online Class Training, Offline Training, dan Property for Millennial Pra Kerja: Dapat Kerja Dapat Rumah. Program pengembangan kompetensi akan dikemas melalui bootcamp.
Kemudian, merekka akan membantu menyalurkan para alumni ke perusahaan Telkom dan 1.700 perusahaan yang berada di Kota Jababeka saat ini.
Selama pendidikan, peserta tak dikenakan biaya, tapi ada sharing agreement. Artinya, setelah peserta mendapat kerja, dan memiliki pendapatan, mereka bisa mencicil pendidikan yang telah didapat. Bahkan nanti ada opsi untuk bisa melanjutkan pendidikan formal juga, yaitu di pendidikan S1 di President University ataupun Telkom University.
"Bagi mereka yang daftar program ini kita seleksi dulu. Dan saat dia dapat kerja dari pelatihan ini dan berpenghasilan, mereka juga bisa menyewa atau mencicil properti yang dimiliki Jababeka," ungkap Alfa Putra Kurnia selaku CEO Arkademy.
Alfa mengutarakan, untuk standarisasi dan distribusi ke market akan dilakukan Pijar Mahir. Mulai dari produksi video, penyiapan kurikulum dan silabus, sampai ke feedback-nya melalui www.pijarmahir.com.
Sementara kebutuhan instruktur akan dibantu oleh Learning Center Jababeka Group, yaitu Akademi Komunitas Presiden, President University (PU), President Development Center (PDC), dan Jababeka Learning Center (JLC). “Tim ini termasuk juga untuk penyelenggaraan offline training atau bootcamp. Output dari semua ini apa? Ready to work graduates, kelas karyawan PU, dan Jababeka Property,” ucap Alfa.
Faizal Rochmad Djoemadi, selaku Direktur Digital Business Telkom Indonesia mengaku antusias dan tak sabar untuk menjalankan kerja sama ini. Karena kerja sama Jababeka-Telkom sangat penting untuk kedua perusahaan bisa bertahan di masa COVID-19. Di mana perlahan-lahan behavior consumer berubah akibat wabah COVID-19.
Ada dua perubahan perilaku dari empat perubahan yang harus diantisipasi oleh Telkom karena Telkom merupakan bisnis yang bergerak di ranah digital, yaitu stay at home lifestyle dan go virtual. “Semua orang saat ini mulai terbiasa beraktivitas di rumah, mulai dari bekerja, belajar dan tidak perlu ketemu tatap muka, semua sudah bisa selesai melalui virtual. Lebih efisien dan bisa saving cost,” sebut Faizal.
Bahkan, kata Faizal, diperkirakan gaya hidup tersebut akan berlanjut setelah wabah selesai. Oleh karenanya, proyeksi bisnis yang ingin dicapai Telkom di 2021-2024 harus dikebut setahun lebih cepat untuk mengantisipasi perubahan perilaku masyarakat yang lain.
Dengan penandatangan ini, pihaknya berharap di tahap awal, terkait konten-konten skill yang diproduksi bisa memperkaya Pijar Mahir, salah satu platform yang dipakai Pra Kerja. Konten yang dibutuhkan pemerintah ada tiga tahap, yaitu skill level satu, dua dan tiga.
"Sejauh ini yang sudah dikurasi tim Pra Kerja baru tahap satu, yaitu konten low skill atau kemampuan dasar. Sedangkan untuk konten level dua dan tiga masih menunggu pemerintah mengurasi kembali,” papar Faizal.
“Saya pun sudah melihat konten yang dibuat di Jababeka, yaitu AKP, PU, JLC dan PDC. Dengan konten yang dibuat 4 institusi yang dihasilkan program ini, semoga saat masuk konten level kedua dan ketiga, Pijar Mahir akan bisa menyediakannya," harapnya.
Hal senada disampaikan Sutedja Sidarta Darmono, Direktur PT Jababeka Tbk. Dia mengakui, peningkatan kompetensi merupakan kunci penting agar seseorang bisa bertahan dalam masa COVID-19. Hal itu pula telah menjadi fokus dari Jababeka Group agar kemampuan pekerja bisa terus relevan dengan kebutuhan industri yang begitu dinamis.
"Kami ingin membuat Silicon Valley di Indonesia. Kita bisa membawa itu ke Cikarang. Kalau kita belajar dari Amerika Serikat, kita akan bergerak ke industri 4.0 dan 5.0. Dalam kondisi seperti sekarang, pengembangan industri 4.0 harus lebih dipercepat," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, perlu peningkatan sumber daya manusia lantaran jika mereka tidak mengikuti perkembangan teknologi, maka akan kesulitan. Untuk itu, Jababeka siap mendukung tempat dan konten yang dibutuhkan bagi pelatihan ini.
Sementara Setyono Djuandi Darmono, Chairman and Founder Jababeka Group dan President University, berharap, kerja sama ini bisa secepatnya terlaksana dan mampu memberi dampak besar kepada masyarakat. Karena pemerintah sangat membutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menangani corona -seperti yang Jababeka-Telkom lakukan sekarang.
(iqb)