Dunia Dikepung Sampah Elektronik, Negara Mana Penyumbang Terbesarnya?
loading...
A
A
A
PERANGKAT elektronik adalah bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Ia membuat hidup manusia lebih mudah. Sayangnya, ia juga bisa membuat hidup manusia sengsara karena limbahnya.
Pertumbuhan perangkat elektronik berimbas semakin menumpuknya sampah elektronik. Berikut negara-negara penyumbang sampah elektronik terbesar di dunia. (Lihat grafis: China Jadi Importir Limbah Elektronik Terbesar di Dunia)
1. China (7,2 juta metrik ton dan 5,2 kg per kapita)*
Sampah elektronik adalah masalah lingkungan yang serius di China. Negeri Tirai Bambu adalah importir terbesar limbah elektronik dan merupakan rumah bagi sebagian besar tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. (Baca juga: Perdana Sejak 1990, China Tanpa Target Ekonomi Tahun Ini)
Pertumbuhan ekonomi yang cepat, ditambah dengan meningkatnya permintaan elektronik dunia secara massif menyebabkan meningkatnya limbah elektronik. Sekitar 70% limbah elektronik global ini berakhir di China.
2. Amerika Serikat (6,3 juta metrik ton dan 19,4 kg per kapita
Amerika Serikat tidak memiliki sistem regulasi limbah elektronik federal, namun beberapa negara bagian telah menerapkan sistem pengaturan negara bagian. Strategi Nasional untuk Pengawasan Elektronik didirikan bersama oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA), Dewan Kualitas Lingkungan, dan Administrasi Layanan Umum (GSA), dan diperkenalkan pada 2011. (Baca juga: Tinggalkan Intel, Mac Akan Ditenagai Apple Silicon)
Mereka fokus pada tindakan federal untuk membangun pengawasan elektronik di Amerika Serikat. EPA memperkirakan pada 2009, Amerika Serikat membuang 2,37 juta ton limbah elektronik, di mana 25% di antaranya didaur ulang di dalam negeri.
3. Jepang (2,1 juta metrik ton dan 16,9 kg per kapita)
Pada 2013, pemerintah Jepang melaporkan bahwa sekitar 550 ribu ton (540.000 ton panjang; 610.000 ton pendek) limbah elektronik dikumpulkan dan diolah di Jepang. Sebagian besar limbah elektronik Jepang sebenarnya diekspor ke negara-negara tetangganya. (Baca juga: Kota di Jepang Ini Larang Orang Gunakan Ponsel Sambil Berjalan)
Selama bertahun-tahun, Jepang telah berupaya mengembangkan program pengelolaan limbah yang aman dan efisien untuk menangani limbah elektronik ini. Terlepas dari upaya ini, masih ada masalah serius seputar masalah lingkungan dan kesehatan terkait limbah elektronik di Jepang.
4. India (2,0 juta metrik ton dan 1,5 kg per kapita)
Sekitar 2 juta ton limbah elektronik dihasilkan setiap tahun di India. Setiap tahun, perangkat komputer menyumbang hampir 70% dari limbah elektronik, 12% berasal dari sektor telekomunikasi, 8% dari peralatan medis dan 7% dari peralatan listrik. Pemerintah, perusahaan sektor publik, dan perusahaan sektor swasta menghasilkan hampir 75% limbah elektronik, dengan kontribusi masing-masing rumah tangga hanya 16%. (Baca juga: India Larang 59 Aplikasi China Termasuk TikTok, Buntut Bentrok Ladakh)
5. Jerman (1,9 juta metrik ton dan 22,8 kg per kapita)
Sejak 2009, tingkat daur ulang limbah listrik dan elektronik (WEEE) Jerman telah mengalami peningkatan secara keseluruhan meskipun beberapa fluktuasi, memuncak pada 39% pada 2016. Angka menurun menjadi 38,7% pada tahun berikutnya.
