Subaru Balik ke Indonesia Buat Obati Luka-luka Lama

Kamis, 10 Februari 2022 - 09:16 WIB
loading...
Subaru Balik ke Indonesia Buat Obati Luka-luka Lama
Subaru memiliki produk-prpduk fenomenal yang siap memanjakan lagi konsumen Indonesia. Foto/Netcarshow.
A A A
JAKARTA - Subaru Indonesia akhirnya buka suara mengapa mereka terkesan lambat memasarkan mobil-mobil Subaru meski sudah jadi Agen Pemegang Merek (APM) resmi sejak Februari 2022.

Genap dua tahun sudah PT Plaza Auto Mega mengusung nama Subaru Indonesia. Ya, sejak Februari 2020, Subaru Jepang telah menunjuk mereka sebagai distributor resmi merek Subaru di Tanah Air. Hanya saja setelah itu aktivitas mereka justru terkesan tenggelam.

Jauh dari radar dan sama sekali tidak menggeliat dengan menghadirkan mobil-mobil baru berlogo Subaru. Tidak heran jika timbul banyak pertanyaan apakah memang Subaru Indonesia benar-benar ingin berjualan lagi?

Arie Christopher, Chief Operating Officer (COO) Subaru Indonesia dalam Media Gathering Virtual, Rabu (9/2/2022) membenarkan banyak skeptisme yang dialamatkan kepadanya mengenai eksitensi Subaru. Kecurigaan muncul karena Subaru Indonesia selama 2 tahun tidak melakukan banyak hal baru apalagi jualan mobil baru.

“Kenapa kami tidak munculin mobil meski sudah jadi distributor resmi dari Februari 2020 hingga 2022. Justru karena komitmen kami untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu,” ujar Arie Christopher.



Subaru Balik ke Indonesia Buat Obati Luka-luka Lama


Dia tidak membantah di tangan distributor sebelumnya nama Subaru memang sedikit punya image yang tidak sedap. Terakhir adalah kasus pemalsuan dokumen impor yang dilakukan oleh Motor Image Indonesia (MII), distributor lama Subaru di Indonesia. Kasus itu bahkan membuat MII harus berhenti berjualan Subaru di Indonesia sejak 2014 karena penyitaan asset yang dilakukan pemerintah.

Cerita Subaru bahkan tidak berhenti di situ saja. Jauh sebelum kasus MII mencuat, distributor Subaru yang pertama, Insan Apollo juga pernah melakukan tindak kriminal yang kurang lebih sama. Kejaksaan Agung pada 1976 menahan 6 orang direktur PT Insan Apollo karena memasukkan kendaraan tidak sesuai ketentuan dan menghindar dari bea masuk yang harus dibayar ke Bea Cukai .

Luka-luka lama itulah yang ingin diobati oleh Subaru Indonesia saat ini. Butuh waktu yang intens buat Subaru agar aktivitas bisnis mereka memang benar-benar sejalan dengan peraturan yang ada.

“Kita ingin inline 100 persen dengan peraturan pemerintah Indonesia. Baik dari sisi legalitas, rencana produksi pabrik. Semuanya sedang kami rapihkan semuanya,” ujar Arie Christopher.

Dia juga mengatakan pihak prinsipal, Subaru Jepang memang juga sangat berhati-hati dalam penunjukkan distributor baru. Pasalnya beberapa peristiwa di masa lalu membuat mereka benar-benar belajar agar peristiwa itu tidak terulang.



Subaru Balik ke Indonesia Buat Obati Luka-luka Lama


Hal itu menurut Arie Christopher sejalan dengan keinginan Subaru Indonesia. Mereka tidak ingin sekadar saja jadi distributor Subaru di Indonesia. “Kita akan berusaha jadi APM Subaru yang selamanya di Indonesia. Tidak akan ganti-ganti lagi,” sesumbar Arie Christopher.

Tahun 2022 menurutnya jadi momen yang tepat buat Subaru untuk kembali menyapa konsumen di Indonesia..

Dia juga merasa bersyukur karena saat ini pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pajak Penjualan Barang Mewah berdasarkan karbon atau emisi. Tidak seperti dulu yang masih didasarkan pada kapasitas mesin, jenis kendaraan dan system penggerak roda.

Hal itu diyakininya akan menguntungkan buat Subaru yang seluruh produknya terkenal dengan keunggulan sistem penggerak empat roda. Hanya saja hal itu bukan momen utama dimana Subaru benar-benar siap menghadapi 2022.

Menurut Arie Christopher masyarakt sudah lama penasaran dengan produk Subaru. Apalagi sejak 2014, Subaru benar-benar tidak melakukan aktivitas apa pun. Jadi rasa penasaran masyarakat sangat tinggi terhadap produk-produk yang akan mereka luncurkan nanti.

“Enam tahun lebih vakum dan ornag sudah banyak yang menunggu. Marketnya sudah besar karena 6 tahun vakum. Momen ini yang kita prioritaskan, jadi momen pajek emisi karbon bukan satu-satunya faktor pendukung,” pungkasnya.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4185 seconds (0.1#10.140)