Ini Dia 3 Bus Buatan dalam Negeri yang Kini Tinggal Kenangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bus merupakan transportasi darat yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Kepraktisan, kenyamanan dan biaya yang tidak terlalu mahal membuat bus merupakan sarana transportasi idaman.
Populasi yang besar di Indonesia jadi peluang bisnis yang besar buat produsen bus di dunia. Apalagi saat ini infrastruktur jalan raya dan jalan bebas hambatan juga semakin membaik.
Tol Trans Jawa dan Tol Trans Sumatera juga jadi salah satu faktor yang diyakini akan memicu pesatnya bisnis bus di dalam negeri. Tidak heran jika kini banyak produsen bus di dunia mengirimkan senjata andalan mereka ke Indonesia.
Berbagai bus dari Eropa dan Jepang kini sudah banyak yang wara-wiri di jalan. Sayangnya, saat ini tidak ada bus yang dibuat oleh anak-anak bangsa.
Ini kontras dengan bisnis karoseri yang justru sangat pesat. Perusahaan-perusahaan karoseri Indonesia justru telah mendunia.
Namun jangan salah sangka, Indonesia justru pernah punya 3 bus dalam negeri. Sayangnya ada banyak hal yang membuat ketiganya tidak eksis lagi. Yuk, cermati ceritanya di bawah ini:
1. Bus Perkasa
Bus Perkasa merupakan kreasi PT Wahana Perkasa Auto Jaya pada 1998. PT Wahana Perkasa Auto Jaya memulai bisnis kendaraa niaga berkat sokongan Texmaco. Saat itu Texmaco memegang banyak lisensi merek-merek niaga luar negeri yang berkualitas. Mulai dari transmisi, mesin, axle, hingga sasis.
Tidak heran jika akhirnya PT Wahana Perkasa Auto Jaya bisa merakit sendiri berbagai komponen tersebut. Dari situlah mereka kemudia memproduksi truk dan bus berkualitas tinggi.
Pada awal masa produksinya bus Perkasa cukup menyita perhatian publik, dan pesanan pun mulai mengalir dari berbagai instansi pemerintah dan beberapa perusahaan otobus. Bus-bus buatan mereka bahkan sempat diekspor ke Arab Saudi.
Sayang, hal itu tidak bertahan lama karena grup Texmaco yang menaungi bus Perkasa kemudian dipailitkan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 2004 pabrik kendaraan niaga yang sempat jadi kebanggan Indonesia itu pun akhirnya harus berhenti produksi dan terbengkalai hingga sekarang.
2. Bus Komodo
Siapa sangka Indonesia ternyata pernah membuat bus dalam negeri. Namanya bus Komodo. Ya, jika Anda pernah menggunakan jasa transportasi massal Transjakarta di masa-masa awal dibentuk oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Anda akan ingat dengan bus-bus yang jadi armada Transjakarta.
Bus-bus itu merupakan karya anak bangsa buatan PT Asia Auto International (AAI). Istimewanya lagi PT AAI juga membuat bus gandeng Transjakarta. Selain bus, karoseri dari bus ini juga merupakan hasil karya anak bangsa yaitu PT. Rahayu Sentosa yang berlokasi di Jalan Sukasari, Bogor, Jawa Barat.
Dalam operasionalnya, bus Komodo buatan PT AAI dijalankan oleh PT Eka Sari Lorena Transport. Hanya saja sejak ada peristiwa terbakarnya bus Komodo di Salemba, Jakarta Pusat, keberadaan bus Komodo kini tidak terasa lagi.
Tentunya dengan skala bisnis dan cakupan rute yang lebih berbeda, Transjakarta juga membutuhkan armada yang baru. Sejak saat itulah bus-bus Komodo dari PT AAI tidak terdeteksi lagi.
3. Inobus
Inobus dibuat oleh PT INKA. Inobus didesain dan diprediksi di Indonesia. Seperti bus Komodo, bus buatan Madiun, Jawa Timur itu dijadikan armada Transjakarta pada 2011.
PT INKA sebenarnya membuat 2 model sasis untuk layanan BRT Transjakarta, yaitu bus tunggal dan bus gandeng. Bus tunggalnya yaitu Inobus SGL 290 (4×2) A/T Series yang hanya dimiliki oleh Perum PPD.
Inobus SGL menggunakan mesin Doosan Infracore GL11K berbahan bakar gas dengan badan bus buatan Karoseri Laksana. PT INKA juga membuat sasis bus gandeng yaitu Inobus ATC-320 dengan mesin Cummins ISL G berkekuatan 320 HP berbahan bakar gas.
Badan bus dibuat oleh karoseri lokal yaitu Karoseri Laksana dan Karoseri Tri Sakti dengan desain bernama CityLine. Hanya saja Inobus sempat jadi sorotan ketika body bus patah di wilayah Jatinegara, Jakarta Timur.
Beruntung tidak ada cedera dari penumpang bus yang berjumlah 40 orang tersebut. Dugaan awal, penyebab patahnya bus gandeng disebabkan adanya baut yang lepas karena muatan yang berlebih.
Tidak diketahui mengapa saat ini Inobus tidak lagi digunakan sebagai armada Transjakarta lagi. Hanya saja PT INKA tidak berhenti berinovasi. Brand Inobus justru kini telah hadir dengan energi terbarukan yakni listrik dengan nama E-Inobus.