Sementara pada 2017, hampir 836,907 ton limbah listrik dan elektronik dihasilkan Jerman. Dari jumlah itu, 754.751 ton di antaranya berasal dari rumah tangga sedangkan 82,156 ton sisanya berasal dari bisnis. (Baca juga: Nih, Pengalaman Menarik yang Bisa Dijumpai saat Liburan ke Jerman)
6. Brasil (1,5 juta metrik ton dan 7,4 kg per kapita)
Brasil adalah negara dengan wilayah yang sangat luas dan berpenduduk sekitar 200 juta orang. Negara ini diklaim sebagai produsen limbah elektronik terbesar di Amerika Latin, dengan perkiraan 7 kg limbah elektronik per kapita, dan juga penerima ekspor limbah elektronik ilegal dari negara-negara industri lainnya. (Baca juga: Oxford akan Mulai Percobaan Vaksin Covid-19 di Brazil)
Beberapa aspek yang memengaruhi pembentukan limbah elektronik di negara ini adalah pola konsumsi penduduk, harga dan penawaran pasar, dan evolusi teknologi peralatan dengan akibat usang lainnya.
7. Rusia (1,4 juta metrik ton dan 9,7 kg per kapita)
Rusia adalah salah satu penghasil limbah besar global termasuk limbah elektronik karena merupakan salah satu ekonomi terbesar di dunia. Hal ini dipicu oleh pendapatan sekali pakai rumah tangga Rusia meningkat sepanjang tahun 2000-an. Setiap per kapita orang Rusia menghasilkan 9,7 kg per kapita sampah elektronik.
8. Prancis (1,4 juta metrik ton dan 21,3 kg per kapita)
Berdasarkan Keputusan Prancis tentang Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik (WEEE) yang mulai berlaku pada 13 Agustus 2005, pembiayaan pengumpulan dan daur ulang semua peralatan listrik dan elektronik limbah (WEEE) yang timbul dari peralatan yang dibeli sebelum 13 Agustus 2005 adalah tanggung jawab pelanggan.
Ini terlepas dari apakah peralatan sedang diganti dengan peralatan baru dari TE. Peralatan yang dibeli sebelum 13 Agustus 2005 disebut sebagai WEEE Bersejarah.
9. Indonesia (1,3 juta metrik ton dan 4,9 kg per kapita)
Data yang dirilis United Nations University bertajuk The Global E-Waste Monitor 2014 menyebutkan, setiap orang Indonesia rata-rata membuang limbah elektronik sekitar tiga kilogram. Secara total jumlahnya mencapai 745 kiloton yang merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Dengan sampah elektronik yang sedemikian besar, Indonesia ternyata baru sebatas memiliki fasilitas pengelolaan untuk pemisahan (dismantling) komponen elektronik yang beberapa mengandung mineral berharga, seperti tembaga dan emas.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada empat wilayah tempat pemisahan komponen elektronik yakni Batam, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Tangerang. (Baca juga: Berlaku Hari Ini, Begini Alasan Larangan Penggunaan Kantong Plastik di Jakarta)
10. Italia (1,2 juta metrik ton dan 18,9 kh per kapita)
Pada 2003, Masyarakat Eropa (EC) memberlakukan undang-undang yang mengatur limbah peralatan listrik dan elektronik (WEEE). Aturan ini juga berlaku di Italia. (Baca juga: Inilah 10 Negara Terbaik Pendaur Ulang Sampah)
Pada 2012, Italia mengumpulkan 240.000 ton sampah elektronik, atau sekitar 4 kilogram per orang. Wilayah Emilia Romagna adalah wilayah dengan penyumbang sampah elektronik terbesar dengan lebih dari 23.000 ton atau antara 5 hingga 6 kilogram per orang.
