Kuasai 30 Persen Pasar Mobil Rusia, Renault Menolak Pergi dari Negeri Beruang Merah
loading...
A
A
A
MOSKOW - Renault menyatakan tidak mengubah hubungannya dengan Rusia dan menolak keluar dari negeri Beruang Merah. Apalagi pabrikan asal Prancis itu menguasai sekitar 30 persen pasar mobil di Rusia.
Renault memiliki 68 persen saham di AvtoVAZ yang bertanggung jawab atas merek Lada yang sangat populer di Rusia. Melalui kepemilikan saham ini, Renault menguasai sekitar 30 persen pasar mobil negara dan memiliki 40.000 tenaga kerja lokal.
Namun, yang membuat masalah ini semakin rumit adalah kenyataan bahwa pemerintah Prancis memiliki 15 persen saham di Renault. Sedangkan Pemerintah Rusia menyumbang sekitar 10 persen dari pendapatan Renault.
Informasi dari berbagai sumber lain kepada Auto News menyebutkan bahwa Renault enggan untuk menarik diri dari Rusia karena biaya tinggi dan ingin menghindari nasionalisasi AvtoVAZ. Pemerintah Prancis tetap bungkam tentang hubungan Renault dengan Rusia.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire memang mengatakan bahwa perusahaan swasta bebas membuat keputusan sendiri dalam melakukan bisnis di Rusia. Syaratnya, jika mereka “secara ketat dan mematuhi sanksi.”
Perusahaan riset Alphavalue menunjukkan bahwa ada kemungkinan kecil dari Renault melepaskan sahamnya di AvtoVAZ. Perusahaan juga menurunkan rekomendasinya pada saham, dengan menyatakan bahwa nilai usaha telah jatuh ke nol.
“Untuk memperhitungkan risiko geopolitik terkait invasi Rusia ke Ukraina dan implikasi jangka panjang yang ditimbulkan akibat sanksi Barat terhadap ekonomi Rusia, mungkin (perusahaan) secara drastis mengurangi permintaan mobil di negara ini untuk tahun-tahun mendatang,” tulis laman Carscoops dikutip SINDOnews., Selasa (15/3/2022).
Diketahui, produksi di pabrik perakitan Renault di dekat Moskow telah dihentikan sementara hingga 18 Maret karena masalah pasokan. Situs AvtoVAZ di Togliatti dan Izhevsk juga mengalami gangguan produksi setelah invasi Rusia ke Ukraina karena kekurangan semikonduktor. Kondisi ini membuat, Renault terjebak di antara dilema yang serba rumit.
Renault memiliki 68 persen saham di AvtoVAZ yang bertanggung jawab atas merek Lada yang sangat populer di Rusia. Melalui kepemilikan saham ini, Renault menguasai sekitar 30 persen pasar mobil negara dan memiliki 40.000 tenaga kerja lokal.
Namun, yang membuat masalah ini semakin rumit adalah kenyataan bahwa pemerintah Prancis memiliki 15 persen saham di Renault. Sedangkan Pemerintah Rusia menyumbang sekitar 10 persen dari pendapatan Renault.
Informasi dari berbagai sumber lain kepada Auto News menyebutkan bahwa Renault enggan untuk menarik diri dari Rusia karena biaya tinggi dan ingin menghindari nasionalisasi AvtoVAZ. Pemerintah Prancis tetap bungkam tentang hubungan Renault dengan Rusia.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire memang mengatakan bahwa perusahaan swasta bebas membuat keputusan sendiri dalam melakukan bisnis di Rusia. Syaratnya, jika mereka “secara ketat dan mematuhi sanksi.”
Perusahaan riset Alphavalue menunjukkan bahwa ada kemungkinan kecil dari Renault melepaskan sahamnya di AvtoVAZ. Perusahaan juga menurunkan rekomendasinya pada saham, dengan menyatakan bahwa nilai usaha telah jatuh ke nol.
“Untuk memperhitungkan risiko geopolitik terkait invasi Rusia ke Ukraina dan implikasi jangka panjang yang ditimbulkan akibat sanksi Barat terhadap ekonomi Rusia, mungkin (perusahaan) secara drastis mengurangi permintaan mobil di negara ini untuk tahun-tahun mendatang,” tulis laman Carscoops dikutip SINDOnews., Selasa (15/3/2022).
Diketahui, produksi di pabrik perakitan Renault di dekat Moskow telah dihentikan sementara hingga 18 Maret karena masalah pasokan. Situs AvtoVAZ di Togliatti dan Izhevsk juga mengalami gangguan produksi setelah invasi Rusia ke Ukraina karena kekurangan semikonduktor. Kondisi ini membuat, Renault terjebak di antara dilema yang serba rumit.
(wib)