Populasi yang besar di Indonesia jadi peluang bisnis yang besar buat produsen bus di dunia. Apalagi saat ini infrastruktur jalan raya dan jalan bebas hambatan juga semakin membaik.
Tol Trans Jawa dan Tol Trans Sumatera juga jadi salah satu faktor yang diyakini akan memicu pesatnya bisnis bus di dalam negeri. Tidak heran jika kini banyak produsen bus di dunia mengirimkan senjata andalan mereka ke Indonesia.
Berbagai bus dari Eropa dan Jepang kini sudah banyak yang wara-wiri di jalan. Sayangnya, saat ini tidak ada bus yang dibuat oleh anak-anak bangsa.
Ini kontras dengan bisnis karoseri yang justru sangat pesat. Perusahaan-perusahaan karoseri Indonesia justru telah mendunia.
Namun jangan salah sangka, Indonesia justru pernah punya 3 bus dalam negeri. Sayangnya ada banyak hal yang membuat ketiganya tidak eksis lagi. Yuk, cermati ceritanya di bawah ini:
1. Bus Perkasa
Bus Perkasa merupakan kreasi PT Wahana Perkasa Auto Jaya pada 1998. PT Wahana Perkasa Auto Jaya memulai bisnis kendaraa niaga berkat sokongan Texmaco. Saat itu Texmaco memegang banyak lisensi merek-merek niaga luar negeri yang berkualitas. Mulai dari transmisi, mesin, axle, hingga sasis.
Tidak heran jika akhirnya PT Wahana Perkasa Auto Jaya bisa merakit sendiri berbagai komponen tersebut. Dari situlah mereka kemudia memproduksi truk dan bus berkualitas tinggi.
Pada awal masa produksinya bus Perkasa cukup menyita perhatian publik, dan pesanan pun mulai mengalir dari berbagai instansi pemerintah dan beberapa perusahaan otobus. Bus-bus buatan mereka bahkan sempat diekspor ke Arab Saudi.
Sayang, hal itu tidak bertahan lama karena grup Texmaco yang menaungi bus Perkasa kemudian dipailitkan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Pada tahun 2004 pabrik kendaraan niaga yang sempat jadi kebanggan Indonesia itu pun akhirnya harus berhenti produksi dan terbengkalai hingga sekarang.
2. Bus Komodo
Siapa sangka Indonesia ternyata pernah membuat bus dalam negeri. Namanya bus Komodo. Ya, jika Anda pernah menggunakan jasa transportasi massal Transjakarta di masa-masa awal dibentuk oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Anda akan ingat dengan bus-bus yang jadi armada Transjakarta.
Bus-bus itu merupakan karya anak bangsa buatan PT Asia Auto International (AAI). Istimewanya lagi PT AAI juga membuat bus gandeng Transjakarta. Selain bus, karoseri dari bus ini juga merupakan hasil karya anak bangsa yaitu PT. Rahayu Sentosa yang berlokasi di Jalan Sukasari, Bogor, Jawa Barat.
Dalam operasionalnya, bus Komodo buatan PT AAI dijalankan oleh PT Eka Sari Lorena Transport. Hanya saja sejak ada peristiwa terbakarnya bus Komodo di Salemba, Jakarta Pusat, keberadaan bus Komodo kini tidak terasa lagi.
Tentunya dengan skala bisnis dan cakupan rute yang lebih berbeda, Transjakarta juga membutuhkan armada yang baru. Sejak saat itulah bus-bus Komodo dari PT AAI tidak terdeteksi lagi.
3. Inobus
Inobus dibuat oleh PT INKA. Inobus didesain dan diprediksi di Indonesia. Seperti bus Komodo, bus buatan Madiun, Jawa Timur itu dijadikan armada Transjakarta pada 2011.
PT INKA sebenarnya membuat 2 model sasis untuk layanan BRT Transjakarta, yaitu bus tunggal dan bus gandeng. Bus tunggalnya yaitu Inobus SGL 290 (4×2) A/T Series yang hanya dimiliki oleh Perum PPD.
Inobus SGL menggunakan mesin Doosan Infracore GL11K berbahan bakar gas dengan badan bus buatan Karoseri Laksana. PT INKA juga membuat sasis bus gandeng yaitu Inobus ATC-320 dengan mesin Cummins ISL G berkekuatan 320 HP berbahan bakar gas.
Badan bus dibuat oleh karoseri lokal yaitu Karoseri Laksana dan Karoseri Tri Sakti dengan desain bernama CityLine. Hanya saja Inobus sempat jadi sorotan ketika body bus patah di wilayah Jatinegara, Jakarta Timur.
Beruntung tidak ada cedera dari penumpang bus yang berjumlah 40 orang tersebut. Dugaan awal, penyebab patahnya bus gandeng disebabkan adanya baut yang lepas karena muatan yang berlebih.
Tidak diketahui mengapa saat ini Inobus tidak lagi digunakan sebagai armada Transjakarta lagi. Hanya saja PT INKA tidak berhenti berinovasi. Brand Inobus justru kini telah hadir dengan energi terbarukan yakni listrik dengan nama E-Inobus.
(wsb)