*Limbah elektronik yang dihasilkan selama 2016
Sumber: www.statista.com
Lihat Juga: Tak Perlu Retribusi Sampah, Suswono: Kita Harap Mesin Modern Pengelolaan Sampah di Tiap RW
Pertumbuhan perangkat elektronik berimbas semakin menumpuknya sampah elektronik. Berikut negara-negara penyumbang sampah elektronik terbesar di dunia. (Lihat grafis: China Jadi Importir Limbah Elektronik Terbesar di Dunia)
1. China (7,2 juta metrik ton dan 5,2 kg per kapita)*
Sampah elektronik adalah masalah lingkungan yang serius di China. Negeri Tirai Bambu adalah importir terbesar limbah elektronik dan merupakan rumah bagi sebagian besar tempat pembuangan sampah terbesar di dunia. (Baca juga: Perdana Sejak 1990, China Tanpa Target Ekonomi Tahun Ini)
Pertumbuhan ekonomi yang cepat, ditambah dengan meningkatnya permintaan elektronik dunia secara massif menyebabkan meningkatnya limbah elektronik. Sekitar 70% limbah elektronik global ini berakhir di China.
2. Amerika Serikat (6,3 juta metrik ton dan 19,4 kg per kapita
Amerika Serikat tidak memiliki sistem regulasi limbah elektronik federal, namun beberapa negara bagian telah menerapkan sistem pengaturan negara bagian. Strategi Nasional untuk Pengawasan Elektronik didirikan bersama oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA), Dewan Kualitas Lingkungan, dan Administrasi Layanan Umum (GSA), dan diperkenalkan pada 2011. (Baca juga: Tinggalkan Intel, Mac Akan Ditenagai Apple Silicon)
Mereka fokus pada tindakan federal untuk membangun pengawasan elektronik di Amerika Serikat. EPA memperkirakan pada 2009, Amerika Serikat membuang 2,37 juta ton limbah elektronik, di mana 25% di antaranya didaur ulang di dalam negeri.
3. Jepang (2,1 juta metrik ton dan 16,9 kg per kapita)
Pada 2013, pemerintah Jepang melaporkan bahwa sekitar 550 ribu ton (540.000 ton panjang; 610.000 ton pendek) limbah elektronik dikumpulkan dan diolah di Jepang. Sebagian besar limbah elektronik Jepang sebenarnya diekspor ke negara-negara tetangganya. (Baca juga: Kota di Jepang Ini Larang Orang Gunakan Ponsel Sambil Berjalan)
Selama bertahun-tahun, Jepang telah berupaya mengembangkan program pengelolaan limbah yang aman dan efisien untuk menangani limbah elektronik ini. Terlepas dari upaya ini, masih ada masalah serius seputar masalah lingkungan dan kesehatan terkait limbah elektronik di Jepang.
4. India (2,0 juta metrik ton dan 1,5 kg per kapita)
Sekitar 2 juta ton limbah elektronik dihasilkan setiap tahun di India. Setiap tahun, perangkat komputer menyumbang hampir 70% dari limbah elektronik, 12% berasal dari sektor telekomunikasi, 8% dari peralatan medis dan 7% dari peralatan listrik. Pemerintah, perusahaan sektor publik, dan perusahaan sektor swasta menghasilkan hampir 75% limbah elektronik, dengan kontribusi masing-masing rumah tangga hanya 16%. (Baca juga: India Larang 59 Aplikasi China Termasuk TikTok, Buntut Bentrok Ladakh)
5. Jerman (1,9 juta metrik ton dan 22,8 kg per kapita)
Sejak 2009, tingkat daur ulang limbah listrik dan elektronik (WEEE) Jerman telah mengalami peningkatan secara keseluruhan meskipun beberapa fluktuasi, memuncak pada 39% pada 2016. Angka menurun menjadi 38,7% pada tahun berikutnya.
Sementara pada 2017, hampir 836,907 ton limbah listrik dan elektronik dihasilkan Jerman. Dari jumlah itu, 754.751 ton di antaranya berasal dari rumah tangga sedangkan 82,156 ton sisanya berasal dari bisnis. (Baca juga: Nih, Pengalaman Menarik yang Bisa Dijumpai saat Liburan ke Jerman)
6. Brasil (1,5 juta metrik ton dan 7,4 kg per kapita)
Brasil adalah negara dengan wilayah yang sangat luas dan berpenduduk sekitar 200 juta orang. Negara ini diklaim sebagai produsen limbah elektronik terbesar di Amerika Latin, dengan perkiraan 7 kg limbah elektronik per kapita, dan juga penerima ekspor limbah elektronik ilegal dari negara-negara industri lainnya. (Baca juga: Oxford akan Mulai Percobaan Vaksin Covid-19 di Brazil)
Beberapa aspek yang memengaruhi pembentukan limbah elektronik di negara ini adalah pola konsumsi penduduk, harga dan penawaran pasar, dan evolusi teknologi peralatan dengan akibat usang lainnya.
7. Rusia (1,4 juta metrik ton dan 9,7 kg per kapita)
Rusia adalah salah satu penghasil limbah besar global termasuk limbah elektronik karena merupakan salah satu ekonomi terbesar di dunia. Hal ini dipicu oleh pendapatan sekali pakai rumah tangga Rusia meningkat sepanjang tahun 2000-an. Setiap per kapita orang Rusia menghasilkan 9,7 kg per kapita sampah elektronik.
8. Prancis (1,4 juta metrik ton dan 21,3 kg per kapita)
Berdasarkan Keputusan Prancis tentang Pencegahan dan Pengelolaan Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik (WEEE) yang mulai berlaku pada 13 Agustus 2005, pembiayaan pengumpulan dan daur ulang semua peralatan listrik dan elektronik limbah (WEEE) yang timbul dari peralatan yang dibeli sebelum 13 Agustus 2005 adalah tanggung jawab pelanggan.
Ini terlepas dari apakah peralatan sedang diganti dengan peralatan baru dari TE. Peralatan yang dibeli sebelum 13 Agustus 2005 disebut sebagai WEEE Bersejarah.
9. Indonesia (1,3 juta metrik ton dan 4,9 kg per kapita)
Data yang dirilis United Nations University bertajuk The Global E-Waste Monitor 2014 menyebutkan, setiap orang Indonesia rata-rata membuang limbah elektronik sekitar tiga kilogram. Secara total jumlahnya mencapai 745 kiloton yang merupakan terbesar di Asia Tenggara.
Dengan sampah elektronik yang sedemikian besar, Indonesia ternyata baru sebatas memiliki fasilitas pengelolaan untuk pemisahan (dismantling) komponen elektronik yang beberapa mengandung mineral berharga, seperti tembaga dan emas.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada empat wilayah tempat pemisahan komponen elektronik yakni Batam, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Tangerang. (Baca juga: Berlaku Hari Ini, Begini Alasan Larangan Penggunaan Kantong Plastik di Jakarta)
10. Italia (1,2 juta metrik ton dan 18,9 kh per kapita)
Pada 2003, Masyarakat Eropa (EC) memberlakukan undang-undang yang mengatur limbah peralatan listrik dan elektronik (WEEE). Aturan ini juga berlaku di Italia. (Baca juga: Inilah 10 Negara Terbaik Pendaur Ulang Sampah)
Pada 2012, Italia mengumpulkan 240.000 ton sampah elektronik, atau sekitar 4 kilogram per orang. Wilayah Emilia Romagna adalah wilayah dengan penyumbang sampah elektronik terbesar dengan lebih dari 23.000 ton atau antara 5 hingga 6 kilogram per orang.
*Limbah elektronik yang dihasilkan selama 2016
Sumber: www.statista.com
Lihat Juga: Tak Perlu Retribusi Sampah, Suswono: Kita Harap Mesin Modern Pengelolaan Sampah di Tiap RW
(poe)